Area dapur itu sudah dipergunakan dengan baik sejak pagi tadi oleh Rose. Bahkan membuat alarm di kamarnya agar ia bisa bangun lebih pagi. Menyiapkan sebuah kue ulang tahun bagi Jimin tentunya, dimana ia sudah menandai tanggal ulang tahun pria itu pada ponselnya.
Benar. Rose sangat ingat sekali ketika saat itu Jimin pernah memberitahukan hari ulang tahunnya. Dan Rose akan memberikan sebuah kejutan tentunya bagi pria itu.
Senyum gadis itu terbentuk, mengeluarkan dari pemanggang kue yang telah matang itu. Rose beruntung sekali karena tak ada orangtuanya saat ini di rumah, terutama Ibunya. Atau beliau akan kembali mengoceh tak jelas tentang mengapa Rose membuat kue untuk saat ini. Bahkan ia sama sekali tak membiarkan satu orang pelayan pun membantunya di dapur saat itu.
Setelah memberikan hiasan dan lain-lainnya di atas kuenya, gadis itu menghela napasnya. Begitu puas dengan hasil kerjanya. Mengambil ponselnya ssat itu untuk mengambil potret kue yang telah ia siapkan. Tersenyum setelahnya karena hasil jepretannya sendiri.
Gadis itu kini mencari kontak seseorang di ponselnya. Siapa lagi jika bukan Jimin? Dan ketika nama itu telah ia temukan, Rose tak membuang waktunya untuk membuat panggilan bagi pria itu.
"Yeoboseyo?"
"Oppa!!"
"Hey, ada apa dengan nada suaramu itu, hmm? Sedang bahagia sekali sepertinya."
"Tentu saja. Hari ini begitu istimewa untukku dan juga untukmu."
Di sebrang sana, Jimin mengernyit tak mengerti dengan ucapan Rose. "Hari istimewa?"
Rose berusaha menahan tawanya di sana. Apa bisa Jimin lupa sendiri dengan hari ulang tahunnya?
"Ck, dasar. Apa Oppa lupa ini hari apa?"
"Memangnya apa?"
"Selamat ulang tahun, Oppa."
Jimin tersadar di sana. Dan Rose bisa mendengar tawa pelan pria itu yang membuatnya tersenyum setelahnya.
"Aku melupakan ulang tahunku sendiri. Terima kasih, Rose."
"Ck, aku bahkan yakin Oppa tak melakukan apapun saat ini untuk merayakan ulang tahunmu."
"Ya, begitulah. Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini."
"Oho, dosen tampan ini sepertinya mulai menikmati pekerjaannya, heh?"
Jimin hanya tertawa pelan sebagai balasannya. "Aku juga tak tahu jika aku sudah hampir satu bulan mengajar di sini."
"Aku senang jika Oppa bisa menikmati apa yang Oppa kerjakan."
"Terima kasih. Tapi ingat, tugas akhirmu masih terus berjalan."
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita bertemu sekarang, pak dosen?"
Jimin mendecak di sana. "Ck, kau pintar sekali untuk mencari sebuah alasan, hmm?"
Rose hanya mengendik. "Saat makan siang, Oppa. Aku akan menunggumu di studio. Aku juga ingin memberikanmu sesuatu."
"Baiklah. Sampai bertemu nanti."
Dan panggilan itu terputus, meninggalkan Rose di sana yang bahkan harus menahan teriakannya karena terlalu bahagia.
Oh, setiap dirinya memiliki janji untuk bertemu dengan Jimin, perasaan bahagia itu tak bisa ia tutupi. Mendengar namanya saja sudah membuat Rose bahagia.
Sudahlah, Rose sudah sangat jatuh sekali pada Jimin intinya.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil' Touch
Fanfiction[18+] ✔ Tidakkah kau tahu? Bahwa dirimu begitu menginginkanku? Jadi cepatlah kemari. Dan berikan aku sedikit sentuhanmu. ----- ©A BTS's Jimin & BLACKPINK's Rosé Fanfiction ©iamdhilaaa, 2019