17

13.9K 2.3K 142
                                    

Pdf bisa order di wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pdf bisa order di wa ‪+62 895‑2600‑4971‬

Untuk ebook bisa di beli di playstore buku. Ketik pencarian Aqiladyna atau judulnya

Bisa juga di baca di kbm app ikuti Aqiladyna. Cerita lengkap di sana dan di karyakarsa Aqiladyna

Pewaris Tahta

Beranjak keluar dari kolam renang, Elang terkejut kehadiran Nila yang hanya mengenakan bikini seksi duduk di tepi kolam. Kening Elang mengerut tidak suka beraninya Nila menghampirinya tanpa permisi, Elang pikir Nila sudah pergi setelah menginap tadi malam.

Elang memilih acuh, ia melangkah menuju kursi santai dan memakai jubah handuknya. Elang duduk di sana menikmati minumannya. Nila sedari tadi memperhatikan berdecak kesal karena Elang sama sekali tidak menyapanya. Ia berdiri mengayunkan kakinya mendekati Elang.

"Selamat pagi Elang." Sapa Nila duduk di kursi berdampingan dengan Elang.

"Kenapa kamu tidak pulang?" Tanya Elang tanpa membalas sapaan Nila. Ia meletakan gelas minuman di atas meja.

"Kamu mengusirku?"

"Kamu pikir sendiri."

Nila mendesah, ia tidak suka jawaban Elang tapi ia harus santai menghadapi Elang. Watak Elang memang dingin sejak dari dulu pada semua orang.

"Aku berencana akan menginap beberapa hari lagi, kamu tidak akan keberatan kan, kita adalah sepupu." Kata Nila mengingatkan agar Elang tidak menolaknya.

"Apa tujuanmu sebenarnya menginap di sini, kurasa bukan sekedar kata betah." Kata Elang menatap lekat Nila.

Nila tersenyum manja, sengaja mencondongkan tubuhnya, semakin membusungkan dadanya hingga belahan payudaranya semakin nampak di balik bikini kuning ia kenakan.

"Tidakkah kamu menginginkanku untuk mematai Cempaka? Bukankah dulu kamu selalu meminta berita terkini tentang wanita itu. Kamu bisa langsung mengandalkanku, aku bertahan di sini untuk menyelidiki Cempaka yang kuyakin pasti menyusun rencana agar menjatuhkanmu." Rayu Nila menyeringai.

"Kenapa kamu masih berpikir aku masih seperti dulu. Aku menikahi Cempaka bukan hanya karena surat wasiat di tinggalkan ayahku. Tapi karena aku semakin yakin dia tidak begitu buruk seperti laporan yang ku dengar darimu atau Fitria. Jadi berhentilah dan kamu bisa pergi dari rumah ini." Kata Elang berdiri menjauh dari Nila. Pupil Nila melebar ia tidak percaya dengan ucapan Elang karena Nila lebih mempercayai Fitria yang mengatakan pernikahan Elang dan wanita munafik itu hanya sandiwara mereka. Nila menatap punggung tegap Elang yang semakin jauh ingin memasuki area rumah, matanya mendelik pada kolam renang, buru- buru Nila berdiri dan berjalan cepat menuju kolam renang, menyemburkan diri di sana.

"To...long Elang!" Nila mengap- mengap di dalam air, kadang kepalanya keluar dan masuk kembali ke air dengan tangan menggapai- gapai ke atas.

Elang berbalik, berkacak pinggang memperhatikan Nila yang seakan mau tenggelam.

Pewaris TahtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang