Hari ini, Haneul memiliki banyak sekali kegiatan di sekolahnya.
Membuat dirinya masih berada di sekolah hingga malam hari.
Kegiatan terakhirnya pun akhirnya selesai, Haneul bisa pulang ke rumah sekarang.
Jam menunjukkan pukul 11 malam, sudah lumayan larut, jadi Haneul bergegas mengambil tasnya yang berada di kelas, sedangkan teman-temannya sudah mengambil tas lebih awal dan sudah banyak yang pulang.
Saat masuk ke dalam kelas, mata Haneul menatap ke setiap meja, dimana tas nya itu ia taruh tadi.
Dibaris ketiga, paling kiri, disana tasnya ia taruh diatas kursi.
Tanpa ragu Haneul langsung mengambil tas nya itu, lalu memutar badannya untuk berjalan keluar kelas, berjalan ke arah pintu.
"Akh!" Haneul meringis karena tak sengaja tersandung salah satu meja di kelasnya.
"Ssshh.." Padahal lantai kelasnya ini menggunakan keramik, tapi rasanya seperti tersungkur di bebatuan yang kasar, lutut Haneul sampai luka dan berdarah karenanya.
Haneul sibuk mengelap darah yang mengucur dari luka di lututnya itu dengan rok yang dipakai nya , sampai akhirnya ia menyadari ada seseorang yang melihatnya, orang itu berdiri disamping pintu kelas.
Haneul baru saja mengerjapkan matanya sekali, dan sosok itu sudah tak ada disana, digantikan sebuah tangan terulur di depannya.
Tanpa fikir panjang Haneul menerima tangan itu, untuk membantunya berdiri, ketika tangan mereka berdua bersentuhan, Haneul merasakan lagi, rasa yang begitu dingin sampai rasanya seperti membeku.
Dan saat Haneul sudah berdiri dengan sempurna, genggamannya tadi menghilang begitu saja bagai debu yang ditiup, jemari Haneul yang tadinya terisi penuh oleh tangan yang besar dengan jemari panjang, menjadi begitu kosong sekarang.
Tidak ingin terlalu memikirkan apa yang baru saja terjadi, Haneul langsung berjalan ke arah pintu kelasnya, jalan keluar satu-satunya dari kelas nya ini.
Sialnya, pintu itu terkunci.
Haneul sudah berusaha sekuatnya, memukul-mukul pintunya begitu kencang dan berteriak minta tolong, bahkan sampai berusaha menggebraknya, tapi nihil, usahanya sia-sia.Tubuh Haneul begitu lemas setelah mengeluarkan banyak tenaga untuk mencari jalan keluar, jendela pun sama saja, tak ada yang bisa terbuka.
Setelah mencoba banyak cara, akhirnya Haneul kembali ke depan pintu kelasnya.
"Ku mohon, tolong aku.." Lirih Haneul, dengan jemari telunjuknya tanpa sadar menyentuh pintu.
Brakk!
Pintu yang sedari tadi Haneul coba buka, jatuh begitu saja ke arah depan, terlepas dari engsel-engselnya, membuat Haneul akhirnya bisa keluar, dengan bantuan telunjuknya yang mendorong pintu begitu lembut.Memang sangat aneh.
Dengan langkah yang tertatih-tatih akibat luka yang Haneul dapatkan di lututnya, Haneul berusaha secepat mungkin untuk keluar dari sekolahnya ini.
Sekolahnya cukup besar, dengan banyak lorong dan ruangan yang sekarang ini sudah kosong.
Haneul berusaha berlari, ketika ia merasa ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang.
Besar, hitam, dan dingin. Begitulah yang Haneul rasakan, tentang sosok yang mengikutinya dari belakang itu.
Semua lampu di lorong yang sedang Haneul lewati, mati satu persatu.
Dengan sekuat tenaga, Haneul mematahkan segala rasa takutnya, terus berjalan cepat, walaupun lorong sekolahnya ini terasa seperti tak ada ujungnya.
Untung saja cahaya bulan cukup terang malam ini, jadi Haneul tetap bisa melihat sekelilingnya.
Sampai akhirnya, mata Haneul menatap ke arah depan begitu berbinar, nyaris menangis.
Pintu gerbang sekolahnya sudah di depan mata, ia hanya perlu melewati taman saja.
Dua langkah lagi, seharusnya Haneul sudah keluar dari lorong sekolahnya yang menyeramkan itu.
Namun sayangnya, seluruh bangun sekolahnya hancur, seolah di remukkan ntah oleh siapa.
Haneul menjerit, begitu terkejut dengan semua yang sedang terjadi, baru saja ia ingin melangkahkan kaki, namun bangunan di atasnya sudah jatuh ingin menghantam diri, Haneul yakin sekali ia pasti akan mati..
..untuk yang kesekian kali, di dalam mimpi.
"Akh!" Haneul terbangun dari mimpi buruknya lagi, dengan keadaan memeluk guling nya begitu erat.
Setelahnya, seperti biasa, seperti hari-hari sebelumnya saat ia di datangi mimpi buruk ini, bangun dengan keadaan terkejut, lalu menenangkan diri, dan minum air putih yang banyak.
"Total seminggu, gue mimpi buruk terus."
Haneul memulai monolognya."Tapi ini rasanya beda dari mimpi yang dulu-dulu, mimpi buruk yang seminggu ini rasanya nyata banget, gue bahkan ngerasa di ikutin beneran di kehidupan nyata, dan kaki tangan gue bakal beneran dingin kayak di mimpi nya."
"Tunggu, kok sekarang badan gue gak dingin ya? baru hari ini badan gue kok malah anget gini ya?"
Lalu Haneul tersadar, saat melihat guling yang masih ada di pelukannya.
"Tadi gue gak mati, untuk pertama kali gue gak mati selama mimpi buruk seminggu ini."
"A-ada yang meluk gue, mahluk itu.." Haneul mencoba mengingat semuanya.
"I-iya, gue gak tau dia apaan, tapi rasanya kayak sayap hitam besar gitu nutupin badan gue, terus ada tangan yang meluk gue erat banget."
"Dia ngelindungin gue, berarti ya?" Haneul dengan kening berkerutnya karena memikirkan tentang mimpinya ini, menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, mencoba untuk lebih tenang.
"Kemarin, gue ngeliat matanya, tajem banget, tapi indah? Hari ini, gue ngeliat tangannya, bahkan ngerasain dipeluk dia."
"Kayaknya makin hari, sosok itu bakal makin keliatan wujud aslinya secara jelas, awal-awal mimpi gue cuma liat bayangannya doang, lama-lama rupanya dia makin keliatan."
"Kok gue jadi penasaran sih? malah pengen mimpi lagi biar tau dia wujudnya kayak gimana, aduh udah gila gue, lanjut tidur aja deh, Jimin udah tidur juga kayaknya."
Dan Haneul kembali mengambil posisi rebah, mengatur nafasnya pelan, dan kembali tertidur."Gue gak bakal muncul lagi di mimpi lo." Ucap seorang pria, tepat di depan telinga Haneul.

KAMU SEDANG MEMBACA
TWO
FanfictionPernah dengar? Manusia yang telah mati tidak akan di izinkan hidup di dunia abadi yang membahagiakan, sampai semua dendamnya terlepaskan. Karena itu, Kim Taehyung berusaha melepaskan dendamnya, walau akhirnya jatuh cinta, pada wanita yang sangat di...