--3 Sweet.

43 8 4
                                    

Di tengah teriknya sinar matahari terlihat seorang gadis tengah berlari di lapangan basket yang tidak bisa dibilang berukuran kecil. Ya, Larissa sedang mengikuti pelajaran olahraga. Jika ada yang bertanya kemana teman-temannya? Mereka semua sudah selesai, termasuk Rara, satu-satunya gadis perempuan yang dekat dengan Larissa di sekolah barunya ini. Tersisa Larissa dan beberapa teman perempuannya. Karena teman dekatnya tidak ada, Larissa memilih untuk berlari sendiri daripada harus bersikap canggung kepada temannya nanti.

Setelah beberapa menit, Larissa akhirnya menyelesaikan pelajaran olahraga. Gadis itu memilih duduk istirahat di bangku panjang depan kelasnya. Ia terlihat menyeka keringat yang terus turun dari pelipis dan dahi nya dan mengatur nafas agar kembali stabil. Sesekali ia memejamkan matanya sambil menikmati angin yang berhembus. Namun, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah telapak tangan yang menyentuh punggung tangan kirinya.

“Ra, jangan gitu ih.” Respon Larissa yang masih memejamkan matanya.

Seseorang tersebut hanya bisa mengembangkan senyum manisnya. Lalu ide jahil muncul di pikirannya. Ia melepaskan sentuhan tangannya lalu setelah beberapa saat ia sentuh tangan Larissa lagi.

“Ra, kamu kenapa sih?”
Lagi-lagi seseorang yang menjahili Larissa mengembangkan senyum manisnya. Ia kembali melakukan aksinya. Dan kemudian..

“Rara, bisa diem gak sih?!” Kini kesabaran Larissa sudah habis. Ia setengah berteriak dan membuka matanya. Kemudian ia menoleh ke samping kiri, hendak memarahi seseorang yang sudah berani-beraninya menjahili dan menganggu waktu istirahatnya.

“Ja-"
Ia kembali menutup mulutnya saat melihat siapa seseorang yang kini ada di sampingnya.

“D-dareen, maaf.”
Sang lawan bicara hanya bisa tersenyum gemas melihat tingkah laku gadis yang ada di depannya saat ini.

“Aku kira tadi Rara, maaf ya, untung gak jadi aku omelin, hehe.” Kekeh Larissa di akhir kalimatnya.

“Gak papa kok, sans aja.”

“S-sans? Apa itu?”

Orang cantik ternyata juga bisa kudet ya.”

Larissa tersenyum canggung dan sedikit menundukan kepalanya.

“Sans itu santai aja.” Jawab Dareen singkat.

“Oh.” Larissa hanya ber-oh ria.

“Nih, buat kamu.” Ucap Dareen sambil menyodorkan sebotol air mineral dingin.

“Em, makasih.” Jawab Larissa singkat. Tak lama kemudian tangannya tergerak untuk mengambil selembar uang lima ribuan di saku celana olahraganya.

“Ambil, ini uang gantinya.”

“Ga usah, timbang air doang, sans aja kali.”

“Makasih banyak Reen.”

“Oo-“

TRING!

Ponsel milik Dareen bergetar, menandakan ada yang memanggilnya saat ini. Ia segera mengambil ponselnya dari saku dan melihat siapa nama pemanggilnya.

‘Papa Zaa’

Larissa ikut melirik ke layar ponsel Dareen guna mengetahui siapa nama pemanggilnya. Dan, ya, lagi-lagi Larissa teringat dengan kejadian beberapa tahun lalu. Kejadian yang membuat Larissa hancur. Dan dari kejadian itu Larissa mempunyai misi yang ia sedang telusuri sekarang. Ia mengaitkan seseorang yang menjadi dalang dari kejadian itu dengan nama pemanggil yang ia lihat di layar ponsel milik Dareen.

“Aku pergi dulu ya.”

Larissa hanya mengangguk singkat. Kemudian Dareen menekan tombol hijau di layar ponselnya dan pergi menjauh dari Larissa.

----
Hai, aku udah up lagi nih. Aku udah berusaha buat yang panjang, tapi maaf kalo menurut kalian ini masih pendek. Hehe, I will try next part.

Maaf kalo ada kata-kata yang typo. Aku nggak bosen-bosen juga ngingetin kalian buat pencet ikon bintang, yang artinya kalian nge dukung cerita aku.

Jangan lupa votment!
💜!

F A L LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang