Hari ini Kevin kembali melakukan rutinitasnya setelah tiga hari berturut-turut di larang Oma melakukan ini dan itu. Kevin menyiapkan tasnya di punggung, tak lupa memakan sarapannya dan berpamitan pada omanya. Setelah itu Kevin meraih sepedanya yang penuh dengan keranjang bunga.
Dengan senyum yang menghiasi wajah manisnya, Kevin mengayuh sepedanya dengan sedikit bersemangat. Entahlah ia hanya merasa sangat tidak sabar?
Kevin menuruni sepedanya, menuntunnya mendekat kearah rak yang tersedia di depan cafe. Kevin tersenyum saat beberapa orang yang tengah menata meja kursi di sana menyapanya.
"Hai"
Kevin menoleh mendapati lelaki yang beberapa hari lalu mentraktirnya. Lantas Kevin melempar senyum manisnya membuat lelaki di depannya itu hampir terjatuh. Beruntung Kevin dengan sigap memegangi pinggang El. Raut wajah Kevin berubah khawatir. Menatap El dengan alis bertaut seolah bertanya apakah ia tak apa apa.
"Nggak, aku nggak papa" jawab El sedikit gugup. El dan Kevin menoleh saat mendengar tawa yang tertahan dari balik punggung El. Karyawan El tengah mati-matian untuk tidak menyemburkan tawa mereka karena melihat tingkah bosnya yang tengah jatuh cinta.
Kevin terkekeh tanpa suara saat mendapati telinga El yang memerah. Buru-buru ia membuka tasnya, mengambil buku dan bolpoinnya.
'Telinga kamu merah'
Buru buru El memegang telinganya, lalu tersenyum ke arah Kevin yang masih terkekeh. Tatapan El berubah sendu, tangannya bergerak mengusap pucuk kepala Kevin, membuat sang empu sedikit tegang. Dapat terdengar suara ricuh di balik punggung El. Karyawan El berteriak heboh, beberapa dari mereka hanya menggeleng, sedangkan Hamid dan Bimo mempraktikkan bagaimana El mengusap kepala Kevin. Mereka sedang di suguhi drama picisan di pagi hari.
Kevin menggigit bibir bawahnya gugup. Kini giliran wajah Kevin yang nampak memerah. Ia menepis pelan tangan El kemudian melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
"Aku bantu" kata El segera membawa keranjang yang lain untuk di tata rapih.
"GAS POL PAK! JANGAN KASIH KENDOR!" Bimo berteriak mengundang beberapa karyawan dan pelanggang nampak terkekeh.
"Jangan di dengerin, karyawanku emang suka ilang sopan santun sama atasannya" kata El tanpa menoleh. Ia meletakkan keranjang terakhir, menepuk kedua tangannya pelan lalu menatap Kevin yang membungkuk sebagai ucapan terima kasih. Kevin hendak pergi sebelum suara El membuat pergerakannya terhenti.
"Mau kemana? Tumben bawa ransel?" tanya El. Kevin mendengus pelan, ia keluarkan bukunya menulis asal lalu d tunjukan pada El.
'Hari jam ku les di rumah papa'
El berpikir sejenak, lalu menarik Kevin agar segera turun dari sepedanya. "Kuantar ya? Aku mau ikut ke panti"
Kevin menitipkan sepedanya terlebih dahulu, menyusul El yang tersenyum cerah.
Ia tak punya pilihan selama semuanya gratis, belum lagi di suguhi senyum tampan El.. . . . . . . . . . . . . . . . .
El menatap bingung Kevin yang kini di kerubuti banyak anak kecil. Ia belum berminat untuk beranjak dari mobilnya. Ia masih berusaha mencerna semuanya.
"Kevin, kamu dateng?"
Tepat saat wanita paruh baya yang baru saja keluar dari sebuah rumah yang lumayan besar di sana El ikut turun dari mobil. Membuat atensi mereka tertuju pada El yang tersenyum canggung.
"Halo tante, saya El temennya Kevin" El menyalami wanita paruh baya yang kini berohria sebelum kemudian tersenyum ke arah El.
"Panggil bibi aja, bibi namanya Bi Arum, anak anak biasa manggil bi rum"
"Kakak siapa? Ih kakak ganteng!" salah satu anak perempuan di sana memekik senang, apalagi saat ia berhasil mendekat. Ia nyaris pingsan dan terjatuh. Beruntung salah satu dari mereka menahan berat badannya yang di tambah boneka beruang di pelukannya.
"Micel alay deh, ga malu di liatin kak El sama kak Kevin?" anak lelaki yang menopang tubuh anak bernama Micel itu memutar bola mata malas.
"Nanti kak Kevin cemburu~" timpal anak lelaki berkulit gelap di bagian paling belakang, yang mendapat hadiah pelototan mata dari Kevin yang bersemu.
El kini tau apa isi tas pujaan hatinya itu. Kevin membawa banyak buku juga bunga yang berada di toples kecil. Kevin memberikannya pada pengurus panti supaya bisa di gunakan anak anak panti.
Iya kini mereka tengah berada di panti asuhan atas perintah Kevin. Kevin bilang ia ingin mampir sebentar di suatu tempat, tapi ia tak tau jika suatu tempat yang ia maksud adalah panti asuhan.
El menoleh saat celana jeanz ny di tarik oleh bocah perempuan yang manis "ada apa?"
El berjongkok, mengusap kepala anak perempuan tadi yang kini menggerakkan tangannya perlahan. Ia tertegun sebentar lalu tersenyum.'Mau kenalan?'
El mengangguk, ia tahu beberapa bahada isyarat karena dirinya pernah belajar bersama kakak sepupunya yang kebetulan bisa menggunakan bahasa isyarat. Ia juga teringat akan Kevin. Lelaki itu tidak pernah menggunakan bahasa isyarat, ia bergantung pada buku dan bolpoinnya. Kenapa? Padahal ia sangat butuh bahasa isyarat itu.
El menggerakkan tangannya sangat pelan sebagai jawaban.
"A...yo... Ki.. Ta.. Ke.. Na.. Lan" eja El pada setiap pergerakkan tangannya " na.. Ma.. Ku.. E.. L.. Ka.. Mu?"
'Aku Raisa, salam kenal' setelah bersalaman dengan El bocah bernama Raisa itu pergi, berlari ke arah teman-temannya dan mulai bergabung bermain.
El tersenyum kemudian berdiri. Ia menoleh saat tepukkan pada pundakny mengejutkannya.
'Kamu bisa bahasa isyarat? Mau ajarin aku?'
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor[HIATUS]
Romancecinta begitu lembut ketika sembuh tapi cinta juga yang begitu keras melukai kembali . . . . . . Yaoi