"GIMANA SIH HAH, JAM SEGINI BELOM SELESAI?!"
Kembali, pukulan dan cubitan kini kembali menerjang tubuh Keeyla. Gadis itu kembali menangis. Untung rumah sudah sepi. Jadi tak ada yang mendengar.
"Udah jam 11,ga butuh tidur hah?! Kamu tu, ga disuruh tidur ga tidur. Ga disuruh bangun ga bangun"
Pekerjaan keeyla belum selesai. Kurang mencuci gelas dan sendok. Jam sudah menunjukan pukul 11 lewat.
"Hiks.. Iya mah.. Tar aku tidur... Hiks...."
Plak
"Ga, gausah tidur sekalian. Buat apa tidur. Kamu tu jangan malu maluin ke, mama tu malu punya anak ke kamu. Disuruh ini itu ga selesai. Ga guna. Mama malu keliatan tante, tetangga. Kamu ga malu apa hah"
"Mama malu, punya anak gadis, satu - satunya. Tapi gabisa dibanggain. Liat Febby, pinter, disuruh langsung kelar, pegangannya buku terus"
Kembali, tulang ekor Keeyla ngilu. Mamanya menendang Keeyla hingga jatuh tersungkur ke tanah.
Plak plak plak
3 pukulan sekaligus mendarat di tangan kanan Keeyla. Gadis itu kini badannya sudah lebam. Tangisannya bertambah kencang. Tulang ekornya sakit. Badannya lemas. Kepalanya pusing.
"Kalo kamu gitu terus. Ga segan segan mama akan kirim kamu ke pondok" Itu percakapan terakhir yang Keeyla dengar. Selanjutnya gelap.
****
Pagi hari menyapa, seorang gadis dengan muka bengkak terbangun dari tidurnya. Matanya menelusuri setiap jengkal ruangan yang di tatapnya. Kamar. Terakhir dia pingsan di dapur. Lalu siapa yang membawanya kesini. Dan tunggu, tangannya mengapa ada jarum infus, apa semua ini?.
"Sudah sadar?"
"Ka Matthew?"
"Haha Hai princess, kangen sama kaka ya? Tapi jangan gini dong. Kangen mah tinggal bilang atau kamu kesana. Jangan nunggu sakit" Matthew, kakak sepupu yang paling dekat sama Keeyla.
"Em, gapapa kak aku" Kikuk banget Keeyla mah.
"Gapapa gimana? Kamu kurang cairan, badan lemes. Gapapa? Maaf ya princess, kakak terpaksa infus kamu. Karna kata Mama Papa kamu, kamu emang ga masuk nutrisi 2 hari"
"Gapapa kak, aku lepas aja infusnya"
"Eh eh, ga ada, tetep pake atau kakak marah?"
Ceklek
"Dah bangun Matt?"
"Eh udah om"
Seakan mengerti, Matthew memberikan akses berdua saja. Dia memilih keluar kamar Keeyla. Lagian dia lapar.
"Princess?"
"Pa... Papa?"
"Princess kenapa atuh, ko sakit. Jangan gini lahh. Kamu kenapa hmm? Mau apa?" Terlihat jelas aura kekhawatiran memancar di pria paruh baya itu.
Seketika, pikiran Keeyla kembali mengingat kejadian semalam. Hatinya kembali sakit. Air matanya lolos menerobos pipi chubbynya.
"Loh ko malah nangis si? Kenapa babygirl? Jangan nangis atuh papa khawatir"
Keeyla ga mungkin cerita blak blak an tentang semuanya. Toh juga ga bakal percaya. Jadi ya buat apa cerita?. Kadang seseorang hanya diam jika terkena masalah. Dia diam bukan berarti menyerah, tidak. Dia diam karna diam adalah solusi terbaik. Masalah membuat kita dewasa. Ujian membuat kita semakin kuat. Dan ini yang Keeyla alami. Dunia semakin kejam. Dan dia harus kuat dengan itu semua.
"I'm okay"
Papanya menatap kasihan. Babygirlnya, princessnya, bidadari kecilnya sakit. Tangannya terpasang jarum infus. Mukanya pucat. Badannya terkulai lemah.
"Papa I'm okay. You don't need to worry"
Gayakin aku jam segini masih ada yang bangun
Voment gais.
Hopefully
Enjoy ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
haine et vengeance
Fantasy"Aku sendiri yang akan menuntaskan dendam dan benci ini. Rasa sakit hati ini akan terbalas dengan perlahan" -Keeyla Adelaide Xavier "Gadis dengan sejuta makna, tak bisa ditebak. Gadis yang menyimpan sejuta rahasia" -Gaveen Alsega Malvin