"kesedihan tak perlu dibagi."

0 1 0
                                    

PART 4

“Senang disukai banyak hati
Tetapi kesedihan tidak perlu dibagi.”

Kiara Evelyn

Aku segera berlari menuju kantin, astaga rasanya ingin mempunyai ilmu berpindah tempat saja agar aku tidak usah berlari maraton seperti ini,
lari dikeadaan lapar rasanya organ dalam tubuh ingin berontak keluar.

“Detaaa!!” teriakku sambal menepuk pundak deta

“Ra..Raa lo gapapa kan?lo ditanya apa aja ra?”

Aku hanya diam dan memandang deta dengan tatapan membunuh.
Deta memang tidak bisa menilai keadaan rasanya ragaku seperti ditarik paksa saat ini,
Aku menarik nafas lalu membuangnya ku ulang terus menerus agar aku bisa memaki deta. Karna membiarkanku seperti ini. Tetapi tetap saja tidak bisa

“ Taa.. Minum” kataku lemas

“ Ya Tuhan ! sudah tanda tanda mati lo ya? Iya iya gue beliin” katanya

Deta kembali dengan minuman di tangannya serta semangkuk bakso panas

“ Nih minum dulu , jangan langsung mengambil seperangkat alat makan”

Aku menyetujuinya dan segera
meminum air mineral yang berembun karna terlalu dingin, saat aku sedang menikmati sejuknya air mineral tiba tiba deta berbicara lagi

“ Ceritain Dong!” katanya penasaran

“ Yaampu DETA!. Mau gue sembur wajah lo Hah?”

“ Ni minuman aja belum sampai lambung gue ta!” kataku geram

“ Maaf ya kanjeng ratu, hamba menggangu” katanya

Aku segera menyantap bakso panas yang sedari tadi sangat menggoda

“ Ko lo gak masuk kelas si ta? Dari tadi pagi sampai mau masuk bel istirahat kaya gini? Biasanya kan garda terdepan” Tanyaku sambil mengunyah bakso satu persatu kedalam mulutku

“Gak pernah diajarkan orang tua ya? Kalau makan tidak boleh sambal berbicara?”

Aku mengangkat tangan sambal memberi isyarat OK dan menutup mulutku seperti gerakan menutup seleting, Deta hanya tersenyum

“ Habis ini saja masuk kelas ikut pelajaran ke dua” tambahnya

“ Kalau sedang makan,boleh sambil menjawab pertanyaan seseorang?”

Deta menghela nafasnya “boleh”

“ Males ta, Kalau bokongku sudah menempel dan bersahabat dengan kursi kantin gue udah gak bisa ninggalin dia” jawabku beralibi.

Alasan sebenarnya ya karna kejadian hari ini aku jadi malas masuk kelas dan deta pasti paham dengan itu

“ Yauda gue temenin deh bokong lo supaya tambah nyaman”

“ Hah? Gak salah denger gue ta? Seorang Deta Juanda bolos? Sejarah ni!” kataku heran

“ Iyakan lo hari ini dapat masalah karna gue” katanya lembut dengan wajah yang menunduk ke bawah

“ Lo lupa tugas kanjeng ratu apa? Kanjeng ratumu ini akan selalu membela kebenaran” kataku menghibur

Deta hanya memberi tatapan jiji padaku

“ Udah belum si makannya?”

“ penasaran banget ya? Sini sini kataku sambil menyuruh deta untuk mendekatkan telinganya padaku
“Rahasia Negara” bisiku

Sontak deta langsung menarik rambutku cukup keras, “Rasakan ini kanjeng ratu!”

aku dan deta menanggapinya dengan tertawa

“Seriously”

“Allright, Calm. Ya gitu wanita ular itu hanya membela dirinya sendiri karna bajunya gue robek.si brahmantio itu juga seperti percaya padanya tapi gwen sedang di siding oleh guru pembimbing. Dan yah dafin tidak membantu sama sekali”

“Tapi ada satu yang menarik, kayaknya bakal ada nak baru disini” tambahku

“Siapa?” katanya penasaran

“ Gak tau mukanya tidak terlalu jelas. Karna tertutup hodie, namanya jeff kalau tidak salah dengar” kataku

“ Mudah mudahan lelaki tampan, pintar, soleh, rajin menabung, tidak sombong” kata deta menghayal

“ Manis engga?”

“ Iya manis juga”

“ lo tidak sedang mendeskripsikan seorang RAKA kan?” kataku menggoda

“ Engga apa sih” katanya malu malu

“ Tidak apa apa rakyatku, kanjeng ratu setuju setuju saja” kataku dan disusul dengan tawa deta.

kepalaku sedikit sakit karna kejadian tadi siang, aku dan deta memanjakan diri dulu di mall dengan kartu Black ku sayang kan kalau di anggurkan saja, dan sampai rumah tepat pukul 22.00, Dengan perlahan aku memasukan anak kunci kedalam lubang dan memutarnya kekanan. Setelah terdengar bunyi klik untuk kedua kalinya, kamarku terbuka, saat aku ingin memasuki kamarku ada tangan yang mencegahku

“Mama ingin bicara”

Ah aku berani taruhan tenyang apa yang akan keluar dari mulut mama.
Instingku mengatakan “Fokus saja ke sekolahmu, jangan macam” karna kamu anak satu-satunya” sedangkan
logikaku mengatakan “ mama sama papa adalah penyumabang terbesar di sekolahmu, jangan membuat malu, bersikaplah seperti anak normal”

sebenarnya intinya tetap sama, tapi dalam pertaruhan ini siapakan yang akan menang? Insting atau logika

aku lalu mengikuti langkah mama sampai akhirnya berhenti di ruang tamu dengan keadaan tv masih menyala

“Mama dapat laporan dari kepsek”

“Mama tidak perduli apa masalahmu!”

“ Tapi mama mohon unutuk bersikap seperti anak normal yang berbakti kepada orang tua”

Damn!

Apa gunanya surat peringatan ini?

Aku hanya bisa diam sambil memandang tv yang siarannya pun tidak jelas.

Menurutku broken home bukan tentang anak yang ditinggal oleh kedua orangtuanya karna perceraian atau salah satu dari mereka, tetapi tinggal dengan orang tua utuh tampa mendapatkan kasih sayang sedikitpun.

Mungkin itu termasuk.

aku hanya diberi uang uang dan uang, tidak tau bagaimana perkembanganku, mereka tidak tau keluh kesahku menurut mereka dengan uang saja sudah cukup. Tapi mungkin aku juga harus bersyukur karna broken home ditengah keluarga kaya.

Papa sibuk berkerja sampai pulang saja seminggu sekali, mama hanya menerka nerka apa saja yang dilakukan papa selama seminggu itu, saat papa pulang pun hanya ada pertengkaran, membanting banting barang yang nantinya akan mama beli kembali untuk membantingnya lagi minggu depan.

banyak tentangga yang mengomentari hidupku seperti
“anak orang kaya itu pulang selalu larut malam” “enak ya jadi orang kaya” “rumah sebesar itu masi saja tidak betah dirumah”  dan masih banyak lagi

Like A Perfect HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang