Bagian 2

2 0 0
                                    

"Pagi maaa," sapa Danisha saat sampai di meja makan untuk menyantap sarapannya.

"Pagi sayang, yuk sarapan dulu. Oh iya Renata, kamu jadi dijemput temenmu yang namanya Garda itu?" tanya mama kepada Renata.

"Iya ma, jadi, soalnya barangnya banyak banget jadi ngga bisa pake motor deh" jawab Renata sambil memakan serealnya.

         Tiiiinn!

Bunyi klakson mobil terdengar dari halaman rumah Danisha. Karna penasaran, Danisha pun berjalan keluar rumah untuk memastikan siapa yang datang.

"Lho, itu kan kak Garda?!" batin Danisha.

Setelah beberapa detik memandangi Garda, Danisha berkedip dan menyadari bahwa Garda telah sampai di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Danisha.

Setelah menyadari apa yang ia tanyakan, Danisha menepuk dahinya dan memaki diri sendiri di dalam hati, "aduhhh, kenapa lo malah tanya gitu, Danisha Renjaniii..."

"Eh-e.. maksudnya.. kenapa kesini? Cari kak Renata?"

"Ya iya, masa cari lo?"

Setelah memperhatikan sikap Danisha yang sedikit aneh saat melihatnya, Garda pun masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan mama Ranti, yang tak lain adalah mama dari Danisha dan Renata.

"Assalamualaikum tante, saya temannya Renata yang mau jemput Renata," ucap Garda sambil mencium tangan mama Ranti.

"Waalaikumsalam, eh iya.. Nak Garda ya? Titip ya, kasian kalo naik motor barangnya banyak"

"Eh Gar, cepet bantuin gue dong bawa ini"

Danisha hanya bisa mematung memperhatikan kakaknya bersama Garda sedang kesulitan membawa banyak barang.

"Danisha? Kamu kok bengong? Ikut sana sama nak Garda dan kakakmu, daripada kamu telat nunggu bus"

"Lho? Kok? Kok sama kak Renata?" jawab Danisha bingung. Matanya dan mata Garda bertemu, dan bertatap selama 5 detik. Setelahnya, Danisha berpaling salah tingkah.

"Udah gapapa dek, Garda juga mau nganterin kok. Lagian kan searah dan ga jauh" ucap Renata.

"Okeee.." Danisha hanya bisa pasrah dan mengekor di belakang Renata setelah berpamitan dengan sang mama.

Di perjalanan, Danisha hanya diam. Berusaha untuk tidak kaku, tetapi dia juga tidak bisa membuat topik pembicaraan. Jadilah Danisha diam dan memperhatikan jalanan sekitar.

"Duhh, atmosfernya canggung gini deh. Nyesel gue ikut.." batin Danisha.

Setelah sampai di gerbang sekolahnya, Danisha pun turun dan berpamitan kepada keduanya.

"Kak Renata, gue sekolah dulu ya. Semangat projectnya kak!"

"Iya Sha, udah sana masuk. Good luck juga ulangan hariannya!"

"Pasti! Emmm.. Kak Garda, aku.."

"Iya Sha, semangat," jawab Garda singkat.

Setelah berpamitan, Garda melajukan mobilnya menuju kampus dan Danisha masuk ke dalam gedung sekolahnya.

"Iiiihhhh Icaaaaa bete bangetttt" ucap Danisha sedetik setelah ia sampai di bangku kelasnya.

Ica yang sedang tertawa bersama Naren dan Davin pun hanya bisa memperhatikan Danisha yang pagi-pagi sudah mengeluh, tidak biasanya.

"Kenapa Sha? Ada masalah? PR lo belom selesai?" tanya Ica.

"Ngga lahhh, kalian tau ga sihhh. Tadi gue berangkat sama kak Garda..."

"HAH?! Kok bisa?" Ica terkejut dengan cerita Danisha.

"Kak Garda siapa?" tanya Naren dan Davin berbarengan.

"Ihhh, cubit-cubitan cepet, nanti anaknya kembar lohh" ucap Ica saat mereka berdua bertanya dengan waktu yang bersamaan.

"Jadi tadi tu kak Renata susah bawa barang banyak, gabisa naek motor. Jadi karna sekelompok sama kak Garda, akhirnya bareng. Terus gue disuruh ikut. Tapi asli dia cuek banget ah, ngga like" Danisha menjelaskan panjang lebar kepada teman-temannya yang sekarang berekspresi, "oooh gituuuu"

"Biasanya kalo lo kesel nanti malah kepikiran lho Sha," ucap Davin tertawa pelan menggoda Danisha yang sedang mengeluh sambil memukul mejanya pelan.

"IHH DAVIN APAANSIH NGGA LAH. Siapa juga yang mau sama cowok kayak dia? Jutek abis, gue kira ramah" tolak Danisha.

"Hati-hati aja si, omongan Davin ada benernya soalnya" sambung Naren.

"Ah, kalian ngga membantu banget si.. Gue kan lagi kesel.."

Danisha hanya bisa menelungkupkan kepalanya di atas meja. Terlalu terkejut dengan apa yang ia alami hari ini.

Seorang Garda, yang baru kemarin ia kagumi hari ini berangkat bersamanya. Tetapi sepertinya, rasa kagum itu akan hilang karena sikap Garda yang cuek sepanjang perjalanan tadi.

/tbc.

makin gajelas ga sih? heheh sorry ya..

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang