PART 3
Aku Harap kita selalu bahagia
dan sanggup membahagiakan diri sendiriKiara Evelyn
Memandang pria paruh baya berseragam didepanku membuat aku menggeram kesal, ditambah duduk dengan wanita ular
"Ini buruk Kiara!"
kata pria paruh baya ber-nametag 'Brahmantio' dia mempunyai cara aneh dalam mengintrogasi. Dia tidak menanyakan terlebih dahulu apa yang terjadi langsung saja dia menghakimiku." saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan, saya hanya ingin membela teman yang ingin dibully" kataku sambil memutar kedua bola mata
" menyelesaikannya bisa kan tampa perkelahian?"
"Bapak bisa Tanya langsung sama gwen yang buat perkelahian" kataku kesal
" Gwen?" Tanya kepsek
" Saya hanya mendorongnya pelan lalu Kiara menyerangku sampai lengan bajuku robek besar seperti ini" kata gwen dengan wajah yang dibuat sedih
Ah gwen membuat, melebarkan, memanjangkan masalah karena lengan bajunya yang kurobek. Dasar lemah. Ingin berubah saja menjadi monster dan segera mencabik cabik wajahnya yang dibuat sedih seperti itu
" Apa benar Kiara?"
" Yah pak yang benar saja. Bapak tau kan merobek itu perlu tenaga yang besar? Jadi mana mungkin saya membuang tenaga saya untuk hal yang dibilang tidak penting ini."
" kalau gwen tidak menimbulkan masalah besar saya juga tidak membuat robekan besar" kataku menambahkan
" sebesar apa masalah kalian? Sampai ruangan penuh seperti itu dan sampai saya yang turun tangan?" katanya
" apa bapak membiarkan bulliying terjadi begitu saja? Banyak siswi disini yang menjadi korban gwen bukan hanya sakit fisik melaikan sakit mental pa!"
"apa yang dikat..
Saat gwen ingin membela dirinya, aku memotong pembicaraannya
" kenapa bapak menghakimi saya terus? Apa gunanya gwen disini? Masalah ini tidak akan selesai kalau bapak terus menghakimi saya!"
"Kiara. Bicaralah yang sopan" bisik dafin
Sontak kepalaku berputar ke arah dafin, aku lupa bahwa dafin ikut bersama kami, aku memberi isyarat padanya untuk membantuku, semoga dafin mengerti
" pak maaf sepertinya gwen dan Kiara harus sama sama saling memaafkan agar tidak saling menyalahkan" kata dafin
Sepertinya dafin tidak membantu, kalau dia mengusulkan seperti itu pasti aku yang diperintahkan untuk menjulurkan tangan terlebih dahulu
" baiklah, ayo Kiara"
Apa aku bilang, dugaanku tidak meleset. Dafin kurang ajar. Dia hanya mempersulit saja
Bukan masalah gengsi untuk meminta maaf duluan. Aku juga malas berhadapan dengan orang yang mempunyai jabatan tinggi tapi tidak manusiawi, Kalau aku menjulurkan tanganku duluan gwen akan sangat senang karna mengangap dia menang.Aku menghela nafas "entah bapak lagi mengidap suatu gangguan atau apa, tapi yang jelas itu bukan salah saya"
" terus ini apa? Kata gwen sambal menunjuk bajunya yang robek "salah siapa kalo bukan lo?"
" ayolah Kiara, agar cepat selesai. Kau lapar kan?" bisik dafin lagi
Semakin dafin berbicara seperti itu aku semakin mengeratkan tangan ku, mengisyaratkan aku tidak akan mau minta maaf duluan, dafin ini sedang kenapa si? Membuat suasana hati makin buruk saja.
Tiba tiba ada tangan yang menariku dengan tangan gwen, sehingga kami berjabat tanggan
"berjabat tangan saja sulit bagimu?" katanya padakuSontak mata kami semua tertuju padanya, siapa dia? Lancang!
" Jeff?" kata dafi
" Ohh Jeff kamu sudah datang? Silahkan duduk,
untuk kalian berdua bapak anggap masalah ini selesai
"Untuk Gwen semua perbuatan mu akan diurus di ruang pembinaan nanti"
" Untuk kiara kembali kekelas dan bapak minta kamu jangan terlalu mengurus masalah ini karna sudah ada yang mengurusnya nanti" katanyaAh akhirnya, tetapi aku tetap saja kesal karena cowo ini gara gara ia aku harus berjabat tangan dengan wanita ular, bagaimana nanti kalau aku kena bisa nya ular? Cowo ini memakai hoddie dan penutup kepalanya hampir menutupi seuruh wajahnya
Tapi kenapa dafin bisa langsung kenal padanya? Ia seperti langsung mengurus cowo itu. Ah aku tidak tau dan tidak peduli.
Saat aku ingin keluar ruangan ada anak buah dari brahmantio menghampiriku, dan memberikan selembar kertas putih bertuliskan "surat panggilan orang tua"
" Sial! Sial! Sial!, brahmantio ! rasanya ingin sekali aku menarik semua dana yang papaku sumbangkan pada sekolah ini aga aku bisa pergi belanja ria melepas kekesalanku pada pria tua itu.
Ponselku yang baru saja dibuka langsung berbunyi tepat saat aku berada diluar ambang pintu, tampa melihat Caller IDnya aku menekan tombol hijau itu
" Halo?" sapaku
" Berhenti memetikan funsi dering di telefon lo, Bisa gak? Kata si penelfon
" Bikin khawatir saja" tambahnya
" Sayang batrai tau! Lagian kan lagi
di Eksekusi mana boleh angkat telefon"" terus bagaima...
" Sssttt! Lo dimana? Gue udah inggin mati kelaparan nih" teriakku
" Di kanteeeeeennnn!!" katanya membalas teriakanku
" kalau sampai lo makan duluan abis ya lo ta!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Perfect Heart
Подростковая литература'Bagiku tiada yang Cuma-Cuma ketika semesta berani menaruh percaya, memberimu sebagai bukti bahwa apa yang pernah aku anggap telah mati kelak akan hidup kembali. Segala jenis tanda yang disertai Tanya. Mengapa rasa ini perlahan dengan pasti tumbuh s...