Hari ini adalah hari ketiga Kevin tidak datang ke cafe. Dan juga hari ketiga dimana El yang uring uringan karena tidak melihat Kevin. Ia rindu rupanya.
"Pak El sekarang seneng nglamun ya?" tanya irna membuat El yang tengah merenung di balik bar cafe terlonjak kaget. Menatap Irna sedikit sebal lalu kembali merenung.
Irna mendekat mengambil biji kopi di dekat El seraya melirik majikannya yang nampak sedih. Irna hanya menghela nafasnya saat El tak membalas pertanyaannya. Ia lebih memilih memasukan biji kopinya kedalam mesin.
Bimo datang seraya bersiul dengan nampan kosong di tangannya. Alisnya naik turun ke arah Irna ingin menggoda, namun segera di tarik sang empu. Irna mendekatkan wajahnya pada wajah Bimo membuat lelaki dengan rambut gondrongnya itu kaget.
"Pak El kenapa? Akhir-akhir ini dia sering nglamun" tanya Irna. Irna jelas khawatir dengan kondisi majikannya itu. Pipi El mulai tirus tanpa banyak orang yang menyadarinya.
Bimo mengedikkan bahunya pertanda tidak tahu "galau kalik, kangen mungkin?" tebak Bimo kemudian berlalu ke dapur setelah sebelumnya menepuk pundak Irna dua kali.
Irna menatap El sebentar, kemudian pergi menyusul Bimo.
"PAGI PAK BOS!! SENDIRIAN AJA NIH?! MAU AKU GANDENG GA?!" Ero menaik turunkan alisnya. Sedangkan El yang di kageti Ero malah mendengus, hendak menjambak rambut tebal Ero jika saja meja bar tidak membatasi mereka.
"Apa sih Ero? Pagi pagi kok ribut?" El kembali menopang dagunya. Menatap keluar jendela dengan kesadaran penuh.
Ero menyengir lalu mulai ikut menopang dagu menatap El "pak El kurusan ya? Tirus banget pipinya, pak El juga kusut, belom mandi pasti, tapi kok udah bau parfum? Mata bapak juga redup, kenapa pak? Kurang asupan cewek sexsi ya?" Ero terkekeh mendengar kalimatnya sendiri sebelum kemudian kekehannya berganti rintihan karena El menjitak kepala Ero cukup kuat.
"Sembarangan aja kalo ngomong, eh ngomong-ngomong Ron, saya kangen... "
"Aduh jadi malu, bapak kalo mau homo sama saya jangan gitu dong pak, malu saya" telinga Ero memerah membuat El darah tinggi luar biasa. Percaya diri sekali tuan Ero ini.
"Bukan elu Ron! Pede banget sih jadi orang" El menatap Ero tajam, sedangkan yang di tatap malah terkekeh. Setidaknya ia bisa membuat El sedikit cerewet padanya. "Saya kangen sama gebetan Ro, udah tiga hari ga kesini, yang nganter bunga juga bukan dia lagi, namanya saya nggak tau, apalagi nomer Hp sama id line?" El memulai kembali sesi curhatnya kepada Ero, membuat Ero mengangguk-anggukkan kepalanya. Berusaha memahami masalah bos nya itu.
"Ya bapak telfon pihak toko bunganya aja kenapa sih pak? Bapak kan punya nomernya" celetuk Ero. El melirik kemudian menghembuskan nafasnya kasar.
"Saya kan ga kenal cwok yang biasa nganter bunga Ro, nanti nanya nya gimana?" El merengut, mencebik bibirnya di depan Ero lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan lengannya di atas meja.
"Jangan putus asa lah pak, coba dulu, kalik aja dapet info, tuhan mah kasih yang terbaik buat orang yang mau usaha, pokoknya mah usaha dulu aja" Ero menepuk dada kirinya bangga, merasa heroik saat melihat El menaikkan wajahnya, mengintip dari sela-sela ujung poninya.El terdiam, berusaha menimbang-nimbang ucapan Ero yang mulai mempengaruhi otaknya.
. . . . . . . . . . . °
El mengerutkan dahinya, berusaha menguatkan mentalnya menelfon perempuan pemilik toko bunga yang menjadi penyetor buket bunga selama ini.
El membuang nafasnya, menariknya kembali dan mengehembuskan dengan perlahan. Berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Ayo kita coba El!"
El mendekatkan telfonnya pada daun telinganya. Indra pendengarnya segera mendengar suara wanita yang terdengar sangat ramah, membuat El diam diam tersenyum hangat.
"Halo?"
"Halo oma, ini El, inget?" tanya El ragu. Ia menegak minuman jernih di dalam cangkir kumamonnya perlahan.
"Eh? El? Kamu apa kabar? Sehat sehat ya"
El tersenyum kemudian mengangguk walau ia tau oma rose nya itu tidak mungkin melihatnya. "El baik oma, oma gimana? Toko bunganya lancar?"
"Oma baik sekali, apalagi El nelfon oma, rasanya kangen oma sama kamu langsung tertebus" di ujung sana El mendengar bahwa wanita tua kesayangannya itu terkekeh.
El tidak jadi menanyakan perihal lelaki kesayangannya sangking asyiknya melepas rindunya dengan oma rose. Ia akan menanyakan pujaannya nanti secara langsung, tidak melewati jalur bertanya dengan orang lain. El harus mandiri.
Walaupun ia ragu lelaki nya itu akan datang atau tidak.
❤~
Oma menaruh gagang telfonnya lalu beranjak dari duduknya. Ini sudah malam saat El menelfon lewat telfon di toko, bukan melalui ponsel genggamnya. Oma hendak menutup toko saat melihat putra kesayangannya tengah duduk menyendiri di bangku luar.
Oma membuka pintu hingga membuat suara nyaring dari atas pintu. Namun tak membuat atensi pemuda di sana teralihkan, mau tak mau Oma memanggilnya.
"Kevin!" yang di panggil menoleh, segera melempar senyum saat omanya mendekat "udah malem, ayo masuk, kamu baru aja sembuh lho Kev, oma nggak mau kamu kenapa-napa" tutur oma saat duduk di samping Kevin.
Hati Kevin menghangat mendengar tuturan Oma. Diraihnya jemari omanya di elus pelan lalu di tangkupkan di pipinya. Kevin tersenyum ke arah omanya hingga matanya membentuk bulan sabit.
Oma terkekeh. Saat Kevin membujuknya agar tidak terus melarangnya. Beberapa hari terakhir Kevin mengalami kecelakaan dengan sepedanya. Membuat Kevin tidak bisa berjalan karena pergelangan kakinya yang terkilir. Dan juga beberapa luka gores di lengan juga kakinya. Oma begitu khawatir, sampai sampai melarang Kevin bekerja ini dan itu sampai luka di sekitar kaki dan tangannya sembuh.
'Oma berlebihan' protes Kevin saat Oma melarangnya memasak untuk makan siang, padahal pergelangan di kakinya sudah sembuh. Tapi dengan itu Kevin tau, apa yang omanya sampaikan padanya adalah sebuah bentuk kasih sayang. Membuat Kevin mau tak mau tersenyum saat omanya membawakan makan juga ikut menyuapinya.
Kevin mendorong kecil pundak Omanya yang masih saja menyuruhnya masuk. Ia tidak membawa buku. kertas dan bolpoinnya ada di kamar, membuatnya tak bisa berkomunikasi dengan omanya. Karena dia sendiri tidak bisa menggunakan bahasa isyarat.
"Jangan lama lama ya? Oma ga mau kamu demam" oma melepas apron juga syal yang ia pakai, melilitkan syalnya pada leher Kevin dan meletakkan apronnya pada paha Kevin yang hanya menggunakan celana pendeknya "di luar dingin, oma nggak mau kamu sakit lagi" oma membelai surai Kevin pelan membuat sang empu memejamkan matanya, menikmati kehangatan yang menyelimuti hatinya.
Oma bangkit meninggalkan Kevin yang kembali menatap langit malam. Ia akan bercerita sekarang, menceritakan apa yang terjadi seminggu belakangan. Tapi tentu saja tidak dengan kecelakaannya. Ia tidak mau membuat orang terkasih yang tengah di ajak bercerita sedih karena mendengarnya tidak berhati-hati dalam menggunakan sepedanya. Batinnya mulai bercerita, membuat air mata Kevin tak terbendung seketika.
'Bunda, kevin kangen bunda'
Tbc!
Ada yang kangen ga? Ga ada iya maap
^^
Vote sama komennya sayang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor[HIATUS]
Romancecinta begitu lembut ketika sembuh tapi cinta juga yang begitu keras melukai kembali . . . . . . Yaoi