2

67 8 3
                                    

Aditya Arsya Haider

Selimut masih enggan untuk dilepas. Sepasang mata dengan bulu yang lentik masih terpejam. Berkali - kali Alarm berbunyi masih belum bisa membangunkan nya, hingga Alarm terbaik sedunia terdengar nyaring meneriaki Aditya. Matanya yang sipit masih berusaha membuka, melihat kehadiran Diana berkaca pinggang dihadapan nya.

" Bangun! " Teriak Diana sekali lagi, mampu meramaikan seisi rumah yang sunyi seperti tidak berpenghuni

Aditya segera bangkit dari kasur nya yang empuk itu, dengan jalan yang sempoyongan sembari meraih handuk dibelakang pintu. Jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi tapi tidak membuatnya terburu-buru melakukan aktifitas nya.

***
Diana sedang asik membaca majalah dengan kopi diatas meja. Kehidupan nya sangat membahagiakan, kehilangan suami tidak membuatnya terpuruk lantara kekayaan yang ditinggalkan suami nya mampu memenuhi segala kebutuhan nya. Satu tahun yang lalu saat Aditya berusia enam belas tahun. Arsya mengalami kecelakaan beruntun yang diakibatkan motor menyalip diantara mobil truck dan kontraktor, masing-masing supir membanting stir yang menyebabkan kecelakaan itu mengenai mobil sport yang dikendarai Arsya. Arsya menghembuskan nafas terakhirnya ditempat kejadian. Kematian Arsya membekas diingatan Aditya terlebih ketika Aditya mengalami kecelakaan yang membuat adik nya Saffa lumpuh permanen.

Motor melaju dengan kecepatan penuh, tidak untuk kesekolah. Melainkan kemarkas tempat biasa murid-murid nakal merokok serta membuat rencana menyerang sekolah lain. Aditya yang memimpin setiap rencana yang akan ia lakukan bersama dengan teman-teman nya yang lain. Aditya sudah banyak mendapat teguran dari Guru tapi enggan membuat nya berenti atas kenakalan yang ia perbuat.

"Bolos lagi nih" ucap Edo sembari menyalakan rokoknya,memasukan batang rokok kedalam mulutnya.

"Yoi bro"

Derum motor terdengar nyaring, memperhatikan sekeliling bisa terhitung ada sembilan motor, satu motor membawa teman untuk diboncengan. Segera turun lantas menghajar abis Aditya dan Edo yang kini berdua. Sebuah pukulan mengenai rahang Aditya, lantas dibalasnya dengan sangat cepat. Namun mereka kalah dalam jumlah. Aditya banyak mendapat pukulan dibagian perut serta rahang nya, darah beku keluar dari bibirnya. Setelah cukup puas para pengendara motor itu segera pergi berlalu meninggalkan Aditya dan Edo dalam kondisi babak belur.

"Gue yakin itu suruhan Gibran" ucap Edo meringis menahan sakit diperut akibat pukulan.

Gibran merupakan musuh bebuyutan Aditya sejak SMP, karena kesalah pahaman hubungan mereka manjadi hancur. Gibran yang dulu menjadi kawan baik nya kini harus menjadi lawan nya.

***
Diana sudah terbiasa melihat Putra sulung nya pulang dalam keadaan babak belur seperti ini. Diana segera mengompres luka lebam yang ada diwajah Aditya dengan Es batu. Hal ini bisa menghilangkan bengkak yang ada diwajahnya.

"Mau sampai kapan seperti ini?" Tanya Diana sembari tangan yang terus mengompres lebam. Aditya meringis kesakitan karena Diana yang dengan sengaja menekan kompresnya. "Sakit ma"

"Udah tahu sakit! Tapi masih aja berantem"

"Kakak berantem lagi" Suara Saffa membuat Aditya berusaha terlihat baik. Perutnya yang kram akibat pukulan ia tahan agar Saffa tidak mengkhawatirkan nya, bagi Aditya, Saffa lah yang bisa membuat nya bahagia, karena melihat nya ia mampu menghilangkan beribu rasa sakit apapun.

KETOS IS MY LOVE  (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang