"Siapa, Bang?" cetus adik perempuan yang muncul dari arah ruang tengah.
Aku menoleh. "Oh, ini cuman orang salah alamat!" kilahku sambil menutup pintu rapat-rapat tanpa mempersilahkan perempuan di luar itu untuk masuk sejenak.
"Kirain siapa." Aasfa mengangguk paham, lalu kembali ke belakang.
Setelah adikku itu hilang dari pandanganku. Aku membuka pintu kembali karena penasaran. Ternyata sosok perempuan berpakaian sangat sopan itu masih berdiri di luar pintu.
"Assalamualaikum," tuturnya dengan nada yang tak kalah lembut dari suara ibu. Meski aku sering melihatnya, ini pertama kalinya aku mendengar suara perempuan dengan bibir tipis merah jambu natural.
"Wa'alaikumussalam, siapa ya?" tanyaku berpura-pura tidak kenal.
"Inaya Jaeda Kashiefa, saya tinggal di perumahan sebelah sana," jawabnya dengan sangat sopan sambil menunjuk ke arah kiri.
"Emm ... terus cari siapa?"
"Boleh masuk?" tanyanya membuat aku patah lidah, bingung serta gelagapan tidak jelas.
"I-iya silahkan!" Aku membuka pintu lebih lebar membiarkannya masuk ke dalam gubuk ini.
Kami berdua duduk di ruang tamu. Aku masih tidak percaya perempuan ini duduk di hadapanku. Belum pernah terjadi, dan tak pernah kuduga akan terjadi. Caranya duduk benar-benar beradap, berbeda dengan para perempuan yang sering kutemui nongkrong di pasar.
"Oh, iya kalo boleh tau ada apa?" tanyaku.
"Ini resep obat poles buat luka memar di wajah, sama ada juga obat minum." Inaya meletakkannya di atas meja.
"Eh? Kamu sebenernya nggak perlu repot-repot begini, aku biarin beberapa hari juga bakalan sembuh, udah biasa, lagian apa kita pernah kenal?" tanyaku benar-benar tak menyangka. Tidak mungkin ia tau kalau aku habis dipukuli kemarin.
"Bang Aghal!" Aasfa muncul lagi ke ruang tamu, bedanya kali ini ia membawa buku pelajaran. "Tau nggak—eh?" Gadis SMP itu terdiam saat mengetahui ada tamu di rumahnya. "Bukannya tadi salah alamat?" tanyanya heran.
"Eh? Anu ... itu alamatnya yang salah," jawabku.
"Assalamu'alaikum!" sapa Inaya pada adikku.
"Wa'alaikumussalam," jawab Aasfa dengan malu-malu kucing menghampiriku.
"Bang, ini aku ada soal nggak ngerti," ujarnya sambil menunjukkan salah satu halaman buku ke hadapanku.
"Aasfa, kamu 'kan tau abang putus sekolah," jawabku menatap matanya.
"Ih! Tapi, kan ini pelajaran anak SMP, Abang Aghal kan putusnya pas SMA?!" ujarnya entah itu pertanyaan atau pernyataan.
"Ya tetep aja abang pasti udah lupa."
"Makanya dengerin Aasfa dulu!" pintanya manja, "Allah SWT memerintahkan untuk memakan makanan yang "Halal & Baik" perintah ini terdapat dalam ...."
"Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 3!" ujarku dan Inaya serempak. Seketika membuat kami saling melihat satu sama lain.
"Tuh tau kan! Padahal aku belum nyebutin pilihan gandanya, berarti jawabannya A, hehe." Gadis itu tertawa dan berjalan kembali ke kamar sambil menatapi buku pelajarannya.
Inaya menatapku lekat-lekat hingga membuatku kikuk sendiri.
"Oh, iya ini juga aku mau ngembaliin payung, makasih buat kemarin!" Aku tak habis pikir, seakan mataku benar-benar buta kecuali melihat wajahnya. Sampai-sampai apa yang ia bawa pun aku tak jua menyadarinya. Lalu, permasalahan lain, kenapa ia tau ini payung milikku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan Orang Lain (Open PO)
RomanceOPEN PO 16 - 30 Agustus 2022 Link: https://bit.ly/POTuhanOrangLain "Ada seorang pencuri bertemu dengan gadis yang ia sukai, dia bilang 'kalau kamu juga pencuri mungkin akan lebih baik', tapi ketika ia bertemu dengan gadis yang ia cintai, 'kalau aku...