Menyentuh Luka Lama

39 13 7
                                    

Aku datang dengan luka-luka yang lama tertutup rapat, dan dengan sadar aku buka kembali begitu lebar. Sakit, rasa itu kembali terngiang menusuk ulu hati, sakit sekali.

Aku tak tahu harus bagaimana menghadapi sebegitunya rasa sakit yang tak pernah ingin aku ingat. Namun takdir memaksaku untuk merasakan kembali segala hitam dan abu-abu masa laluku yang merusak batinku hingga sekarang.

***

Selama perjalanan menuju rumah mama, aku terus berdoa agar aku kuat dan tidak jatuh karena lemas karena kekhawatiran yang menggerogoti ketenanganku. Semua bayangan dan kenangan buruk masa lalu menghantui pikiranku, sungguh, aku takut semua itu terjadi lagi dalam hidupku, di dunia kerja yang sesungguhnya, yang sebentar lagi akan dimulai.

Aku terus meyakini hatiku, bahwa apa yang kutakutkan tak akan terjadi, dan tak akan kubiarkan terjadi lagi. Tidak akan ada apa-apa nantinya, dan semuanya akan baik-baik saja.

Aku tidak ingin seperti diriku yang dulu, dan aku mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi, jika aku kembali mendapat perlakuan yang buruk. Aku akan melawan. Itu ancang-ancangku.

Aku juga ingin terlihat seperti pribadi baru yang kuat dan tak menyenangkan. Aku akan bekerja dengan sepenuh hati dan gigih dalam mempelajari tentang tugas pokok dan fungsi profesiku nanti. Semuanya kupikirkan, agar nanti aku tahu harus bagaimana, karena selama ini aku memang harus pikirkan segala kemungkinan yang terjadi agar aku tidak kepikiran sendiri di kala sendiri.

Di dalam pikiranku, aku selalu mereka ulang semua yang telah aku lakukan. Semua itu kulakukan setiap hari. Aku akan mengevaluasi diriku, apa saja yang telah aku perbuat, apa saja yang telah aku katakan, apakah aku terlalu berlebihan, apakah pekerjaanku sudah maksimal, apakah aku sudah baik dalam merespon orang lain, apakah aku tidak menyinggung orang lain, apakah ini itu, semua ku pikirkan lagi di saat kesendirianku setelah kumelakukan semua aktifitas.

Aku terus mengontrol diriku, hatiku, sikapku, agar tidak menyakiti orang lain, meski semua itu hanya akan mengganggu pikiranku. Tapi dengan begitu aku bisa tenang, dan meyakinkan hatiku, bahwa aku sudah bagus hari ini.

***

Aku sudah lama meninggalkan semua kenangan buruk yang kuterima dengan paksa dari orang-orang di kampung ini, dan sekarang dengan sadar aku kembali dan akan memulai karirku di tempat yang merusak batinku.

Bukan Lukaku saja yang kusentuh, tetapi luka-luka keluargaku yang sebentar lagi menyelimuti hidupku. Luka-luka ini bukan hanya ada padaku, tetapi juga kepada orang-orang yang kusayangi, terutaman ibuku.










[END] 19-21 || OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang