Bel istirahat baru saja berbunyi, setelah guru keluar kelas, semua siswa baru akhirnya diperbolehkan keluar, begitulah peraturannya.
"Han, yuk kantin." Ajak Jimin pada Haneul dan berjalan mendekat ke meja kekasihnya itu yang berada di barisan paling depan.
"Ayok, aku bawa susu stroberi nih, dua, satu buat kamu." Haneul memberikan satu kotak susu stroberi pada Jimin, dan satunya lagi untuknya di minum nanti saat di kantin.
"Makasih sayang." Jimin mengacak halus surai Haneul, dengan senyum merekah di sematkan pada bibirnya.
"Iya sama-sama, sayang." Ini bukan Haneul yang jawab, melainkan seorang pria yang duduk di belakang Haneul, yang baru saja mengambil susu stroberi dari tangan Jimin dan langsung meminumnya.
"Bangsat, Bambam!" Jimin menjitak temannya yang bernama Bambam itu.
"Udah ah, ayuk guys ke kantin laper banget gue." Dengan seenak jidatnya, Bambam yang tengah asik meminum susu stroberi milik Jimin, melangkahkan kaki keluar kelas menyuruh Jimin dan Haneul untuk mengikutinya.
Bodohnya, pasangan manis itu menurut saja.
□□□□□TWO□□□□□
"Duduk aja babe, aku yang pesen, mau apa?" Tanya Jimin pada kekasihnya tentu saja, bukan pada bambam yang sudah duduk tenang berlagak makanan akan menghampirinya sendiri.
"Mie ayam ya yang." Bukan mahluk berdarah thailand alias bambam namanya, jika tidak menjawab pertanyaan yang terdengar di telinga.
"Gak nanya lo, thai tea." Kesal Jimin dengan matanya yang menyipit memperhatikan teman anehnya itu.
"Ya udah sih, yang penting thai tea enak." Bambam ternyata terpancing oleh sebutan 'thai tea' dari Jimin itu.
"Mau apa Han?" Tanya Jimin lagi pada kekasihnya, sampai Bambam menjawab lagi, Jimin pastikan anak itu tidak akan kembali ke kelas nanti, karena akan Jimin gantung di tiang bendera.
"Mie ayam aja deh."
"Gak pake sawi?" Jimin tentu sudah hafal apa saja yang di suka dan tidak di sukai Haneul, begitu pula sebaliknya.
"Hihi, iya." Haneul menepuk lembut pipi sang kekasih, kapan ya Jimin tidak terlihat tampan?
"Berarti mie ayam dua jim, lo tau kan racikan gua biasanya gimana? Buruan ya"
Ucap Bambam, dengan tangannya mengusir Jimin agar cepat memesan."Oh yang gak pake mie itu ya?" Tanya Jimin, menahan kesal.
"Kalo gitu gue namanya makan ayam doang, Jiminie sayang." Bambam menggelengkan kepalanya, intinya pria ini terlihat sangat menyebalkan di mata Jimin.
"Berisik ah, enak aja lo gue juga yang mesenin, ayo buru kita berdua yang mesen!" Jimin menarik tangan Bambam agar ikut dengannya.
"Iya-iya, gue mesen minum lo makan ya Jim." Ucap Bambam, tapi Jimin sudah meninggalkannya berjalan ke arah tempat jual mie ayam.
"Idih dasar buta, gak bisa denger." Ledek Bambam, dan berjalan ke tempat jualan minuman.
Sedangkan Haneul hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, melihat kelakuan kekasih dan teman sekelasnya itu.
Ngomong-ngomong, Jimin dan Haneul biasa makan bersama teman yang lain, mereka bukan pasangan yang hanya ingin berduaan saja, apalagi jika bersama si Bambam itu, walaupun menyebalkan dan sedikit aneh pemuda itu moodmaker sekali.
Sembari menunggu, Haneul memainkan ponselnya, hanya sekedar mengescroll timeline media sosialnya.
Jemari Haneul yang tadinya masih menyentuh layar ponsel, tiba-tiba berhenti.
Ia merasakan rasa yang begitu dingin di pundaknya, seakan bongkahan es batu ditempelkan pada bagian tubuhnya itu, terasa perih dan seperti semua ototnya ditarik, sakit sekali.
Saat kepala Haneul menoleh sedikit ke arah pundak kirinya, bayangan hitam besar ada dibelakangnya, seolah semuanya menjadi gelap.
"Ini han." Tiba-tiba Jimin datang dengan tiga mangkuk mie ayam, disusul Bambam dengan tiga minuman beraneka rasa, sesuai dengan selera teman-temannya itu.
Sedangkan Haneul yang tadinya merasa sakit tegang dan dingin, langsung merasa ringan dan hangat kembali ketika kekasihnya datang.
"Kok jadi lamaan lo si Bam?" Tanya Jimin, Bambam kan cuma beli minum, pikirnya.
"Biasa, tadi ada dekel minta nomer whatsapp dulu." Ucap Bambam dengan bangganya.
Membuat Jimin memutar matanya malas.
"Halah, paling bujuk ibu kantin buat ngutang dulu.""Ngomong apa lo? Gak kedengeran sinyalnya jelek." Bambam mendekatkan telinganya pada wajah Jimin, seakan tidak dengar apa yang anak itu ucapkan.
"Beneran budeg, mampus lo." Jimin memukul telinga Bambam.
"Jangan lah, maap sih kan bejanda." Bambam sok-sokan memajukan bibirnya.
"Becanda bego, udah ah buruan makan jijik banget liatnya gue." Jimin menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya ia mempunyai teman seperti Bambam ini.
"Maaf baby, kamu jadi di anggurin kan." Jimin menepuk-nepuk kepala Haneul, lalu pemuda itu duduk.
Iya, daritadi ia bertengkar dengan Bambam itu masih berdiri, dengan bawaan masing-masing ditangan mereka.
Sampai akhirnya mereka bertiga makan dengan tenang.
Walaupun tidak begitu tenang juga, karena Bambam memang mulutnya susah sekali ditutup, kecuali dengan uang dan contekan.
"Guys, kenapa sih mangkuk mie ayamnya harus ada gambar ayam?" Tanya Bambam pada kedua temannya, setelah dirinya melihat gambar ayam dimangkuk makanan yang ia makan itu.
"Ya emang kenapa? Ini bukan pertama kalinya lo makan mie ayam ya, bisa-bisanya baru nanya sekarang." Jawab Jimin.
"Ya baru kepikiran aja gitu."
"Emangnya kenapa sih Bamie?" Tanya Haneul, Bamie itu nama panggilannya untuk Bambam.
"Kasian Han, coba bayangin ayam yang dimangkuk ini melihat dengan jelas olahan ayam di depan matanya, di dalem mangkoknya, dia pasti kepikiran dan ngebayangin gimana proses ayam itu mati sampe jadi makanan gini, andai dia bisa keluar dari ni mangkok, dia pasti pengen buru-buru kabur." Jelas Bambam sembari menunjuk-nunjuk gambar ayam pada mangkuk mie ayamnya.
"Sama kayak lo Bam." Jawab Jimin.
"Memaksut?" Si Bambam ini sok-sokan seperti anak twitter saja.
"Coba bayangin, gimana sedihnya ortu lo ngeliat anaknya yang satu ini bego nya bukan maen. Andai mereka bisa milih sperma mana yang menang pas dulu lomba berenang, gak bakal milih elo--mereka Bam." Jelas Jimin dengan wajah emosinya, greget sekali dengan otak pemuda dari tanah Thai itu.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/228343961-288-k811200.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO
FanfictionPernah dengar? Manusia yang telah mati tidak akan di izinkan hidup di dunia abadi yang membahagiakan, sampai semua dendamnya terlepaskan. Karena itu, Kim Taehyung berusaha melepaskan dendamnya, walau akhirnya jatuh cinta, pada wanita yang sangat di...