"Noah jelek kayak bebek. Gantengan juga papi Ian."
"Noah jelek gak mirip Papi Ian. Noah anak om Willy wek... wek..."
"Kakak Tante lebih jelek. Gak bisa jadi maminya Noah, wek... wek..."
____
Jakarta, May 2018
"I love you." Rafael terperangah setelah sebuah kecupan mendarat di pipi kirinya, diikuti dengan pengakuan cinta dari seorang gadis muda di sisinya. Wajahnya tampak memerah. Efek alcohol yang baru saja ditenggaknya. Rafael tidak bisa membawanya ke rumah. bukan hal yang baik membiarkan putra kecilnya mendapati Kakak kesayangannya dalam kondisi mabuk seperti ini. Mau tidak mau Rafael harus menepikan mobilnya, membawa gadis itu ke hotel terdekat yang dapat ia temui.
"you're drunk." Jawab Rafa setelah berhasil mengatasi keterkejutannya. Laki-laki itu lantas membenarkan posisi tubuh kurus di hadapannya yang tampak berantakan dengan kaos putih kebesaran hasil menjarah dari tempat cucian, rambut coklat bergelombangnya yang awut-awutan, guratan merah di sekitar pipi chubbynya, dan bau pengar khas alcohol yang menguar.
"no no no no... I'm not drunk." Elaknya menggelengkan kepala dengan mata yang hampir terpejam. Gadis itu berusaha sebisanya untuk melawan rasa kantuk hebat akibat minuman yang beberapa jam lalu ditenggaknya.
"aku masih sadar kok. Aku masih bisa ngitung. Dua tambah dua ada... delapan..." ujar gadis itu menunjukkan ke empat jarinya bersamaan. "kok... jari aku kok ada delapan... kan harusnya cuma empat... sekarang ada dua belas... Rafael... tanganku nakutin..."
Rafael hanya menggeram berusaha sabar. Tidak begitu menanggapi air muka gadis itu yang sudah berubah sedih menangisi sesuatu tentang jari-jari. Ia lantas menaikkan selimut tebal itu hingga menutupi setengah badannya tepat di bawah telinga.
"I love you, Raf... I do really love you." ujar gadis itu lagi menahan tangan Rafael yang hendak meninggalkannya. Matanya terpejam, namun suaranya terdengar jauh lebih sadar.
"I thought I just love your son, my feeling towards you would never be blooming so this fucking dense. I thought it was just a game. I like to tease you, the thing that I've never expected that would be something bad for me. What have you done, Raf?
"I never know that It could be so damn addictive seeing your fierce face. I want to see your foxy eyes every single day when I open my eyes. Your scrunch nose when you don't understand with Noah's subject, your thin lips when you say sarcastically. Your cold tone when you talk to me. How come your annoyingly handsome appearance could ruin my sanity? Why don't you love me back, Raf? I'm not so that young as you thought. I'm officially twenty today. I'm not so that young. I'm adult somebody, a mature lady."
Hening. Hanya ada suara dengkuran halus yang Rafael tangkap setelah gadis itu berbicara panjang. Laki-laki dewasa itu hanya menghela, meloloskan perasaan sesak yang memenuhi dadanya.
"but I'm thirty two, now." Jawab Rafael begitu lirih hampir tidak terdengar. Tangannya terangkat, merapikan anak rambut yang menutupi sebagian wajah cantik culas yang tertidur lelap di sana. Memastikan tidak ada yang akan mengganggu tidur nyenyak gadis cantik itu.
"How come you love somebody as old as annoying as boring as bastard as me?"
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Noah's Papa [COMPLETED]
Fanfiction"Noah jelek kayak bebek. Gantengan juga papi Ian." "Noah jelek gak mirip Papi Ian. Noah anak om Willy wek... wek..." "Kakak Tante lebih jelek. Gak bisa jadi maminya Noah, wek... wek..." Love has never been so this complicated when it comes to Rafael...