Bagian 5

56 22 2
                                    

Hari Sabtu, seharusnya hari dimana Arian dan Sekar jalan-jalan seperti yang diucapkan Arian kemarin. Tetapi harus dibatalkan karena kondisi Sekar yang sedang sakit dan tidak memungkinkan untuk jalan-jalan.

Pagi-pagi sekali, Arian sudah kembali ke rumah sakit. Sebenarnya, ia bermalam di rumah sakit. Hanya saja, ia tidak tidur di ruangan Sekar dikarenakan ada keluarga Sekar disana. Ia pun menjatuhkan pilihannya untuk tidur di ruangan khusus pemilik rumah sakit. Lalu, ketika waktu Shubuh ia pulang ke mansion untuk mengganti baju, sholat, dan memberi tahu maid bahwa ia akan kembali ke rumah sakit karena temannya membutuhkannya.

Dilihatnya di dalam ruang rawat Sekar, ada orang tua Sekar, Leon, dan mungkin beberapa saudara Sekar yang berada di dalam. Arian hanya memandang dari luar, ingin masuk tapi enggan. Ia akan masuk ketika tak ada satupun keluarga Sekar disana. Arian membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menuju kantin untuk sarapan.

Dokter yang kemarin memeriksa Sekar memberitahukan kepada Arian bahwa Sekar sudah siuman dan keadaannya sudah mulai membaik. Arian bersyukur mendengarnya.

Niatnya ingin menjenguk, tetapi tiba-tiba nama 'Mama' terpampang di layar handphone nya. Ia mengangkatnya, "Ada apa, Ma?"

"Cepat pulang, Mama, Papa, dan Eyang ada di mansion. Ada yang ingin Eyang bicarakan."

Setelah itu, Mama nya memutuskan panggilan sepihak. Kenapa orang tua nya tiba-tiba pulang dari London? Bukannya mereka bilang, mereka akan pulang nanti bulan depan? Kenapa juga Eyang ada disana? Beragam pertanyaan muncul dalam benaknya. Tanpa banyak bicara, ia segera pulang.

Sampai di rumah, ia melihat orang tuanya duduk di ruang tengah dengan Eyang. Ia menyalimi ketiganya, dan duduk di sofa yang kosong.

"Kenapa kalian tiba-tiba pulang, dan tidak memberitahuku terlebih dahulu?"

"Apa kau tidak suka dengan kepulangan orang tuamu, Arian?" tanya Eyang.

Arian menggeleng, "Bukan begitu, Eyang. Aku hanya bertanya. Baik, lupakan. Ada apa menyuruhku pulang? Aku sedang menemani temanku yang sakit di rumah sakit."

Kedua orang tuanya hanya diam, Eyang angkat bicara, "Eyang tidak akan basa-basi, langsung saja, jauhi gadis itu, Arian." Perintah Eyangnya. Sedangkan Arian bingung, gadis? Gadis yang mana?

"Eyang tahu, yang sakit itu bukan temanmu melainkan gadis yang Eyang maksud."

"Sekar? Kenapa Ar harus menjauhi Sekar?" tanya Arian dengan jantung yang berdegup kencang.

"Karena kau akan Eyang jodohkan dengan cucu teman Eyang. Jadi kau jauhi gadis itu, jangan pernah membantah Eyang, Arian!" Eyang menjelaskan maksudnya datang kesini.

Arian tersenyum miring, "Ar tidak ingin dijodohkan, Eyang! Dan Ar tidak akan menjauhi Sekar, karena Ar mencintai Sekar!" ujar Arian yang mulai tersulut emosi. Mama nya mengelus tangan kokoh Arian berusaha meredam emosi Arian.

Eyang berdiri dari tempatnya. "Tahu apa kau tentang cinta? Jika kau tidak menjauhi gadis itu, baiklah. Biar Eyang yang akan menjauhkan gadis itu dari dirimu. Itu adalah hal mudah bagi Eyang."

"Cukup, Eyang! Sejak kecil Ar selalu menuruti kemauan Eyang! Ar tidak mau dijodohkan! Jodohkan saja cucu teman Eyang itu dengan Arion! Aku tidak sudi menerimanya!"

Setelah mengucapkan itu, Arian kembali ke rumah sakit dimana Sekar dirawat. Memikirkan Eyang nya hanya akan membuat dirinya gila!

Di dalam ruang rawat Sekar, ia hanya melihat Santi yang duduk di sofa sambil memangku Leon. Arian membuka pintunya, Santi mengalihkan pandangannya.

Aku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang