PART 1
Kiara Evelyn
Senin, jam sudah menunjukan pukul 07.00, melihat sekitar dan memandang sekitar orang orang sedang berdiri tegak memakai seragam rapi saat upacara
“Hhh. Kapan si selesainya? lapharrrr” kata
“Sssstttt !” bentak Deta
“ Ambis “ bisikku
Dia menoleh dan menatapku dengan tatapan pembunuh, dasar! Untung sayang!
Yup Deta is MaGurlllll
Sahabatku, kami bertemu saat masa masa sulit saat di ospek sampai sekarang. Terlalu Ambisius, Royal, tetapi sayangnya dia denganku berbeda kelas kalian tau pastinya deta ada dikelas apa. Penyayang tapi gampang terpengaruh eww apalagi sama rayuan maut lelaki“Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara”
“alhamdulilah” kataku sedikit keras
“Awww” tiba tiba deta mencubit lenganku “kenapa si ta?”
“Bisa gak mulut dipakai untuk berbicara hal yang penting saja? Bentaknya
Saat aku ingin menjawab Deta, ada suara yang memotong
“Ra?” tegurnya
Sontak aku langsung menoleh
“ sarapan yuk !” lanjutnya
Tampa berpikir panjang aku menggangukan kepalaku cepat
“bukannya lu lagi kesel ya sama Dafin?” bisik deta
“emmm iya si, tapi laper ta” kataku memelas
“gak gak ada ya ra!” katanya sambal menarik lenganku pergi
Dengan raut wajah yang sedih aku meninggalkan dafin, dafin hanya tertawa dari jauh
Dasar! Kenapa dia tidak mengejarku? Apa dia pikir membiarkanku kelaparan itu sebuah lelucon? Rasanya ingin menjadi kanibal saja memakan deta dengan dafin
Daffin Cullen
Namanya seperti pemain film saja, keluarga Cullen garis keras. Dewasa, Pintar sedikit ganteng. Sedikit ya... dia seniorku. Semangat belajarnya sungguh luar biasa sampai menembus awan membelah lautan sama seperti deta hanya saja dafin lebih senior saja. Nama dafin selalu terpampang pada mading sekolah karena bantuan dari otaknya itu, aku yakin tampa otaknya itu dia tidak akan sehebat itu.
Kata deta dafin suka padaku, tapi sekarang aku ragu karna ia sudah membiarkanku kelaparan“Diam Disini !”
“kenapa si ta? Kan mau kekantin uda sekaratul ini perut gue” rengekku
“ Gua aja yag ke kantin, lo tunggu disini”
Memang disekolahku ini ada jeda untuk pergi kantin untuk sekedar membeli minum atau sarapan sebelum masuk kelas kembali
“Yahh ta, gue gak bisa milih dong? Kataku
“ Disini aja ya Kiara” katanya dengan nada selembut mungkin
“ Ribet ah tar dikantin banyak yang memuji memuja lo, berisik! Pusing gue” katanya sedikit kesal
“ kan kemaren dah gue bilang bawain gue masker” kataku
“Untuk”?
“ menutupi muka seperti fungsi masker pada umumnya” kataku kesal
“iya nanti gue bawain masker muka biar semua muka lo ketutupan. Sekalian sama timunnya gak?”
“Rese lo!”
Saat deta ingin pergi, aku malah ingin pergi ke toilet. Aku tidak bisa ke toilet sendirian dan deta tidak pernah menolak sekalipun menemamiku buang air besar, ah sahabat yang baik bukan?
“ Taa tunggu!”
“ Apa? Dibilang gak usa ikut ikut” katanya kesal
“Ingin ke toilet, kebelet” rengekku
“ Manja! Cepet Ah !" Katanya
Saat aku dan deta hendak pergi ke toilet, langkah ku terhenti saat melihat seseorang diambang pintu sedang berbicara dengan ratu ular
“Ayo” kata deta sekaligus menggagetkan ku
“ cowo itu siapa ta?” Tanya ku penasaran
“ Mana?”
Aku mengarahkan pandangan deta ke leleaki itu dan menggerakn bola mataku memberi isyarat padanya , tapi deta belum melihatnya juga
“Ihh itu yang sedang bersama ratu ular” kataku
Ratu ular adalah nama yang aku dengan deta berikan untuk teman sekelas kami bernama Gween julukan yang cocok untuknya karena hampir semua cowo di sekolah ini di beri bisa ularnya itu agar suka padanya
“ Raka?” Kata deta memastikan
“ Senior kita, temennya dafin tuh, jangan lo angkut juga” lanjutnya
“ loh ko ngomongnya sebel gitu sih ta? Lo suka ya ta? Angkuttt!! manis ko ta, idaman deta bangettt” ledekku
Deta memberikan tatapan aneh padaku sontak aku dan deta tertawa
“ Ahh ta jangan tertawa saat keadaan ku lagi seperti ini dong, lo mau gue buang air kecil disini? Mau lo tanggung jawab membersikan lantai?” kataku
“ Nah pas, sana lo pipis di lantai toilet aja” katanya membalas
Lalu aku dan deta berakhir dengan berlambai tangan
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Perfect Heart
Teen Fiction'Bagiku tiada yang Cuma-Cuma ketika semesta berani menaruh percaya, memberimu sebagai bukti bahwa apa yang pernah aku anggap telah mati kelak akan hidup kembali. Segala jenis tanda yang disertai Tanya. Mengapa rasa ini perlahan dengan pasti tumbuh s...