BAB 3 - UNDANGAN DAN SEBUAH SIHIR

155 14 162
                                    

.

.

Pasar kota merupakan tempat yang selalu ramai tiap-tiap harinya, apalagi di penghujung minggu seperti ini. Semakin siang, semakin ramai orang-orang yang bertandang. Ditambah lagi, hari ini adalah hari diskon besar-besaran di minggu akhir musim panas, jadilah para kaum ibu-ibu langsung berburu ke pasar demi mendapat barang obral. Karena kapan lagi ada kesempatan seperti ini, eh?

Hiroki menghela napas lega setelah berhasil keluar dari kerumunan ibu-ibu barbar yang mengerubuti toko kosmetik, yang sedang menggelar obral 69% untuk tiap produknya. Di dalam keranjang Hiroki, terdapat pensil alis dan pemayang mata titipan ayahnya. Ia berjuang mati-matian hanya demi mendapat satu set pensil itu.

"Kukira kau bakal tenggelam diantara kerumunan manusia barbar itu," tukas Sho dari dalam gerobak yang dipenuhi bahan makanan.

Shohei yang duduk menjagai gerobak bertanya, "Kau dapat pensilnya, 'kan?"

"Ya, untung saja," sahut Hiroki lelah, meletakkan belanjaannya di dalam gerobak. "Itu stok yang terakhir. Kalian bayangkan, aku sampai harus bergulat dengan seorang bibi gahar demi mendapatkan itu!"

Kucing dan anjing ajaibnya sontak tertawa. Kalau dilihat-lihat, kondisi Hiroki memang benar-benar mengenaskan sehabis keluar dari toko itu. Rambut awut-awutan, pakaian yang berantakan, dan keringat membanjiri tubuh. Seperti habis bergulat saja.

"Sudah kubilang, lebih baik kau diam saja dan biarkan kau terbawa arus sampai ke depan," kata Nobu sambil menghela napas. "Kau ini terlalu masokhis, langsung menerjang masuk ke dalam kerumunan."

Hiroki meringis sendiri mengingat bagaimana ia berjuang menerobos kerumunan ibu-ibu barbar. Nyaris saja ia tergencet dan terinjak massa--badannya yang kecil membuat ia sulit ternotis. Hiroki bersumpah ia takkan pernah berbelanja lagi saat musim diskon.

"Ada pengumuman di alun-alun kota!"

Seseorang entah siapa berteriak. Hal itu langsung mengundang atensi orang-orang, untuk segera bergegas berkumpul ke alun-alun. Pengumuman entah apa, yang penting mereka bisa mendengarnya. Hiroki mengikuti kerumunan manusia itu sambil mendorong gerobak belanjaannya.

Alun-alun dipadati penduduk yang saling ribut, menebak kira-kira pengumuman macam apa yang akan disampaikan. Hiroki mendecak ketika mendapati kerumunan manusia sudah memadati alun-alun. Mengedarkan pandangan, pemuda Moriuchi mendapati setumpuk kotak di dekatnya dan tanpa pikir panjang, Hiroki langsung memanjat naik keatas kotak.

"Itu... orang dari kerajaan, bukan?" bisik Nobu yang bertengger di bahu Hiroki.

Hiroki mengangguk. Untung saja kotak-kotak itu cukup tinggi jadi ia bisa langsung melihat orang yang dimaksud Nobu, seorang anggota kerajaan tengah berdiri di tengah alun-alun dengan membawa perkamen. Pesan dari Yang Mulia, katanya.

Sang utusan kerajaan membacakan isi pesan itu keras-keras, "Yang Mulia akan mengadakan pesta dansa besar di istana kerajaan malam ini, semua orang di kerajaan ini, mau darimana pun, diundang untuk menghadiri pesta ini!"

Banyak rakyat bersorak gembira mendengarnya. Euforia memenuhi alun-alun kota, semua antusias menyambut pesta dansa itu.

Pengumumannya tidak hanya itu saja. Utusan kerajaan menyerukan satu hal lagi dengan suara lantang, "Pesta ini sekaligus diadakan... untuk mencari jodoh bagi kedua anak Yang Mulia, Pangeran Teruki dan Putri Mizuki!"

Bumi gonjang-ganjing. Jeritan girang sekali lagi terdengar, kali ini lebih keras dari yang sudah-sudah. Sumber suara itu sebagian besar berasal dari para gadis yang memekik ketika mendengar nama sang pangeran disebutkan. Kaum pemuda ikut bersemangat karena malam nanti impian untuk menikahi putri raja akan ada di depan mata. Sehabis ini, setelan jas dan gaun-gaun yang dijual pasti akan ludes diborong dalam sekejap.

TSUNDERELLA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang