🍂06

8.7K 860 85
                                    

Vote and komen kalo udah baca ya❤

Happy reading
________


Pintu ruangan Bintang terbuka, menampakkan Aldo dan Langit yang masih memakai seragam sekolah dengan Aldo yang membawa buah di tangannya.

Bintang yang sedang membaca pun menutup bukunya dan duduk dengan nyaman menatap dua org yang lebih tua di hadapannya dengan senyum manis khasnya.

Tidak ada Farhan di sana, karna sudah pulang untuk mengambil laptopnya.
Dan Bintang menyuruhnya untuk istirahat di rumah.

"Hai adik manis," Sapa Aldo sambil mengusap surai Bintang.

Aldo memang sangat menyukai Bintang, anak itu sangat manis dan baik. Ingin sekali Aldo mengadopsi Bintang sebagai adiknya tapi takut karna Langit pasti akan mengamuk.
Aldo tau kekurangan Bintang dan permasalahan antara Langit.
Bagi Aldo Bintang itu anugrah, bukan pembawa sial makanya Aldo sering kali menasehati Langit.

Bintang tersenyum menanggapinya.
Kakak kelasnya itu memang ramah dan baik hati.

"Udah baikan?"

Bintang mengangguk.

"Kapan boleh pulang?"

Bintang mengambil buku kecilnya lalu mulai menulis.

"Hari ini mungkin."

"Oh iya, jangan sering sakit! kasian badan kamu makin kurus." Canda Aldo.

Bintang terkekeh mendengarnya, lalu netranya menatap Langit yang sedari tadi diam di tempatnya.

Aldo mengerti suasana lalu dirinya berhemen dan izin keluar kekantin sebentar, niatnya ingin memberi waktu buat Langit dan Bintang. Semoga saja rencananya berhasil.

Selepas kepergian Aldo, ruangan itu senyap. Tidak ada yang membuka suara dan Bintang yang menunduk.

Menit berlalu masih sama dan Bintang memilih memulainya meski kalian tau bagaimana keadaan Bintang.

"A–aaa," ujarnya dengan istimewa.

Langit menghembuskan nafas panjang, lalu langkahnya mendekati Bintang.
Tanpa aba-aba Langit mendekap sosok lemah di depannya dengan Erat.
Hangat! Itu yang Langit rasakan begitupun dengan Bintang.
Air mata keduanya tidak bisa di tahan.
Bintang sangat menginginkan momen ini.

"Maaf, gw salah," lirih Langit.

"Lo adik gue, istimewanya bunda."

"Lo harapan gue dari kecil."

"Bunda pertaruhin nyawanya demi gue bisa punya adik."

"Maafin gue."

"Gue baru sadar kalo lo emang berharga banget buat gue."

"Maafin abang dek."

Tangis langit yamg masih mendekap Bintang, Bintang mengusap punggung Langit. Dirinya juga sesegukan.
Abangnya sudah menerimanya bukan?
Ingin sekali rasanya Bintang berteriak menyuarakan kebahagiaan nya.

Langit makin mempererat pelukannya.
Seakan Tidak ingin adiknya kemana mana. Aldo yang melihat dari jendela ikut meneteskan air matanya, bertahun dirinya berteman dengan Langit dan selalu menasehati Langit. Akhirnya berhasil juga.

"Andai aja gue punya adek, pasti bahagia banget dah," ujarnya sambil tersenyum tipis.

"Bintang juga adik kamu."

Suara itu membuat Aldo berbalik.
Farhan di sana, mata pria itu juga merah. Menangis? Tentu.
Sedari tadi dirinya juga melihat yang Aldo lihat. Putranya sudah menerima Bintang bungsunya. Dan itu sangat membuat Farhan bahagia.

"Makasih karna udah bantuin om, kamu anak yang baik," ujar Farhan tersenyum sambil menepuk pelan pundak Aldo.

"Sama-sama om, makasih karna Bintang udah ngobatin hati saya yang selalu menginginkan seorang Adik," ujar Aldo.

"Sering-sering kerumah om, nginap juga biar bisa dekat terus sama Bintang."

"Hehe, Langit cemburuan om, bisa liat Langit dan Bintang gini aja udah bikin saya seneng om," ujar Aldo.

"Baiklah, ayok masuk."

Baran membuka pintu dan masuk keruangan Bintang bersama Aldo.


"Putra ayah bahagia banget kayaknya, ayah gak di ajak pelukan juga nih?"  Canda Farhan.

Bintang melepaskan pelukan dari Langit lalu merentangkan tangannya kepada Farhan yang langsung disambut hangat oleh ayah nya.

"Sehat terus istimewanya ayah," ucap Farhan mengecup kening Bintang.

"Abang," panggil Farhan merentangkan tangannya.

Langit langsung menubruk Farhan.
Langit rindu pelukan ini.
Pelukan yang dari kecil selalu menenangkannya.

"Makasih nak, ayah sayang abang," ujar Farhan mengecup Langit berkali kali. Sudah lama putranya ini tidak bermanja seperti ini.

"Kita jagain adek sama-sama," lirih Langit.

"Makasih sayang."

Hari ini menjadi moment paling indah bagi Bintang, yang dirinya harabkan dari dulu sudah terkabul. Abangnya menerima kehadirannya. Dan dekat lagi dengan Farhan

🍂🍂
C Y R

manis gak ?
Manis dulu sebelum pahit hihi

See you next part👋❤

cahaya yang redupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang