Ada banyak takdir yang mengikatku pada sebuah hidup yang tak memiliki cukup cerita dan cinta. Selama waktu yang kujalani ini, aku tidak menemukan kebahagiaan dari yang namanya keluarga, kasih sayang orang tua yang ditampilkan di drama maupun yang tertulis dibuku-buku tidak pernah sampai padaku.
Menjadi anak tunggal yang mudah sakit sedari kecil, aku dikurung dalam penjara yang bernama rumah, membuatku tak pandai bersosialisasi dan menjadi penyendiri. Walaupun seperti itu, aku sebenarnya mempunyai dua orang teman, tapi sayangnya kami tidak satu sekolah saat sma. Mungkin nanti akan aku ceritakan ke kalian tentang kejadian aneh saat kami bertemu maupun hal-hal gila yang telah kami lakukan.
Namun, bila ada kesempatan hidup di dunia yang berbeda maka aku tak akan berpikir dua kali untuk menerimanya. Jika kalian bertanya tentang dunia impianku seperti apa, maka akan kujawab dengan yakin aku ingin dunia seperti di masa lalu, yang tidak memiliki internet, hidup dengan perjuangan, dan sebuah keluarga yang bahagia. Masa dimana orang orang masih peduli pada sesama, menghargai norma dan beretika, serta taat pada peraturan lingkungan agama.
Aku juga tertarik dengan kehangatan hidup kampung yang mempunyai ikatan yang erat, juga keindahan alam nan asri dan orang-orangnya yang bekerja keras tidak hanya mencari kebahagian materi. Sekali-duakali pikiran itu terlintas dalam kepala dan tergambar didalam mimpi saat tidur.
Mimpi tersebut hilang melayang bersamaan dengan suara speaker pengumuman, memberitahukan para penumpang bahwa pesawat yang akan aku naiki telah mendarat di bandara. Aku membuka mata perlahan, melepaskan earphone dan memasukannya ke dalam saku.
Waktunya telah tiba untuk aku pergi, meninggalkan orang tua untuk melanjutkan kuliah di universitas yang ada di bandung dan masuk tanpa mengikuti tes seleksi, aku diam diam memilih universitas yang agak jauh agar bebas hidup sendiri. Yah walaupun tidak terlalu byebas karena masih di awasi paman yang juga tinggal di bandung.
Aku melangkahkan kaki masuk kedalam pesawat yang gagah itu, di depan pintu pesawat, pramugari yang cantik menyapa dan memberitahu tempat duduk penumpang setelah melihat karcis yang telah disobek sebelumnya. Aku meletakkan koper kedalam kabin dan memposisikan diri di bangku yang tepat berada disamping jendela. Terlihat awan tidak membiru melainkan pucat menghitam.
Mendengar aba aba yang diberikan oleh pramugari di depan, aku membuka handphone yang kuambil dari saku baju hendak mematikannya. Aneh, mendadak sinyalnya hilang, padahal tadi diluar ada bahkan penuh. Tak hanya itu, terlihat waktu menjukkan jam 00.00, aku merasa bingung karena seharusnya kan sekarang jam 2 siang.
Tiba - tiba ponsel ku mati diiringi suara aktifnya jet pesawat. Pesawat airbus itupun meluncur dan menukik keatas menuju hamparan langit yang sedang mendung-mendungnya. Tubuhku terasa sangat berat, hal ini dikarenakan perbedaan tekanan dari pesawat, tetapi rasanya lebih kuat daripada yang biasa.
Kuping berdenging sekuat-kuatnya denging, hidung sesusah-susahnya menghirup udara, tubuh menggigil bergetar-getar hebatnya. Perasaan takut mulai menyebar dan menyelimuti hati dan tubuh. Pandangan ku perlahan kabur seperti efek blur yang kemudian semakin tidak jelas, hingga akhirnya cahaya hitam keluar dari pandangan kursi depan dan menutup semua penglihatan.
***
"Assalamualaikum"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantera
AdventurePerjalanan seorang pemuda 18 tahun yang mempunyai konflik pribadi mendapati dirinya berada pada tahun 1971 setelah menaiki sebuah pesawat. Disana ia terbangun menjadi seorang anak kecil bernama Malik yang tinggal di sebuah kampung terpencil di daera...