Pertemuan

311 47 17
                                    

Sehan Adjie Anggadarma, seorang pengusaha yang namanya kerap kali masuk dalam majalah bisnis. Namanya makin terkenal saat dirinya diwawancarai dalam acara balap di salah satu stasiun televisi. Parasnya yang tampan dan pembawaan yang penuh wibawa tak elak membuat kaum hawa mengelu-elukan sosoknya.

Lihat saja sosial medianya yang selalu dibanjiri pujian dan rayuan dari pengikutnya, yang sebagian besar dari perempuan. Setiap Sehan membagikan foto aktivitasnya dengan begitu cepat diserang bermacam komentar. Meski foto yang ia bagikan itu berupa pemandangan atau dirinya yang diambil secara blur.

Di mata semua orang Sehan merupakan gambaran kesempurnaan. Kaya, tampan, pintar, dan digandrungi banyak perempuan siapa yang tidak menginginkan? Tapi di mata keluarga dan teman dekatnya Sehan tidak lebih dari lelaki yang kesepian.

Di usianya yang telah matang seharusnya Sehan memiliki tambatan hati atau lebih tepatnya calon istri. Setelah kisah cintanya yang kandas beberapa tahun silam sepertinya Sehan enggan menjalin hubungan lagi dengan perempuan lain. Sehan lebih tertarik berkutat dengan pekerjaan daripada mengembara mencari cinta.

Namun ketidaktarikannya untuk mencari calon istri itu membuat Sehan harus rela mengikuti perjodohan yang dilakukan keluarganya. Sehan tidak ambil pusing akan perjodohan tersebut, selama pilihan keluarganya itu perempuan baik-baik dan berpendidikan tinggi.

Dan sesuai dengan harapannya kalau perempuan yang akan dijodohkan dengannya itu merupakan anak rekan bisnis Ayahnya. Tentu saja semua kualifikasinya terpenuhi dan Sehan tidak akan malu mengenalkan istrinya nanti.

Sehan mengetuk pinggiran meja sementara manik matanya melirik jarum jam yang terus bergerak. Sudah dua puluh menit ia duduk menunggu dan seseorang yang katanya akan menjadi calon istrinya itu belum datang juga. Sehan mendengkus, ia paling tidak menyukai orang yang menyia-nyiakan waktu orang lain.

Baru saja dirinya akan beranjak pergi, seorang perempuan dengan gaun merah dan rambut bergelombang menghampirinya. Kali ini dengkusan Sehan terdengar jelas.

"Kamu tahu sudah berapa waktu saya yang terbuang?" nada suara Sehan meninggi, tidak peduli perempuan itu terkejut mendengarnya.

"Eh.. saya.. minta maaf," ucap perempuan itu terbata-bata, merasa ngeri akan raut wajah Sehan yang mengeras.

"Tadi saya terjebak macet di jalan."

"Alasan orang bodoh."

Mau tidak mau Sehan kembali duduk. Matanya memperhatikan perempuan di depannya. Dari segi wajah perempuan itu cantik, tapi Sehan tidak menyukai perempuan dengan riasan yang berlebihan. Apalagi pakaiannya yang -- apa tidak ada pakaian yang lebih tertutup lagi?

"Saya Krystal Gisella--" belum selesai perempuan itu berbicara Sehan sudah memotongnya.

"Saya sudah tahu nama kamu. Saya tidak punya waktu banyak lagi karena salah kamu sendiri sudah membuang waktu saya selama dua puluh menit di sini."

Sehan melihat jam tangannya, "kamu punya waktu lima menit untuk berbicara dengan saya selain memperkenalkan nama kamu."

Krystal terbelalak dibuatnya. Apa seperti ini seorang Sehan Adjie Anggadarma yang sebenarnya? Kenapa berbeda dari hasil  pencariannya di internet?

"Maaf maksud kamu?"

"Otak kamu tidak bodoh kan untuk mengartikan ucapan saya, ch." Sehan tersenyum meremehkan. Salah siapa sudah membuatnya menunggu lama di tempat ini. Orang seperti Krystal ini harus diberi pelajaran bagaimana menghargai waktu orang lain.

Krystal menggaruk tengkuknya, bingung harus berbicara apalagi. Bayangan akan mendapatkan perlakuan manis dari Sehan harus terbuang jauh-jauh mulai detik ini. Semua artikel-artikel yang Krystal baca di internet tentang bagaimana sikap Sehan Adjie itu semuanya bohong.

Married?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang