Part 1

50 6 0
                                    

Jiwa membuka matanya saat lagi lagi mimpi buruk itu datang. Mengapa rasanya sangat melelahkan? Semua orang yang dia sayangi malah sangat ingin menjatuhkannya. Sambil mengatur nafas, dia turun dari kasur dan ingin mengambil air putih di dapur.

"Sampai kapan anak sialan itu berada di rumah ini? Aku gak mau ya mas, karna dia kita jadi sering berantam" jiwa kenal suara ini, mama. Ya itu suara mamanya!

"Dia harus tetap dirumah ini, biar kita bisa memastikan kalau dia tidak akan pernah hidup tenang" tidak tahan mendengar lebih jauh jiwa pergi dari sana. Dia sudah terbiasa, tapi kenapa rasanya masih tetap sakit. Apa dia tidak layak hidup bahagia?

"Kenapa mama sama papa gak suka sama aku, kenapa?" Sakit, rasanya sakit sekali. "Kamu udah terbiasa mendengarnya jiwa! Berhenti menangis, berhenti bodoh!"

Dia berlari ke kamar dan tidak jadi mengambil minum, rasa hausnya hilang terganti dengan rasa sakit. Lagi dan lagi orang yg disayanginya lah yang menjatuhkannya ke jurang terdalam. Lebih baik dia tidur dan melupakan sejenak kepedihannya

***

"Pagi semuanya" sapa Reyhan, ya Reyhan adik laki-laki jiwa. Reyhan mencium mama dan papa, rutinitas mereka setiap hari. Berbeda dengan jiwa yang duduk diam bagaikan tak kasat mata, lagi dia sudah terbiasa dengan semua ini.

"Pagi kak Jiwa" kata Reyhan sambil duduk di depan perempuan itu, Jiwa? Dia hanya melirik sekilas dan melanjutkan makannya.

"Hari ini aku ada lomba olimpiade matematika doain aku ya ma pa kak Jiwa juga, soalnya aku butuh dukungan kalian biar aku bisa menang" seru Reyhan dengan semangat.

"Mama sama Papa pasti doain yang terbaik buat kamu, makan yang banyak biar lombanya konsentrasi biar menang juga. Anak mama yang paling pintar, gak kayak perempuan itu taunya bikin susah aja" sinis mama

"Kamu yang semangat ya lombanya biar menang, ayo makan yang banyak" kata papa sambil membelai kepala Reyhan

"Iya pa, ini Reyhan udah makan banyak kok biar bisa menang, kak Jiwa juga makan yang banyak lihat tuh badan kakak kurus banget" Reyhan ingin menyendokkan makanan ke piring Jiwa "Udah" sahut Jiwa dengan datar, Reyhan menghembuskan nafasnya.

"Aku berangkat" kata jiwa sambil berdiri dan ingin berangkat kerja

"Aku sama kak jiwa aja ya berangkatnya"

"Kamu sama papa aja, papa ada urusan di daerah sekolah kamu biar sekalian juga" sahut papanya sambil berdiri dan pergi berangkat bersama Reyhan. Jiwa? Dia sudah lama pergi setelah papanya melarang Reyhan berangkat dengan Jiwa.

***

Di dalam rumah Jiwa terkesan dingin tetapi di luar Jiwa berbeda, dia sosok periang dan disukai banyak orang. Tapi itu saja tidak cukup, dia juga ingin mama sama papa menyukainya, apa yang salah darinya? Apa dia pernah buat kesalahan, tapi bukannya orangtua akan memaafkan anaknya jika melakukan kesalahan? Bahkan kesalahan terbesar sekalipun.

"Woi melamun aja" Itu temannya, Amel. Mereka lagi makan siang di kantin kantor

"Siapa yang ngelamun sih, aku tuh lagi mikir"

"Mikirin apa sih kamu?" Aku belum bilang ya kalau Amel itu orangnya kepo banget? Iya dia ratu kepo.

"Aku lagi mikir kapan ya datang pangeran berkuda putih buat jemput aku" sahut jiwa sambil membayangkan, dan langsung dapat toyoran dari Amel

"Pangeran pala lo peyang, udahlah kamu itu kebanyakan halu tau gak. Eh aku denger nih ya, kalau di bagian pemasaran itu ada karyawan baru. Katanya sih ganteng, penasaran kan aku" seru Amel dengan semangat 

"Alah kamu mah selalu gitu, kemaren juga kamu bilang gini tapi pas jumpa mah biasa aja" kata Jiwa sambil memutar bola mata malas.

"Udah ah, jam makan siang bentar lagi habis bagus kita balik kerja biar dapet bonus dari si bos, perasaan kita itu gini gini aja kerja keras tapi gak pernah jalan jalan ke luar negri" kata Amel melebih lebihkan yang dibalas Jiwa dengan gelengan. Ya dia udah terbiasa dengan tingkah konyol temannya ini. Dan harinya jadi lebih menyenangkan berkat temannya itu.

"Hari ini Pak bos besar kita akan berkunjung ke sini, dan sebentar lagi beliau akan sampai. Maka dari itu kita akan mengadakan rapat sambil membahas seluruh pemasukan dan pengeluaran pada bulan ini. Jiwa kamu siapkan berkas yang dibutuhkan"
"Baik Pak" sahut Jiwa sambil membereskan berkas yang diperlukan.

Di dalam ruang rapat mereka sudah duduk di bagiannya masing masing. Pintu rapat terbuka dan seseorang masuk ke dalam. Jiwa masih fokus ke berkas pengeluaran dan pemasukan itu, sampai suara seseorang terdengar dan dia mangangkat kepalanya

"Perkenalkan saya Ardean Hermansyah, saya  anak pemilik perusahaan ini. Kita akan bekerja sama dalam membangun perusahaan ini" setelah perkenalan singkat itu, maka rapat pun dimulai dan Jiwa yang paling banyak berbicara disana karna dia bekerja dibagian keuangan, yang mengurus semua uang pemasukan dan pengeluaran. Rapat pun berjalan dan semua orang mendengarkan penjelasannya dengan baik dari awal sampai akhir.

"Baik kita akhiri rapat ini, semoga kita bekerja dengan baik. Selamat siang" Jiwa membereskan berkasnya dan bangkit berdiri

"Kamu yang menjelaskan pengeluaran dan pemasukan tadi kan. Saya ingin semua berkas tadi diberikan kepada saya" ucap Ardean kepada Jiwa

"Ini semua berkas pemasukan dan pengeluaran bulan ini Pak" kata Jiwa sambil memberikan semua berkasnya kepada Bosnya.

"Apa ini sudah sinkron? Tidak ada kesalahan dalam penghitungannya?" tanya Ardean sambil melihat berkas yang ada di tangannya

"Itu sudah saya cek ulang dan saya pastikan tidak ada kesalahan Pak" hanya dibalas dengan anggukan kepala.

***

Jiwa selalu menghabiskan harinya bekerja, lagi pula tidak ada yang menunggunya pulang kan? Setiap orang akan memiliki alasan untuk cepat pulang karna ada yang mengharapkan mereka, ada yang menunggu mereka di rumah. Hah rumah! Bahkan tempat tinggalnya sekarang tidak layak disebut rumah. Tidak ada yang menginginkannya, bukannya Jiwa tidak sanggup untuk membeli tempat tinggalnya sendiri. Lagi dan lagi amcaman papanya lah yang membuat dia tetap bertahan disana.

"Kamu harus tetap tinggal disini, supaya saya bisa pastikan kalau kamu tidak akan pernah hidup tenang. Kamu tau saya orang berkuasa disini, jadi kamu jangan pernah berani melawan saya"

Dan disinilah dia, memasak untuk dirinya sendiri karna tidak ada sisa makanan lagi. Jika mengingat kejadian tadi memang sangat menyedihkan, pembantu di rumah ini tadi memasak makanan cukup banyak dan masih ada sisa makanan. Tapi mama lebih memilih memberikan makanan itu kepada tetangga dan lebih parahnya lagi lebih baik makanan itu dibuang daripada harus kumakan. Menyedihkan kan? Ah sudahlah, aku sudah terbiasa dengan semua sikap yang diberikan mama samaku. Bagaimanapun juga aku tetap menyayangi mama, mungkin suatu saat mama akan berubah pikiran dan menyayangi aku. Siapa yang tau? Dan jika semua itu terjadi aku akan memaafkan mama. Ya semudah itu! Tiba tiba seseorang menyenggolku

"Awww panassss.... panass" tangan Jiwa kesenggol air mendidih, dan kalian tau siapa pelakunya? Ya mamanyalah yang dengan sengaja menyenggol Jiwa.

"Kamu pantas mendapatkan itu, jika perlu kamu mati saja sekalian" sakit, rasanya aku ingin menuruti permintaan mama yang satu itu.

TBC

Don't forget VOTMENT

Kuy ikuti IG aku @ica_sila dan follow akun wp aku juga.

salve mi amice 😘
Lubuk Pakam, 19 Juni 2020

L E L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang