Scandal | 32

844 67 2
                                    

Setelah sempat ditunda, akhirnya kami kembali menghadiri kelas pranikah kami yang terakhir. Tante Helena menyampaikan beberapa materi terakhir sebelum kelas diakhiri.

"Ini kelas pranikah kalian yang terakhir," ucapnya. Aku dan Kenneth merespon ucapan Tante Helena dengan diam.

"Untuk itu, tante mau kalian saling jujur satu sama lain. Karena kejujuran adalah kunci keharmonisan rumah tangga. Sebagai latihan, tante mau kalian menyampaikan semua keluh kesah kalian selama kalian saling mengenal. Sekarang."

"Di depan tante?" Tante Helena tertawa pelan mendengar pertanyaan Kenneth.

"Kalau kalian malu, tante akan keluar. Sebelum itu ..."

Tante Helena menggenggam sebelah tanganku dan menumpukkannya di tangan Kenneth.

"Di setiap hubungan, mustahil kalau hanya ada kebahagiaan. Pertengkaran itu pasti ada. Tante cuma mau titip satu hal, saat pertengkaran itu datang, jangan pernah kalian ucapkan kata perpisahan. Jangan nodai janji suci pernikahan kalian dengan hal bernama perceraian.

"Kalian harus saling jaga satu sama lain. Jangan biarkan amarah menguasai kalian. Dan saat rasa ingin berpisah itu hadir, tante mau kalian untuk mengingat kembali alasan kalian menikah. Karena pernikahan tidak hadir hanya karena sebuah paksaan."

Kami terdiam mendengar wejangan Tante Helena. Jauh di lubuk hatiku, aku merasa tersindir dengan ucapannya. Karena bagaimanapun juga, pernikahan ini nyatanya hadir karena sebuah paksaan.

Bahkan hingga kepergian Tante Helena, tidak ada satu pun di antara kami yang membuka percakapan. Dan aku pun mulai memberanikan diri.

"Kenneth," panggilku meminta atensinya. Ia berdeham pelan dan melirik ke arahku. Aku menatap wajahnya yang tak menampilkan ekspresi apapun.

"Aku merasa tersindir sama kata-kata tante barusan."

"Kata-kata yang mana? Tante bicara banyak hal," tanyanya kemudian.

"Tentang alasan kita menikah." Kenneth mengerutkan keningnya.

"Jujur, aku mulai meragu. Karena bagaimana pun juga, pernikahan kita didasari dari sebuah paksaan."

"Ann, jangan lagi." Kenneth menggelengkan kepalanya perlahan.

"Kenapa Kenneth? Bukannya itu benar? Semua ini terjadi karena paksaan dari Laura, tuntutan dari berbagai media infotainment yang gak bisa aku hindari.

"Walaupun aku meragu, seperti saat ini, aku tetap ga bisa membatalkan pernikahan ini. Pernikahan ini harus tetap berjalan atau image kita yang jadi taruhannya."

Kenneth mengelus tanganku yang masih dalam genggamannya. Ia menggeleng pelan. "Aku gak yakin itu semua alasan kita menikah."

"Kenapa Kenneth? Kamu mau coba tutup mata dari semua kebenaran itu?"

"Aku tau itu semua benar. Aku cuma ... "

"Cuma apa?"

"Aku cuma ragu itu semua adalah alasan utama pernikahan ini."

"Kenneth, jangan buat ini semua jauh lebih rumit! Gak ada alasan lain selain itu semua! Memangnya, apa yang kamu maksud? Cinta?"

Kenneth terdiam. "See? Cinta bukan alasan yang kita punya, karena cinta itu gak pernah ada di antara kita."

Di hadapanku, Kenneth terlihat begitu frustasi. Aku tertawa pelan. "Tenang aja Kenneth, pernikahan ini akan tetap terjadi. Aku kan udah bilang sebelumnya. Pernikahan ini harus tetap terlaksana atau image kita yang jadi taruhannya. Ayo, kita pulang."

Scandal |  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang