6.6

789 97 20
                                    


voment jangan lupa..
.
.

"kak Vino bukannya tadi mau ada meeting ekskul ya?" tanya Qian memecah keheningan. Vino lalu melirik ke arah Qian sebentar dan kembali menghadap ke depan. "gue gak jadi meeting, guru pembimbing nya masih mau rapat. kenapa?" jawab Vino masih dengan nada ketusnya. entah kenapa saat melihat Jeno hendak mengantar pulang Qian moodnya tiba tiba jelek.

"engga kenapa kenapa kak, aku kira kak Vino sibuk tapi maksain buat nganter aku pulang ternyata di liburin." kata Qian dengan suaranya yang pelan. Vino hanya diam saja dan tetap fokus menyetir karena saat ini hujan deras.

* i dont need your love~ *

tiba tiba terdengar suara dari handphone milik Vino dan menampilkan ada voice call line dari kakaknya. Vino pun lalu memberhentikan mobilnya di depan toko kosong dan langsung mengangkat voice call dari kakaknya. 

"halo bang, kenapa?"
"Vin, kemarin kata lu mau ngenalin temen lu yang mau kerja disini. bisa langsung ke cafe gua gak? mumpung gua lagi gak ada kelas."

di tengah kegiatan menelpon kakaknya, Vino melirik ke arah Qian sebentar. dia bertanya pada Qian dengan sedikit berbisik. Qian langsung mengangguk dengan antusias. Vino pun lalu melanjutkan kegiatannya tadi.

"bisa bang, 15 menit lagi nyampe sana."
"oke siap thanks Vin."
"yoi bang, gue tutup ya."

*tut*

Vino langsung meletakkan handphonenya ke kantung blazernya dan menjalankan mobilnya kembali untuk ke cafe milik kakaknya itu.

.

15 menit kemudian~

mobil milik Vino kini sudah terparkir di depan cafe milik kakanya itu. hujan masih saja mengguyur Jakarta dengan lumayan deras. Vino lalu mencoba mencari payung yang biasanya dia simpan di kantong jok mobilnya.

setelah bolak balik mencari dan tidak kunjung menemukannya, Vino memutuskan untuk mengambil jaket adidas berbahan anti air miliknya yang terlipat rapi di jok belakang. "Qian kita nutupin kepala pake jaket ini aja ya, payungnya ketinggalan di apart." tawar Vino dan di balas dengan anggukan oleh Qian. Vino lalu keluar lebih dulu sambil menutupi kepalanya dengan jaket itu. dia sedikit berlari saat menghampiri pintu penumpang karena takut kebasahan. Vino langsung membuka pintunya dan merangkul Qian agar tidak terkena air hujan karena jaket itu sepertinya tidak bisa untuk berlindung 2 orang sekaligus.

Vino lalu mendekap Qian dan mengajaknya sedikit berlari untuk segera masuk ke cafe itu. sesampainya di depan pintu masuk cafe, Vino langsung mengibaskan jaketnya agar sedikit kering. setelah sedikit kering, dia langsung memakaikan jaket itu di pundak Qian karena takut dia akan kedinginan. "ayo langsung masuk, dingin di luar." ajak Vino. tiba tiba pergelangan tangannya di tahan oleh Qian. Vino pun langsung menengok ke arah Qian dengan tatapan bertanya. "kenapa Qi--" ucapan Vino terputus saat tiba tiba tangan Qian sedikit mengusak ujung rambut depan Vino yang basah dan hampir menutupi matanya. dia lalu menyisir rambut Vino kebelakang dan memperlihatkan jidatnya. Vino tidak sengaja melihat jika kedua pipi Qian sedikit bersemu setelah mengusak rambutnya. "manis banget." katanya di dalam hati.

ㅡ Meet When It Rains ❜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang