prolog

150 22 32
                                    


~~HAPPY READING~~

"Lo mau ngga jadi pacar gue?" tanya seorang cowok kepada cewek yang duduk di depannya.

Si cewek tersenyum malu-malu tapi mau, lalu menjawab, "iya kak, gue mau jadi pacar lo."

"Beneran?" tanya si cowok sekali lagi untuk memastikan. Si cewek hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

***

Davira Fany Anulika, cewek cantik, cerewet, cupu sedikit, itupun cuma karena dia pake kacamata, rambutnya ngga dikepang dua, tapi seringnya digerai. Dia itu kekasih Jasir, kakak kelasnya, sudah berpacaran kurang lebih 2 × 24 jam. Yap, baru 2 hari yang lalu dia resmi menjadi kekasih seorang Fahlefi Jasir, kakel yang gantengnya extraordinary, itu menurut Fany.

"Turun!" Perintah Jasir kepada Fany karena merasa Fany tidak kunjung turun dari motornya, padahal mereka sudah sampai di parkiran sekolah sekitar 5 menit yang lalu. Merasa tidak ada jawaban, dia pun menggoyangkan badannya.

"Woy, Fan bangun! Udah sampe," ujar Jasir.

Fany yang merasa terganggu dengan teriakan dan gerakan Jasir pun terbangun. "Enghhh. Aku siapa? Kamu siapa? Aku dimana?" tanya Fany dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.

Jasir yang mendengar ucapan Fany hanya tertawa kecil merasa sang pacar sangat menggemaskan. Jasir berkata, "ya elah, jangan pura-pura anemia deh lo! Akting lo ngga bagus."

"Amnesia tolol, anemia mah kelebihan darah," celetuk Fany yang mendengar ucapan Jasir yang ngawur. Padahal dia juga ngga sadar kalau ucapannya lebih ngawur. Lalu Fany langsung turun dari motor Jasir setelah mengucapkan pengetahuannya.

"Lo yang tolol, anemia tu kurang darah," tegas Jasir, "udahlah, ngapain si bahas anemia? Ngga penting."

"Yang bahas anemia kan lo dulu," ketus Fany dan pergi begitu saja sampai melupakan kalau dia masih memakai helm. Jasir yang melihat itu pun hanya tertawa terbahak-bahak di atas motornya. Dia merasa bahwa sebentar lagi Fany pasti akan kembali dengan muka yang memerah akibat malu dan marah.

Di lain sisi, Fany yang sedang berjalan di koridor merasa ada yang aneh, karena merasa murid yang ada di koridar melihatnya dengan tatapan aneh dan cekikikan.

Kenapa si? Kok mereka liatin guenya gitu banget. Mana ketawa-ketiwi ngga jelas lagi. Emang gue ada yang aneh ya? Apa gue terlalu cantik? Jadinya mereka iri sama gue? Ah pasti iya.batin Fany bertanya dan menjawab pertanyaan dirinya sendiri. Karena Fany merasa ada yang aneh, dia pun akhirnya memilih untuk berkaca di jendela kelas, dan betapa terkejutnya Fany karena dia masih memakai helm.

Bangsat, sialan si Jasir, kenapa ngga bilang coba kalo gue masih pake helm? Kan malunya sampe ke ubun-ubun, gerutu Fany lirih sambil berlari cepat menuju ke parkiran. Sesampainya di parkiran, dia melihat Jasir yang sedang tertawa terbahak-bahak di atas motornya.

"Pasir taiiii, kenapa lo ngga ngomong coba kalo gue masih pake helm? Dasar pacar tak berperikepacaran," teriak Fany setelah sampai di depan Jasir dan langsung melepas helmnya dan melemparnya ke Jasir. Jasir dengan sigap langsung menangkap helmnya.

Jasir yang mendengar teriakan Fany semakin mengencangkan tawanya, karena tebakannya benar, Fany balik lagi ke parkiran dengan muka memerah.

"Siapa suruh pergi gitu aja ninggalin pacarnya yang ganteng kaya bias lo itu si bihun."

"Bihun siapa? Selingkuhan lo ya? Kok lo gitu si, padahal kan kita baru aja jadian kemaren, kok lo udah selingkuh aja si. Jahat."

"Anjir, selingkuh? Hahaha lawak lo. Bihun itu kan bias lo yang dari korea itu, yang kata lo gantengnya luar binasa. Padahal kan gantengan juga gue," jelas Jasir yang mengingat penjelasan Fany mengenai biasnya si bihun sebelum mereka jadian sambil menyisir rambutnya dengan jari dan berkaca di spion motornya.

"Bias gue? Sialan, bias gue itu namanya Sehun ya. Bihun mah makanan kesukaan lo. Lagian Sehun itu emang ganteng, ngga kaya lo yang mukanya kaya kandang ayam," ucap Fany panjang lebar.

"Apa lo bilang? Muka gue kaya kandang ayam, enak aja. Muka ganteng gini mirip Zayn Malik dibilang kaya kandang ayam, ngga punya akhlak lo. Muka lo tuh kaya sikat wc," ketus Jasir.

***

Begitulah kehidupan pacaran mereka selama 5 bulan terakhir, sebelum Jasir tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Padahal hubungan mereka baik-baik saja selama ini, tidak ada masalah kecuali masalah kecil yang sudah mereka selesaikan dengan baik. Fany sudah berusaha menghubungi Jasir, tetapi nomornya tidak aktif. Fany bahkan sudah mendatangi rumah Jasir, tapi yang didapatkannya adalah rumah yang sepi dan terdapat papan bertuliskan 'dijual' di gerbang rumah Jasir. Sedih? Pasti. Sakit? Jangan ditanya lagi. Sakitnya itu ibarat tahu bias udah punya pacar, padahal setiap hari kita berkhayal akan menjadi jodohnya kelak.

Tapi karena Fany masih sayang bahkan sedang dalam masa sayang sesayang sayangnya pada Jasir, dia memilih untuk menunggu Jasir. Tapi, setelah hari kelulusannya tiba, Jasir sama sekali tidak memberi kabar pada Fany. Karena sudah lelah menunggu, akhirnya Fany menganggap hubungannya dengan Jasir sudah kandas. Mereka sudah putus walaupun tidak ada kata putus diantara mereka.

***

Jangan lupa vote dan komennya ya kawan.

^..^01 Juli 2020^..^

Ter-ulang (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang