• ᴇɪɴᴜɴᴅᴢᴡᴀɴᴢɪɢ

2.1K 230 61
                                    

Gaes ini panjang banget ya but still hope u like it 😉










































"Selamat pagi." Jeno menyapa Renjun yang menyeret santai langkahnya baru keluar dari lorong di samping kiri, dengan senyum jenakanya.

Renjun lebih merapatkan lagi coat yang membungkus tubuh, membungkuk samar ketika ia telah berada tidak jauh dari meja bar tender. Dapat dilihat pakaian lelaki yang lebih tua telah berganti dengan seragam barista. Dia juga telah berdiri dari balik bar tender seperti hari itu.

"Mau minum dulu? Satu gelas iced wine sebelum pulang? .." tangannya terangkat dengan sebuah gelas mengacung didepan dada. ".. semua gratis." imbuh Jeno sembari menunjuk deretan botol dibelakang dengan dagunya.

Renjun mengambil tempat diseberang Jeno menumpu kedua siku diatas meja lantas menangkup wajahnya. Mengusap beberapa kali wajah serta rambutnya.

Kemarin hari yang sangat panjang, jika dulu ia hanya tahu bagaimana menangisi eomma kemarin Renjun benar-benar mengerahkan semua usahanya untuk membantu ayah mempersiapkan berbagai keperluan. Renjun berusaha keras menahan air mata agar tidak tumpah ruah, bahkan meski sakit melihat eomma yang terbujur kaku dengan beberapa perban dan luka lebam memenuhi tubuhnya Renjun tetap tidak mengeluarkan air mata.

Dahulu ia hanya tahu cara menangisi beliau, tapi kemarin saat ia benar-benar mempersiapkan kepulangan eomma Renjun mendapati hal-hal yang tidak ia lihat pada hari itu, setahun lalu.

Tentang betapa cantiknya eomma berbalut gaun berwarna peach selaras dengan kulitnya. Atau seperti apa senyum yang terkembang meski jiwanya telah pergi. Seakan meminta Renjun untuk melakukan hal yang sama, tersenyum saat melepasnya, memberitahu kalau dia pergi dengan sukacita.

Renjun membuat simpulan baru tentang turunnya hujan saat orang pergi pada buku ceritanya dulu. Melihat Eomma benar-benar tidak seperti orang yang pergi dengan kesakitan, Renjun tahu air langit itu bukanlah air mata beliau. Tapi langit sedang bersenang hati dan menangis haru menyambunya.

"Tuan, jus wortel tidak ada ya?" tanya Renjun memecah hening yang sebelumnya meraja. Ia mengangkat pandangan, dapat dilihat Jeno yang tengah duduk disinggasananya sembari mengelap gelas dalam genggaman.

Mata Jeno merotasi jemu. Bertanya jus sayur ditempat seperti ini? Yang benar saja. "Tentu tidak ada Renjun-ssi."

Omong-omong tentang iced wine, itu adalah jenis anggur kesukaan Seungwan. Renjun ingat betul semua yang menjadi favorite ibunya. Bahkan hingga kini Renjun masih mendapati botol wine dengan jenis itu tersusun rapi pada rak anggur di ruang bawah tanah rumahnya.

Pada beberapa kesempatan ia juga mendapati ayah menenggak anggur itu. Renjun tidak pernah bergabung meski Chanyeol telah menawarkan dengan seulas senyum. Renjun bukan tipe peminum. Namun dia juga masih sama seperti kebanyakan pemuda seumurannya, ketika telah melewati legalitas maka akan pergi ke bar ataupun kedai kaki lima yang menjual minuman sejenis guna menyicipi rasanya.

"Payah sekali." cibir Renjun sembari mengulas senyum simpul diakhir kalimat.

Jeno hanya berdecih sebagai jawaban, tangannya meletakkan gelas yang telah dilap ketempat semula. Kemudian mengambil sebuah kotak seukuran macbook dan meletakkan itu tepat didepan Renjun.

Berwarna coklat pudar dengan Lapse Travel tertulis menggunakan font italic diatasnya, ada nama lengkap Renjun tertulis dengan huruf korea dengan garis miring aksara china disampingnya juga dibawah itu ada tanggal lahir tercetak lebih kecil ketimbang dua kalimat diatasnya.

comeback. || renjun wendy chanyeol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang