Bab 2

1.6K 55 0
                                    


Kejadian ini terjadi saat saya masih menginjak sekolah dasar. Saya lupa tahun pastinya,...

Yang jelas saya dan keluarga, baru saja pindah rumah dari yang sebelumnya tinggal di samping Rumah Rombe ke tempat baru (masih di desa yang sama) yaitu Omah Jejer Telu (Rumah Berjejer Tiga).

Omah Jejer Telu?

Mungkin tidak banyak orang jawa sekarang yang tahu maksud dari istilah ini, karena fenomena seperti ini sudah langka terjadi, Bahkan mungkin sudah tidak.

Karena Omah Jejer Telu rupanya memiliki arti kelam yang dulu sangat di percaya terutama bagi orang-orang tua.

Omah Jejer Telu adalah dua rumah menghadap satu rumah tunggal dan bila di lihat dari sudut atas membentuk pola segitiga, hal inilah yang membuat orang-orang tua di tempat saya sangat menentang pembangunan rumah baru ini karena di khawatirkan membentuk pola segitiga yang dapat mendatangkan musibah bagi dua rumah lain,....

Kalau kata kakek saya, ngundang Braung.

Braung sendiri itu penggambaran dari makhluk hitam menyerupai genderuwo tapi bola matanya saja sebesar tempeh, jadi makhluk ini lebih besar lagi dan biasanya dia memilih satu rumah untuk di tempati.

Balik ke rumah baru, dua penghuni yang sebelumnya sebenarnya sudah menentang pembangunan ini tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena bagaimanapun pembangunan ini di nyatakan sah.

Selidik demi selidik pembangunan rumah baru ini rupanya untuk rumah kost. Rumah kost dari pabrik gula.

Terlibatnya pihak pabrik dalam membangun rumah ini membuat banyak warga curiga bila pembangunan ini di sengaja untuk membuat istilah Omah Jejer Telu ini terwujud.

Tapi sayangnya tidak ada orang yang memiliki bukti akan hal ini, lagi pula ini hanya istilah ghaib yang tidak dapat di buktikan.

Dan hal yang membuat warga semakin curiga sebenarnya adalah lokasi.

Lokasi yang di pilih pihak pabrik adalah dua rumah paling tua di desa saya, aneh kan,...

Tapi sekali lagi tidak ada yang bisa membuktikan maksud di bangunnya rumah ini karena nyatanya pembangunan tetap berlanjut.

Bisa di bilang, terbentuklah istilah ini dari dua rumah tua dengan satu rumah baru, yang membentuk pola segitiga, hal ini di perparah dengan salah satu rumah tua tepat di halaman rumahnya terdapat kuburan keluarga.

Konon setiap malam jumat, satu dari dua nisan ini bisa terbang.

Tapi hal ini tidak terlalu menakutkan bila di bandingkan dengan cerita-cerita selanjutnya, cerita nisan terbang sendiri sudah banyak di saksikan oleh warga yang berjaga jadi bukan hal baru tapi yang paling menakutkan justru terjadi di rumah baru ini. Rumah kost ini.

Saya ingat cerita ini ramai di bicarakan satu minggu setelah batu pertama di letakkan.

..........

Malam hari terdengar dari jendela rumah ibu Rismoyo suara wanita menangis,

Ibu Rismoyo ini usianya 60'an, beliau tinggal bertiga dengan anak dan cucunya,

Di bawah atap di dalam kamar beliau yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pembangunan rumah baru, ibu Rismoyo yakin seyakin-yakinnya mendengar suara wanita menangis. Takut dengan suara itu, ibu Rismoyo pergi ke kamar anaknya.

Saat menuju ke kamar anaknya, ibu Rismoyo terkejut dengan suara telephone yang berdering.

"Kriiingg.... kriiiiingg"

OMAH JEJER TELUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang