--1 Meet.

61 10 9
                                    

Seorang gadis tengah berjalan tergesa-gesa di lobby sekolah barunya. Sesekali sambil melirik jam tangan berwarna tosca yang melingkar apik di pergelangan tangannya.

“Aduh, tinggal 5 menit, harus cepet nih”

Lalu ia mempercepat langkahnya menuju kelas baru yang telah diberitahukan oleh pihak sekolah sebelumnya, XI IPA 3. Namun tak lama kemudian, ia menabrak seseorang.

BRUK!

“Duh, maaf ya aku bener-bener gak sengaja, aku lagi buru-buru kak.”

“Eh, enggak papa kok.”

“Ya udah kak, maaf ya sekali lagi.” Ucap Larissa sambil menyatukan kedua telapak tangannya ke depan.

Saat ingin melanjutkan perjalanan mencari kelasnya yang sempat tertunda karena insiden tabrakan, ia menoleh ke belakang karena tangannya di cekal oleh seseorang yang menjadi korban insiden tabrakan pagi ini. Namun Larissa buru-buru melepaskannya.

“Kamu anak baru ya? Kelas berapa?”

“Kelas XI IPA 3 kak.”

“Loh, kelas XI IPA 3 itu ya disini.”

Jawab seseorang tersebut sambil menunjuk papan kayu yang di menggantung di samping pintu bertuliskan ‘XI IPA 3’.

“Eh, jadi kamu bukan kakak kelas ya? Kita sekelas dong berarti.”

“Iya, nama aku Fairuz, ya udah gih masuk.”

Tak lama mereka masuk ke kelas, bel masuk pun terdengar nyaring di telinga Larissa. Ia bersyukur karena hari pertama ke sekolah barunya tidak begitu rumit seperti yang ia baca di cerita novel umumnya. Memang sih Larissa hampir telat, namun Tuhan memudahkannya untuk mempertemukan Larissa dengan kelas barunya.

Setelah bel, kalian pasti tahu apa yang terjadi kan?

Tak lama seorang guru berambut cepak dengan kumis tipis memasuki ruang kelas dan mempersilahkan Larissa memperkenalkan dirinya di depan kelas lalu menyuruh Larissa duduk di bangku kosong yang terletak di sudut kelas. Terlihat seorang gadis tengah duduk di samping kursi tersebut dan menyambut Larissa dengan sebuah senyum manis yang tercetak di wajahnya. Larissa pun membalas kemudian duduk dan berkenalan.

Seakan tahu apa yang akan Larissa ucapkan, seorang laki-laki berbadan tinggi dan hidung mancung yang diketahui bernama Fairuz tersebut tiba-tiba menoleh ke belakang dan memperkenalkan Larissa kepada gadis yang duduk satu meja dengan Larissa.

“Ra, namanya Larissa, cakep ya Ra.” Fairuz memelankan suaranya ketika mengucapkan kalimat terakhir.

“Dasar.” Jawab Rara singkat. Kemudian mengabaikan Fairuz dan mengajak Larissa berbincang singkat sebelum pelajaran dimulai, karena terlihat Pak Sutris-Sang guru, tengah menjawab panggilan telepon di teras kelas.

“Hai, namaku Elara Zea Altarra, biasa dipanggil Rara, semoga betah ya temenan sama aku.”

“Aamiin, nama aku dah tahu kan?” Ucap Larissa sambil terkekeh pelan.

“Iya.” Jawab Rara singkat seraya menampilkan senyum manisnya.
Tak lama kemudian Pak Sutris kembali ke ruang kelas dan memulai pelajaran matematika.
      
                               ------

Hai! Salam kenal dari author baru!
Maaf kalo ada kata-kata yang typo atau menurut kalian kurang tepat gitu. Maklum aja aku author amatir hehe.

Kalo udah baca jangan lupa votment ya! Terimakasih!

💜

F A L LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang