Semua berakhir pada suatu liburan musim panas ketika aku berusia 5 tahun.Ayah mendaoat cuti dan berencana membawa kami ke danau,menginap di kabin pama Dorado selama 4 hari.Bisa kamu bayangkan,betapa senangnya seorang anak kecil berusia 5 tahun.Danau,kabin dan kota lain,itu kurang lebih seperti berwisata ke jupiter.Aku terus menerus bertanya kepada ibu yang sedang menyusun barang barangku di dalam tas berwarna orange dengan gambar rasi bintang sasori di depannya,hadiah ulang tahunku yang kelima dari bibi Tsukasa.
Seperti apa kabinnya?Seluas apa danaunya?apakah paman Doarado akan bersama kita di kabin,sementara kita di sana?
Ibu hanya menjawab dengan sabar ketika aku menyerocos dan menghujaninya dengan ribuan pertanyaan.Aku tidak mau diam,bahkan ketika aku diantarnya tidur pada malam hari,ketika dia memakaikan kaus kakiku dan menyelimutiku.Aku juga tidak diam ketika ayah dan ibu meletakkan barang barang kami di bagasi mobil keesokan harinya.Alat pancing ayah,tikar,keranjang,dan lainnya. Aku juga tidak diam ketika kami berkendara.Aku terus bertanya sampai tenggorokanku kering dan akhirnya aku capek bertanya.Aku bisa mendengar ibu mendesah lega ketika rentetan pertanyaanku berhenti dan aku duduk dengan tenang di jok belakang,bermain dengan boneka beruangku.Aku punya boneka beruang dengan bulu lembut berwarna coklat muda.Namanya Cornstarch.Dan entah kenapa,aku selalu membayangkannya sebagai bapak bapak berusia 72 tahun dari inggtis yang sombong.Ia bahkan punya gelar bangsawan,Earl.Ia dipanggil Earl Cornstarch.Karena katanya,gelar bangsawan Earl tidak dipakai lagi sejak 1802.Tapi,ia rendah hati."Kamu boleh memanggilku'Sir' ",Katanya setiap kali berkenalan dengan orang.
Aku memainkan Sir Cornstarch selama beberapa saat,kemudian memutuskan bahwa ia perlu buang air.Aku berdiri,berpegangan pada sandaran kepala ayah dan ibu,lau berkata," Mister Cornstarch mau pipis".Ibu tertawa terbahak bahak mendengarnya."Mister Cornstarch bisa buang air sendiri,sayang"."Tapi ia tidak berani pipis dalam mobil.Mister Cornstarch minta kita menepi",kataku keras kepala.
Ibu membuka mulutnya,hampir menjawab,Tapi truk besar melaju dari arah berlawanan dan tiba tiba bergerak ke jalur kami.Ayah memutar setirnya,tetapi truj itu meluncur begitu cepat.Baguan depannya tampak seperti gigi hiu.Meskipun aku tidak yakin seperti gigi hiu,dan tampak semakin dekat.Yabg keluar dari mulut ibu bukan lagi jawaban,tapi jeritan.Kemudian gelap
❇
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragmen Mimpi;Kalian yakin,masih ingin seperti aku?
TerrorAku menceritakan hal ini kepada teman-temanku,tapi mereka malah ketakutan.Kelmudian mulai mengataiku sinting.Dan parahnya,kini aku sendirian.Teman-temanku yang manusia ternyata lebih mengerikan dari pada makhluk halus yang aku hadapi.Masih lebih bai...