Chapter 1

991 90 171
                                    

Total: 1,7k words.

: : : : : : :

Happy Reading

: : : : : : :

Sooyeon memijat keningnya perlahan. Bersandar di muka pintu, menyaksikan kamar kedua anaknya berantakan bukan main.

"Mama, Young nakal. Molangku di lempar ke atas lemari," adu anak perempuannya.

"Young-ah, kau seharusnya tidak seperti itu."

"Tapi Soojin duluan, ma. Tadi siang Bumblebee-ku dia jatuhkan ke laut," ujar anak lelakinya, tak terima. Bumblebee itu merujuk pada mainan robot kuning miliknya.

"Tapi kan aku tidak sengaja."

"Kalau begitu aku juga tidak sengaja."

Mereka saling memelototi, tampaknya tak ada yang akan mengalah. Sooyeon berjinjit meraih boneka putih halus bernama Molang itu. "Ayo, sekarang kalian berbaikan. Mana jari kelingking kalian?" Mereka saling menautkan jari kelingking mereka, meski wajah masih tertekuk marah. "Nah, anak mama kan pintar-pintar, jadi marahnya tak usah lama-lama."

Sooyeon merapikan kamar itu dengan cepat, lantas menepuk kasur meminta anaknya tidur. "Mau mama ceritakan kisah tentang 'Seorang Lelaki yang Menatap Laut'?"

Terlihat binar semangat dari kedua mata anak-anaknya. "Mau, ma. Mau!" mereka berujar nyaris bersamaan.

"Ayo sikat gigi kalian dulu. Baru mama akan mulai bercerita." Kedua anaknya memasuki kamar mandi dengan terburu-buru, menyikat gigi dengan cepat, lantas menyamankan diri di kasur. Sang ibu menarik selimut tebal untuk menutupi kedua tubuh anak kembarnya.

"Ayo, ma. Ceritakan sekarang," desak si anak laki-laki.

"Hu-um. Kenapa laki-laki itu melihat lautan?" sahut si anak perempuannya, penuh rasa ingin tahu.

"Baiklah, dengarkan baik-baik, ya?"

= = =

Pagi kelima di musim semi. Rakyat Korea Selatan menyambut musim yang indah ini dengan penuh sukacita. Akhirnya musim dingin yang menusuk tulang telah usai. Berbagai mantel, dan jaket bulu agaknya sudah terlipat rapi dalam lemari. Masyarakat sekitar memulai hari mereka dengan jogging, ataupun bermain di taman yang mulai ditumbuhi bunga-bunga. Menyejukkan dan menenangkan. Namun, pagi yang tenang sepertinya tak pernah terjadi di kediaman keluarga Kim.

Rumah dengan dua orang kakak beradik itu nyaris tak pernah sepi dari pertengkaran penghuninya. Taehyung, sang kakak, harus menyiapkan energi ekstra untuk membangunkan adiknya. Semenjak kepergian orangtuanya empat tahun silam, Taehyung harus berperan ganda bagi adiknya: sebagai kakak dan sebagai orangtua. Namun Taehyung menikmati itu. Tak sehari pun ia mengeluh. Adiknya adalah hartanya, satu-satunya keluarganya yang tersisa. Ia akan melakukan segalanya untuk membahagiakannya, melindunginya, serta memastikan sang adik tumbuh dengan baik.

"Tae!" Taehyung menaiki tangga dengan langkah besar; dua anak tangga sekali langkah. Tubuh atletisnya telah terbalut rapi oleh jas biru dongker.

"Taehyun!" Ia lalu membuka sebuah pintu kayu bercat putih. Rupanya oknum yang ia panggil sejak tadi masih telentang nyaman di ranjangnya dengan mulut menganga. Ia meraih jam waker di atas nakas, lantas membunyikannya tepat di samping telinga sang adik. Respon yang ia dapat hanyalah omelan tak jelas adiknya, kemudian remaja 16 tahun itu meringkuk di balik selimut tebal. Taehyun kembali tidur dengan posisi membelakangi sang kakak.

"Aish, setan kecil ini." Ia berkacak pinggang, lantas menarik selimut yang menutupi tubuh adiknya. "Yak! Bangunlah anak nakal! Kau tahu jam berapa sekarang?"

Survivor: A Cup Of Sea || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang