Total: 1,7k words.
: : : : : : :
Happy Reading
: : : : : : :
Awan kelabu menggantung di kaki langit. Angin berembus menebar hawa basah; sesaat lagi jutaan liter air akan tumpah ke bumi. Riak ombak di laut menggoyangkan kapal-kapal nelayan di tepi dermaga. Nampaknya badai akan datang malam ini.
Sooyeon berlari tergopoh-gopoh menuju halaman rumah. Gesit mengangkat satu demi satu pakaian setengah kering dari tiang jemuran. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Kompornya sudah mati belum, ya? Sedari tadi ia sibuk menonton serial drama di teve, sampai lupa pada kompornya. Duhh...
Bicara soal drama, tadi itu benar-benar menyebalkan! Karakter antagonis utama di drama tersebut bukan main jahatnya. Ia nyaris tak berhenti mengumpat sejak pemutaran perdana. Ia sudah capek menangis; tisunya habis dua boks. Namun rupanya semua adegan itu, semua kejadian dalam drama itu, semuanya hanya khayalan semata. Bayangkan, tokoh utamanya ternyata seorang pengidap gangguan jiwa; ia sinting! Sooyeon jadi ikutan sinting melihat endingnya.
Sepanjang karirnya dulu, Sooyeon hampir tak pernah salah mendiagnosis pasien. Semuanya tepat. Tak meleset barang sedikit. Tapi bagaimana bisa pengalaman profesionalnya di bidang konseling dan psikiatri—selama lebih dari sepuluh tahun—seketika sirna, cuma karena drama berapa belas episode? Apa-apaan itu, HA? Mengapa ia tak bisa menerka? Mengapa sang sutradara dan penulis naskah tega mempermainkannya?! Yang mereka lakukan padanya benar-benar J-A-H-A-T.
Sooyeon mendengus kasar. Tiang jemuran tak bersalah jadi pelampiasan amarahnya. ARGH... ia kesal, kesal, kesal!
Seketika BRESS!!
Hujan deras turun tanpa peringatan sama sekali.
Ya ampun, jemurannya! Sooyeon kalang kabut. Ia mesti bergegas, sebelum usahanya dalam mencuci pakaian jadi sia-sia.
Ia menggantung kembali jemurannya di tempat pengeringan dekat dapur, serta memastikan kompornya telah mati. Ketika berbalik, ia dikejutkan oleh kedua buah hatinya. Setengah berlari menghampirinya, sembari membawa handuk dan segelas teh yang uapnya masih mengepul.
"Eomma kehujanan. Ini, pakai handuknya!" Sooyeon menerima handuk pemberian Young penuh haru.
"Eomma, Soojin juga membuatkan eomma teh panas. Eomma pasti kedinginan."
Sooyeon kembali melempar senyum. "Taruh dulu di meja ruang tamu, ya sayang? Eomma mau ganti baju. Nanti kita nonton film bersama, oke?"
Putra-putrinya mengangguk memberi hormat. "Oke, Eomma!"
Seperti yang dijanjikan—usai berganti pakaian—Sooyeon langsung berkumpul bersama Young dan Soojin di ruang tamu. Ia raih secangkir teh di atas meja, lantas menyeruputnya pelan. Kurang manis sih—tapi ia menghargai usaha putrinya tersebut. Baginya sudah cukup nikmat dikonsumsi saat hari yang dingin seperti ini.
Persis di depan Sooyeon, duduk lesehan di atas karpet bulu, kedua anaknya sibuk bertengkar; kali ini berebut remote teve. Yang satu memaksa ingin menonton Transformers Prime, sementara yang satu lagi ngotot ingin menyaksikan Molang.
"Ah... saat cuaca seperti ini, eomma jadi teringat mereka berlima."
Kalimat pancingan Sooyeon sukses mengalihkan minat keduanya.
"Mereka berlima siapa, Eomma? Apakah laki-laki itu dan teman-temannya?"
"Memangnya apa yang terjadi, Eomma? Apa mereka mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Survivor: A Cup Of Sea || TXT
FanfictionSeven Days Struggle berubah judul menjadi Survivor: A Cup Of Sea. . . Tak sekalipun terlintas di pikiran mereka, bahwa rencana Karya Wisata yang seru dan menyenangkan akan berakhir tragis. Mereka terpaksa menghadapi situasi baru, lingkungan baru, se...