1.1

923 170 52
                                    

Seperti ucapan Jisung kemarin, Mark benar-benar kesekolah dimalam hari dengan hanya bermodal senter dah hp jikalau senternya habis batrai.

Mark masuk kesekolah dengan memanjat pagar belakang sekolah yang tidak tinggi, karna kalau lewat depan pasti ketahuan pak satpam

"Dimana?"

"Digudang hyung! Ayo ikut aku" ucap Jisung memimpin perjalanan

Saat Mark melewati lorong sekolah untuk menuju gedung, ia merasakan hawa yang tidak enak, bahkan bulu kuduknya merinding.

Mark menoleh kekanan, melihat ada perempuan duduk dibangku salah satu kelas,

Kakinya pun terhenti melangkah, lalu ia menghampiri perempuan itu.

"Ini sudah malam, lebih baik kau pulang.." ujar Mark sambil menyenterkan senter kesegala arah,

"Aku tidak punya rumah..." lirih perempuan itu.

"Boleh aku ikut dengan mu?"

"Tidak!" seru Jisung.

"Wanita jelek tidak boleh mengikuti hyungku!"

"Tapi kau juga jelek, bocah..." balas perempuan itu.

Mark yang melihat keduanya bingung, kenapa perempuan itu bisa melihat Jisung. Apakah ia memiliki kelebihan seperti dirinya?

"Apa katamu?!" geram Jisung, ia mendekat kearah perempuan itu lalu menjambak rambutnya.

Sementara Mark, ia hanya diam karna mendengar suara yang memanggil namanya.

'Hyung...'

'T-tolong aku....'

'Tali ini m-mencekik leherku...'

'Ssakhit h-yung'

Dengan cepat Mark menuju kearah sumber suara, itu suara Jeno. Ia sangat yakin.

Cittt

Langkahnya terhenti ketika melihat sosok berbadan besar yang berdiri didepan pintu gudang,

Sosok itu sangat mirip dengan yang ia lihat 8 tahun yang lalu didapur rumahnya.

Mark otomatis melangkah mundur, ia tidak mau mati konyol dengan sosok itu.

"Lama tidak bertemu, kabar baik?" tanya sosok berbadan besar itu.

"K-kenapa kau disini!"

"Menjaga adikmu, Mark"

Ketika mendegar kata 'adik' kaki Mark melangkah otomatis mendekat ke sosok berbadan besar itu.

Mendekat

Mendekat

Sampai

"HYUNG! Diam disitu!" Jaemin memanggil Mark dari belakang, kalau sampai telat dikit saja nyawa Mark bisa melayang ditangan ayah kandungnya.

"Paman! Berhenti mengganggu Mark hyung!" seru Jaemin.

"Anakku, kemari"

"Tidak! Mark hyung, kesini!" ucap Jaemin menyuruh Mark.

"Jaeminku, kemari nak ayo kita pulang"

"Paman! Cukup, aku ini bukan anakmu" keluh Jaemin kesal,

"Aku ayahmu, nak"

"Ayah mana yang tega memalsukan kematian anaknya?"

deg

Walaupun kata itu bukan untuk Mark, tapi ia merasakan jantungnya berdegup, seketika ia ingat daddy dan bundanya dirumah.

Sosok berbadan besar itu mendekat kearah Mark, dan dengan sigap Jaemin mendepani hyung nya.

"Aku ini mati karna kamu! Bukan karna kecelakaan! Kau bukan ayahku! Mengerti?"

"Tidak, aku ayahmu dan kau kemarilah"

Entah kekuatan apa yang digunakan sosok berbadan besar itu, tubuh Jaemin langsung tersingkirkan dari hadapannya dan dicekik oleh tali.

"Sekarang kau tidak bisa lari, Mark"

-

Chaeyon membuka pintu kamar sang anak untuk memastikan Mark sudah tidur, tapi ia tidak menemukan anaknya dikamar ia hanya menemukan jendela kamar mark terbuka, dengan cepat ia berlari menuju garasi untuk menuju kantor sang suami.

Diperjalanan, pikirannya terus mengarah pada kesuatu tepat yaitu 'sekolah' tapi Mark tidak mungkin pergi kesekolah selarut ini.

Tapi feelingnya tidak bisa dibantah, ia akhirnya membelokan mobilnya kesekolah sang anak, entah firasatnya Mark ada disana.

"Ayolah pak! Firasatku Mark ada didalam" bujuk Chaeyon ketika pak satpam tidak membolehkan dirinya masuk ke dalam sekolah.

"Maaf bu, peraturan sekolah tidak bisa dibantah"

Chaeyon membuang nafas kasar, lalu ia menelfon Jaehyun sambil menghadap gedung sekolah yang gelap gulita karna lampu sekolah hanya otomatis menyala ketika ada seseorang berjalan dibawahnya.

Tapi, tiba-tiba lampu menyala otomatis dan Chaeyon melihat seseorang berlari seperti dikejar sesuatu.

Dengan panik ia menyuruh pak satpam melihat kearah lantai 4, dan pak satpam pun masuk bersama Chaeyon menuju lantai 4

"MARK!" teriak Chaeyon histeris ketika melihat leher Mark diikat tali, wajahnya memerah dan kesulitan bernafas.

Pak satpam dengan sigap mengambil gunting yang pasti terdapat dimeja kelas.

Setelah menggunting dengan susah payah, tali itu terlepas ketika Chaeyon membaca ayat kursi dalam hati.

Perasaannya lega ketika melihat sang anak terlepas dari tali itu, ia langsung memeluk sang anak yang terbatuk-batuk sambil memegang lehernya.

__

"Maaf dad.." Mark menunduk lemah ketika Jaehyun memarahi dirinya, ia tidak berani menjawab karna ia tau dirinya salah.

"Kau tau Mark? Nyawamu hampir saja melayang karna tercekik tali tadi!"

"Aku minta maaf"

Chaeyon yang melihat itu hanya diam,  ia tidak mau membela seseorang yang salah siapapun itu.

"Apa yang kau lakukan disekolah? Tell me"  tanya Jaehyun sambil menyilangkan tangannya.

"Aku hanya mengambil buku yang tertinggal,"

"Are you kidding me?!"

"Mark! Dimana logika mu? Kau pergi jam 10 malam tanpa sepengetahuan siapa pun, hanya untuk mengambil buku? Dimana logika mu Mark?" Lanjut Jaehyun memarahi sang anak, pikirannya kalut karna kaget mendapat telfon bahwa Mark tercekik.

"use your brain!"

Chaeyon membelakan matanya ketika Jaehyun mengeluarkan kata yang menurutnya sedikit kasar untuk anak seumuran Mark,

"Daddy..." Mark menatap sang daddy dengan mata berkaca-kaca, air matanya akan tumpah sekarang,

Hati Jaehyun luluh akan pandangan Mark, ia langsung memeluk sang anak dan meminta maaf

"sorry, I'm very worried you hurt."

𝗍𝗈 𝖻𝖾 𝖼𝗈𝗇𝗍𝗂𝗇𝗎𝖾𝖽...

ʜᴀʟᴜsɪɴᴀsɪ - ᴍᴀʀᴋ ʟᴇᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang