Unexpected Meeting

14 1 0
                                    

Telah kutemukan sosok yang baru
Yang pernah sekali mengisi kekosongan hidupku
Mungkin sejenak aku akan merasa tersipu
Namun apalah dayaku tanpa hadirmu
Seringkali aku merasa meragu
Pada diriku yang tidak berhenti merindu
Apakah aku harus tetap membisu
Ataukah berharap kembali dalam pelukanmu

Aku mulai merasa nyaman dengan hubungan baru ini. Membuatku mengerti hikmah dibalik sakit hati. Karena hidup tidak selalu seperti yang kamu ingini. Kamu akan mulai bisa menerimanya pada suatu hari. Malam itu hujan turun dengan begitu lebatnya, menghasilkan guntur dan petir dengan begitu bersemangat. Membuatku terjebak di coffeshop dan tidak bisa pulang. Sudah pukul 12 malam, saatnya untuk menutup coffeshop, namun masih sangat banyak pengunjung yang belum pulang karena mereka sama-sama menunggu hujan sedikit bersahabat. Aku berandai ada Raka disini sekarang, aku sangat rela jika hujan tidak juga reda hingga pagi hari. Namun sudah seminggu ini dia tidak kesini, bahkan teman-temannya juga. Kuketahui dari bang Dika bahwa dia sedang melakukan proyek dan menginap di desa-desa sehingga tidak memungkinkan untuk kemari. Kuakui aku sedikit kesepian dengan ketidakhadiran Raka. Meskipun hadirnya akan selalu diikuti dengan munculnya Manda disana. But its ok, aku sudah terbiasa dan mulai percaya padanya.

Aku sampai dirumah pukul 2 pagi, dan besok aku harus kuliah pukul 7 pagi. Oh aku sangat khawatir aku tidak akan terbangun besok. Sebenarnya mungkin saja aku membolos, tapi tidak bisa, karena besok adalah jadwalku untuk melakukan presentasi. Aku selalu membawa laptop dan beberapa buku saat aku bekerja di coffeshop. Aku tidak ingin nilaiku menurun hanya karena sibuk bekerja, mama dan papa pasti akan memarahiku dan melarangku bekerja lagi. Itu tidak boleh terjadi, karena aku akan sulit bertemu Raka jika tidak bekerja disini. Aku segera membersihkan diri dan tidur. Aku mencoba memejamkan mataku namun aku tetap tidak bisa tertidur. Sudah pukul 3 pagi dan aku masih mamaksakan mataku untuk menutup. Aku semakin gelisah dengan memikirkan akan bangun pagi hari. Hingga akhirnya aku tertidur pukul 4 pagi.

Aku bangun pukul 6 dengan wajah bingung dan sedikit terkejut. Aku mengingat-ingat dan memastikan kembali apa yang ada dalam mimpiku tadi. Ya aku melihatnya, Reihan, dia berada dalam mimpiku pagi ini. Dia muncul dalam tidurku yang hanya 2 jam. Reihan adalah salah satu mantan pacarku, sebelum aku bertemu dan berpacaran dengan Raka. Kami putus karena dia akan melanjutkan SMA di Jakarta, dan aku merasa tidak sanggup jika harus LDR dengannya. Wajar saja, saat itu aku masih belia, pikiranku masih labil dan polos. Kami berpacaran selama 2 Tahun. Reihan adalah laki-laki yang sangat baik dan tampan. Dia anggota klub sepak bola sekolah. Dia melakukan semuanya untukku, aku merasa sangat spesial jika bersamanya. Kami bahkan tidak pernah bertengkar, sekalipun aku marah dia akan selalu mengalah terhadapku. Namun hubungan kami sangat membosankan, sepeti itu-itu saja. Tidak ada sedikitpun pertengkaran kecil yang menghiasi hubungan kami. Aku sempat berfikir bahwa sebenarnya pertengkaran yang terjadi dalam sebuah hubungan akan menambahkan warna tersendiri yang membuat hubungan itu tidak monoton dan membosankan. Saat paling menyenangkan dalam sebuah pertengkaran adalah ketika kita saling meminta maaf dan mengakui perasaan masing-masing. Itu menjadikan kita lebih dewasa dan meningkatkan kemampuan dalam merangkai kata-kata menyampaikan isi hati.

Kulihat wajah Reihan dalam mimpiku, dia membawaku kerumah lamanya di Bogor yang memang sekomplek dengan rumahku. Dia mengenalkanku sebagai pacar pada bunda dan kakaknya. Terlihat disana bunda sangat menyukaiku dan menginginkan kami untuk selalu bersama. Kemudian dia menggenggam tanganku dan tersenyum. Aku pun tersenyum padanya. Walaupun dalam mimpi itu kuketahui bahwa kami berdua sudah sama-sama punya pacar, namun kami tidak ingin mengecewakan bunda dan berjanji untuk bersama. Sampai akhirnya aku bergitu terkejut dan langsung terbangun. Mengapa aku bisa memimpikannya. Aku sudah lama melupakannya, bahkan kabar dan tempatnya berada pun sekarang tidak kuketahui. Sebenarnya ada sedikit perasaan aku merindukannya dan ingin tahu keberadaanya, tapi kupikir lagi untuk apa. Mungkin aku hanya sedikit terlalu lelah dan banyak berfikir tentang Raka, sehingga otakku mencari sumber topik lain untuk menghiburku. Namun aku malah semakin bingung dan lebih banyak berfikir. Aku segera bergegas untuk mandi dan berangkat kuliah sebelum pikiranku melambung semakin penasaran.

Mentari Awal JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang