Gelisah

22 5 7
                                    

Kevin mengayuh sepedanya, senyumnya tak pernah luntur semenjak kejadian dimana ia meminum minuman kesukaannya. Bahagianya begitu sederhana.

Kevin menuntun sepedanya masih dengan senandungan kecil. Sepedanya ia letakkan di samping toko, kakinya melangkah riang memasuki toko. Mata bulatnya menemukan omanya tengah membuat buket bunga. Belum sadar akan kehadiran Kevin.

Kevin tersenyum menghampiri sang oma yang masih fokus dengan kegiatannya. Kebiasaan oma dari dulu, terlalu fokus sampai tak memperhatikan sekitar. Kevin mengalungkan lengannya di pundak sang Oma membuat wanita berkepala lima itu sedikit berjengit. Oma menoleh, mendapati putranya yang tersenyum. Kevin mengecup pipi oma lalu berjongkok di samping kursi omanya.

"Dari mana? Kok baru pulang" oma mengusap rambut Kevin, membenarkan surai Kevin yang sedikit berantakan.

Kevin mengekuarkan bukunya.

'Hari ini Kev senang, karena Kev dapat traktiran dari pemilik cafe'

Kevin masih menyertakan senyumnya yang berubah jadi cengiran membuat oma tidak bisa untuk tidak mencubit pipi Kevin. Kevin menunduk, membuka lembaran bukunya dan mulai menulis lagi.

'Kev minum coffe latte oma, maaf ga bisa bawain buat oma, soalnya Kev di traktir sama El, dia marah karena Kev udah lancang sama dia'

Kevin merengut lucu lalu kembali menyengir saat merasakan usapan pada pucuk kepalanya. Persis anak kecil.

"Beneran di traktir El? Yang punya cafe?" tanya oma memastikan. Dan di jawab anggukan semangat oleh Kevinnya.

Oma hanya tersenyum, bahagia melihat putranya bahagia. Oma harap tuhan selalu menjaga Kevin kemanapun ia pergi.

. . . . . . . . . . . ❤⛅



El memakirkan mobilnya setelah ia sampai di depan cafe nya yang baru saja buka. Terlihat tirai yang menutupi kaca besar cafenya baru saja bergeser. Dan beberapa pegawai yang menata meja di luar.

El menyapa pegawainya dengan senyum menawan miliknya. Membantu pegawainya yang sedikit kesulitan, atau berhenti sejenak untuk mengobrol dengan Bimo, pegawai yang paling dekat dengannya.

Semua pegawainya menatap sang majikan aneh. Tidak biasanya pak El nya itu selalu tersenyum begitu. Dan lagi ia berangkat awal, biasanya lelaki dengan nama lengkap Elvian Ardelnon itu akan berangkat satu jam setelah cafe buka. Sepertinya sesuatu membuat majikan mereka sedikit lebih rajin.

"Pak bos keknya lagi bahagia deh, kenapa sih pak?" tanya Hamid yang tengah mengelap meja bar. El yang tengah duduk di salah satu kursi di sana hanya tersenyum.

"Menurut kamu saya kenapa?" El malah balik bertanya membuat Hamid berpikir sejenak. Kemudian lelaki bersurai hitam legam itu menyeringai.

"Biasanya yang bikin tambah rajin kalo ga hadiah ya pujaan hati, bapak jatuh cinta?" padahal Hamid bercanda, tapi melihat respon El yang langsung senyum lima jari itu membuat Hamid ikut senang. Mungkin nanti ia mendapat jatah bayaran paling banyak.

"Kayaknya saya memang jatuh cinta deh" gumaman El sukses membuat Hamid sedikit serius menatap El "kalo saya jauh dari dia nih ya, saya rasanya kayak ada yang kosong, padahal ngobrol aja baru sekali, ga ketemu aja nih ya saya rasanya ga bisa tidur, pengen ketemu terus bawaannya" El cemberut membuat Hamid ikut cemberut. Terbawa suasana.

"Telfon atuh pak, jaman sekarang masa ga ada Hp?" gurau Hamid membuat El semakin lesu, senyumnya luntur seketika. Kedua pundak yang tadinya tegak kini malah merosot lemah.

"Saya nggak tau siapa dia mid, dia tau saya, tapi saya lupa nanyain namanya, apalagi nomer hp? Gelisah saya dari semalem, ga bisa tidur gara-gara di senyumin dia" senyum El kembali merekah. Matanya menatap atap cafe, menerawang senyum manis pujaan hatinya.

"Sabar ya pak kalo jodoh mah ga akan kemana. Semangat berjuang pak, kalau begitu saya pamit kerja lagi ya pak, jangan lesu pak" Hamid tersenyum kemudian pergi meninggalkan El yang masih membayangkan senyum manis Kevin. Dia benar-benar di buat jatuh cinta oleh lelaki itu. Ini gila!

Matanya kini menatap keluar jendela, menunggui Kevin yang mungkin akan datang sebentar lagi. El terus saja melirik arlojinya yang baru saja ia beli lusa kemarin.

El menghembuskan nafasnya perlahan. Ia mulai bosan, sudah jam sembilan, tapi kenapa Kevin belum datang? El menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Kembali mengingat Kevin. Jatuh cinta memang menyenangkan, El tidak tahu ia akan merasakannya lagi, dengan lelaki pula.

Atensi El sepenuhnya berpindah keluar jendela saat mendengar suara bel sepeda dimainkan, seolah memberi kabar ia datang. Namun saat matanya menatap keluar jendela bukan Kevin yang ia lihat, melainkan lelaki bertubuh besar yang turun dari sepeda dengan banyak keranjang yang mulai di turunkan dari sisi sepeda. Itu sepeda Kevin,berwarna baby blue, lalu dimana pemiliknya?

El bergegas keluar, ingin bertanya dimana Kevin "maaf mas, mas dari toko bunganya oma rose kan?" tanya El, lelaki tadi menghentikan aktifitasnya. Mengangguk pelan

"Kok mas yang antar?"
"Saya pekerja baru mas, kata majikan saya, saya di suruh antar bunga kesini, memangnya yang biasa antar kemana mas?" tanya lelaki yanh bertubuh lebih besar dari El itu. El merengut.

"Saya juga nyariin kalik mas..." gumam El kemudian duduk di kursi. Menatap lelaki di depannya yang mulai menurunkan keranjangnya lagi tanpa minat membantu. El galau sekarang.


















Kemana perginya sang pujaan hati El?

Tbc!

Hehe...

Hayo pujaannya si El kemana? 😂

Dikit kan?
Aku lagi rajin update
Tapi kayaknya ini gaje deh:v

Maafkan typo:')
Vote sama komennya jangan lupa^^

Amor[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang