Bagian 8

29 3 0
                                    

"Lo Arian kan?"

Arian mengerutkan dahinya. Lalu mengangguk ragu.

"Lo siapa?"

Perempuan itu mengulurkan tangannya. "Gue Rose."

Rose? Sepertinya Arian pernah mendengar nama itu, tapi dimana ya?

Arian membalas uluran tangan Rose. Hal itu membuat Rose semakin mengembangkan senyumnya. Namun bukannya terpana dengan senyuman Rose, Arian malah menatapnya dengan heran.

"Ini orang kenapa senyum-senyum mulu?" batin Arian.

"Ada apa, ya?" tanya Arian.

"Ah, nggak. Cuma mau kenalan aja, siapa tau jodoh."

Setelahnya, Rose meninggalkan Arian yang masih menatap Rose heran.

"Gak jelas," cibir Arian lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Sepertinya kelas Arian sedang tidak ada guru. Terlihat dari beberapa siswa yang berada di luar kelas.

Arian menghampiri teman sebangkunya yang tengah duduk di bangkunya dengan ponsel di tangannya.

Arian menepuk pelan bahu temannya itu.

"Eh,"

"Biasa aja kali," kekeh Arian lalu duduk di sampingnya.

"Lo ganggu gue main game!"

Arian menggelengkan kepalanya. "Sean, Sean, pantes lo jomblo. Kerjaan lo cuma main game doang."

"Gue gak jomblo!" bantah Sean tidak terima disebut jomblo.

"Emang lo punya pacar?" tanya Arian dengan nada meledek.

"Punya," jawab Sean santai.

"Siapa?"

"Arumi."

Arian memasang wajah terkejutnya. "Arumi dari kelas tetangga itu?"

"Iya, lagian siapa lagi yang punya nama Arumi di sekolah ini selain dia? Gak ada, kan?"

"Bener juga. Kapan jadian?"

"Seminggu yang lalu. Pas lo izin gak sekolah."

Arian mengangguk mengerti.

"Gimana?"

"Gimana apanya?" tanya balik Arian.

"Menurut lo Arumi cantik kagak?"

Arian mengetuk dagunya berpikir. Setelahnya, ia mengangguk mengiyakan pertanyaan Sean.

"Iya cantik," jawab Arian.

"Kan dia cewek." lanjut Arian.

Tatapan Sean menyipit ke arah Arian. Yang ditatap hanya menaik-naikkan alisnya dengan wajah tanpa dosa.

Setelahnya Sean kembali memainkan ponselnya, melanjutkan game-nya yang tadi sempat tertunda gara-gara Arian.

"Gue balik dulu," pamit Arian.

Sean hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangannya.

•••

Saat ini, Arian tengah menunggu Sekar di halte dekat sekolah Sekar.

Kurang lebih sudah 5 menit Arian menunggu Sekar. Terlintas di pikirannya apa Sekar akan datang atau tidak. Namun secepat mungkin ia menepis pikiran negatifnya itu.

Tak lama, ketukan terdengar membuat Arian menoleh ke arah ketukan tersebut. Terlihat Sekar yang mengetuk kaca mobil. Arian keluar dari dalam mobil dan menghampiri Sekar yang berdiri tak jauh darinya.

Aku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang