"Awas aja lo," ucapku pelan namun masih terdengar jelas oleh Gina.
"Lo mau ngapain beb?" Tanya Gina penasaran.
Aku mengabaikan pertanyaan dari sahabatku itu, aku berjalan dengan amat cepat.
Lalu langkahku terhenti di meja makan paling ujung kantin, dimana seorang pria tidak tahu aturan bagiku itu menabrak aku dengan sengaja. Aku memukul keras meja hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring dan si empu meja itu terkejut.
"Apaan sih lo?" Teriaknya sambil membangkitkan diri dari posisi duduknya.
"Lo tadi yang udah nabrak gua!"
"Ya terus? Kan gua udah minta maaf."
"Dih apaan lo bilang? Udah minta maaf? Kapan ha? Sakit parah ni badan gua, tanggung jawab lo."
"Gausah lebay," ketus pria dingin itu dengan memutar malas kedua bola matanya. Ia kemudian berjalan mendekat hingga tersisa hanya beberapa senti saja dari wajahku.
"Manis banget ni cowok," batinku dalam hati.
"Lo mau gua ganti rugi?" Lanjutnya.
Pria itu kemudian merogoh saku celananya, ia membuka dompet dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribu.
"Nih, udah cukupkan buat ganti rugi atas kesalahan gua?"
Ia menyodorkan uang tersebut ke arahku dan Gina.
"Enak aja lo ngasih duit ke kita. Lo kira dengan tu duit bisa nyembuhin sakit yang dia derita?" Gerutu Gina kesal.
"Bisa, tinggal bawa ni teman manja lo ke tukang kusuk. Lagian yang gua lihat dia sehat - sehat aja. Dasar manja!"
"Suka - suka gua dong, mau gua manja kek, kasar kek atau apapun itu bukan urusan lo," sambarku dengan nada yang cukup keras.
"Bocah!" kata pria itu kesal lalu meninggalkan aku dan Gina.
"Rese banget sih itu cowok, awas aja lo gak akan hidup tenang karena udah berurusan sama gua!" Teriakku hingga mengagetkan Gina.
*Devano Alandra pov*
Aku bergegas meninggalkan ruang kelas, langkahku perlahan mulai mengembang dan melesat dengan cepat. Entah apa yang membuat aku berlari di koridor sekolah yang sepi tanpa penghuni.
Aku memasang earphone sambil menggenggam handphone dengan kepala yang menunduk menatap layar pipih ponselku.
Brakkk....
Aku menabrak seseorang, kemudian aku bangkit dan tanpa meminta maaf. Namun wajahnya tidak ku perhatikan, aku melanjutkan kegiatanku, berlalu meninggalkan mereka.
Setelah tiba di toilet, aku segera melunaskan tuntutanku untuk membuang hajat. Ternyata rasa sakit di perutku ini yang membuat aku berlari - lari di tengah sepinya koridor.
Selesai dari toilet, aku berjalan menuju kantin. Perutku yang sudah membuang segala isinya itu terasa sangat lapar dan aku pun memutuskan untuk tidak kembali ke kelas.
Tiba di kantin favoritku, aku duduk di pojokan dan memesan makan dan minum. Aku tidak takut apabila guru piket memergoki aku yang sedang duduk santai sebab aku sudah ijin dengan guru di kelasku dengan alasan sakit mules ini membuat aku harus mengisi perut dahulu.
Dari kejauhan aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Dan dua sosok wanita yang tidak aku kenal dengan lancang mengagetkanku.
Ternyata wanita itu adalah wanita yang sudah aku tabrak dengan cukup keras.
"Punya nyali juga ni cewek," batinku.
Perdebatan terjadi di antara kami, dan entah kenapa saat aku mendekati wajah wanita itu, dada ku terasa berdetak cukup kencang. Aku memperhatikan seluruh garis wajah miliknya, namun ia tidak menyadari itu.
"Ni cewek ternyata cantik banget, parah," gumamku dalam hati lagi.
"Tapi nyebelinnya jauh lebih parah si," lanjutku berbicara dalam duniaku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Humans
Teen FictionDari kecil Caca dan Zara hidup bersama orang yang dianggap sebagai orang tua kandung ternyata adalah seorang pembunuh kedua orang tua kandung mereka. Rahasia itu terbongkar setelah Oma mereka meninggal dunia. Kini, sosok hangat Caca dan Zara beruba...