[🌙] O7. Epilogue

545 70 15
                                    

Abhati🍂Epilog chap☁️•nb : sambil dengerin lagunya gais:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abhati🍂
Epilog chap☁️
nb : sambil dengerin lagunya gais:)

"Sekarang kau sudah tenang 'kan, Sumire?" Mitsuki tersenyum tipis memandang langit malam.

"Benar kan, kau tidak akan merasakan sakit lagi?"

"Karena aku sudah menarikmu dari lautan kesakitan."

Mitsuki terkekeh kecil ketika mengingat hari-hari sebelumnya bersama Sumire.

Saat ia pertama kali bertemu gadis itu, saat ia menyelamatkannya, saat ia memeluknya untuk pertama kali, saat dirinya menyeka air mata gadis itu, saat dirinya ... mengecup kening Sumire.

Walaupun tidak begitu banyak hari yang ia lalui bersama Sumire, banyak kenangan yang tersimpan dalam hatinya.

Hingga akhirnya ia mencintai gadis itu, bertekad untuk melindunginya dan tidak ingin lagi melihat gadis itu untuk menangis.

Rencana Tuhan memang rahasia, tidak ada satupun manusia di muka bumi ini mengetahuinya. Kejadian pastinya ada hikmah di baliknya, maka dari itu Tuhan menakdirkan itu untuknya.

"Kau berbicara layaknya kita sudah berbeda alam saja."

Gadis violet itu juga menatap langit malam, rambutnya yang ia urai dibiarkan beterbangan.

Flashback on

"Ayo Sumire, bangun! Kau tahu? Kita tak perlu melaporkan kakakmu lagi, dia sudah tertangkap. Sebentar lagi kau akan lepas dari semua rasa sakitmu. Maka dari itu, ayo bangun!"

Mitsuki menggenggam tangan mungil gadis itu, menempelkannya ke pipi sebelah kanannya, berdoa agar ia lekas sadar.

Lelaki itu memperhatikan wajah gadis itu lekat, yang terluka parah karena insiden ini.

Terlihat jelas, luka-lukanya memancarkan rasa sakit yang begitu dalam. Hingga saat keadaan tidak sadarnya, Sumire masih menyeringit tanda kesakitan.

Tangan kiri Mitsuki mulai menyentuh permukaan kulit gadis itu. Mulai dari mata kirinya yang lebam, hidungnya yang terlihat kering karena terus-terusan mengeluarkan darah, pipinya yang membengkak dan merah, sudut bibirnya yang terluka, dan terakhir permukaan bibirnya yang kering.

Hati Mitsuki tertohok melihat luka-luka itu semua, ia menyesal memilih rencana ini yang akhirnya mencelakai gadis pujaannya.

"Maafkan aku, Sumire ... aku tidak tahu jika hal ini malah membahayakanmu," ucapnya lirih.

"Aku berniat untuk menyelamatkanmu, tapi malah berujung hal seperti ini."

"Ku mohon bangunlah, gadis violet. Aku tidak bisa membohongi perasaan ini, bahwa aku ... sangat ... mencintaimu."

Ia mengecup dalam tangan Sumire, membacakan mantra-mantra cinta. Tetap berdoa agar gadis itu cepat sadar dari tidurnya.

"Mit-su-ki-kun tol-long a-aku ... in-i sa-ngat s-sak-kit."

Abhati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang