Total: 1,4k words.
: : : : : : :
Happy Reading
: : : : : : :
Enam jam berlayar, kondisi lautan masih cukup stabil. Langit benderang menyilaukan, dan panasnya matahari mulai membakar kulit. Kini ketiganya tengah menyantap ikan yang mereka bakar kemarin malam. Taehyun mengamati jarum kompas di tangannya sembari mengunyah daging ikan bakar.
"Bagaimana, Tae?" tanya Yeonjun.
"Kurasa kita melaju ke arah yang tepat, hyung."
Yeonjun mengangguk, bagaimana pun itu terdengar bagus.
"Teman-teman, aku sudah selesai makan. Aku tidur dulu, ya?" Soobin lantas merebahkan tubuhnya tanpa menunggu balasan dua kawannya. Yeonjun dan Taehyun bersitatap. Tanpa bertukar kata pun mereka saling memahami apa yang ada di pikiran masing-masing. Ada sesuatu yang salah dengan Soobin. Ia hanya makan beberapa suap sejak pagi ini, namun sudah mengaku kenyang.
Keduanya memang telah menyadari perubahan fisik Soobin. Sejak bangun tadi pagi, ia terlihat pucat dan lemas. Lelaki itu mungkin terlihat tenang dan sering tersenyum, tapi bibirnya yang kering dan pecah-pecah bahkan tak mampu berdusta. Soobin selalu berkelit ketika ditanya tentang kondisinya, namun kali ini ia tak bisa berbohong lagi. Ini adalah efek samping dari luka yang Soobin derita, efek samping yang Taehyun khawatirkan.
Taehyun melumat halus daun binahong yang ia bawa di sakunya, lantas bergeser perlahan menuju Soobin. Dapat ia rasakan permukaan kulit Soobin memanas. Dengan telaten ia balurkan lumatan daun bihanong pada dahi Soobin serta area terbuka lainnya. Remaja jangkung itu menggeliat tak nyaman. Ia terbangun, hendak menghalau tangan Taehyun.
"Sshh.. tidak apa-apa, hyung. Hanya sebentar, tolong percayalah padaku, oke?"
Soobin mengangguk. "Terima kasih, Taehyun," ucapnya nyaris seolah menggumam.
Usai membaluri dahi dan lengan Soobin, Taehyun beralih pada luka di kakinya. Meski telah diberi lumatan binahong, sejujurnya itu tidak berpengaruh banyak di luka yang lebar. Kondisinya masih terbilang mengerikan, namun tak ada yang bisa mereka lakukan selain ini. Taehyun hanya bisa berharap agar pertolongan segera datang. Atau setidaknya biarkan mereka menempuh perjalanan ini dengan lancar sampai ke darat.
Namun naas, doa Taehyun nampaknya tidak serta merta dikabulkan Tuhan. Malam entah-pukul-berapa ombak di laut tiba-tiba meninggi, persis seperti yang mereka takutkan. Yeonjun dan Taehyun kalang kabut mengamankan barang bawaan mereka, khususnya kebutuhan konsumsi.
"Pegangan yang erat. Kita harus sebisa mungkin menjaga keseimbangan perahu," ujar Yeonjun setengah panik. Seluruh wajah dan tubuhnya basah. Ia hampir tak dapat membedakan mana keringatnya dan mana cipratan air laut. Dengan hati-hati ia memastikan tali yang mengikat tubuh Soobin sempurna terpasang. Pemasangan tali pengaman pada tubuh Soobin adalah satu-satunya solusi yang dapat Taehyun dan Yeonjun pikirkan mengenai keselamatan ketua OSIS sepanjang perjalanan. "Taehyun, kau baik-baik saja?" Yeonjun bertanya memastikan kondisi Taehyun.
"Aku aman, hyung."
Yeonjun mengangguk. "Oke. Bertahanlah, teman-teman. Ini mungkin akan bertahan agak lama."
~ ~ ~
Yeonjun dan Taehyun terbangun keesokan paginya, usai semalam suntuk mempertahankan sekoci dayung mereka. Yeonjun dalam kondisi punggung dan pinggang remuk redam, berdiri patah-patah. Ia coba meneliti seberapa besar efek dan kerusakan yang ditimbulkan dari gelombang tinggi semalam. Sementara tak jauh dari posisi Yeonjun, Taehyun merangsek ke arah Soobin dan memastikan keadaan pemuda jangkung tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Survivor: A Cup Of Sea || TXT
Fiksi PenggemarSeven Days Struggle berubah judul menjadi Survivor: A Cup Of Sea. . . Tak sekalipun terlintas di pikiran mereka, bahwa rencana Karya Wisata yang seru dan menyenangkan akan berakhir tragis. Mereka terpaksa menghadapi situasi baru, lingkungan baru, se...