Jiwa masih diam mencermati perkataan Bosnya, dia tidak percaya akan berada di posisi saat ini. Apa tadi, cinta pandangan pertama? For God sake!
"Saya pamit pergi pak, pekerjaan saya sudah menumpuk"
"Saya serius mengatakan kalau saya suka sama kamu" dia melihat jiwa begitu lekat, seakan menghipnotis jiwa hanya dengan tatapan. Jiwa hanya mampu menunduk, tidak berani membalas tatapan Ardean.
"Kalau ada yang bicara itu dilihat bukan menunduk" kata Ardean sambil mengangkat dagu Jiwa, mereka saling pandang.
"Se...Sekretaris Bapak tadi mengatakan kalau Bapak ingin membahas pekerjaan. Kalau memang tidak ada yang dibahas saya pergi saja"
"Beri saya kesempatan untuk menunjukkan sama kamu kalau saya suka sama kamu"
"Tapi kita bahkan baru ketemu"
"Ya benar, makanya saya minta kamu beri saya kesempatan buat lebih dekat sama kamu. Kamu mau kan?" Dia bertanya begitu lembut dan Jiwa hanya diam saja
"Diam kamu saya anggap iya" entahlah Jiwa seakan tidak mampu membantah ucapan Bosnya bahkan untuk bicara sekalipun dia tidak sanggup.
***
"Hai" Jiwa terkejut dengan sapaan itu. Dia melihat ternyata Ardean berada di kubikelnya. Seakan ingat sesuatu hal, dia mengedarkan pandangannya dan langsung menghembuskan nafasnya lega. Ternyata tempat kerjanya sudah sepi."Kamu sudah mau pulang?" Tanya Ardean
"Bapak bisa lihat sendiri kan" jawab Jiwa sedikit kesal, kenapa bertanya hal yg dia sudah tau jawabannya.
"Saya baru tau kalau kamu segalak ini, tapi saya jadi merasa tertantang" Ardean tertawa kecil, Jiwa melihat itu. Apa dia bisa bertahan dari manusia setampan Pak Ardean ini? Oh God.
"Mau pulang bareng saya, sekalian kita cari makan. Saya lapar banget soalnya, mau ya" sebelum Jiwa menjawab, Ardean lebih dulu bicara "saya tidak menerima penolakan"
"Kenapa harus bertanya kalau tidak menerima penolakan" yang dibalas dengan cengiran
"Ayo" mereka pergi ke tempat makan kesukaan Ardean dan selama perjalanan Ardeanlah yang lebih banyak bicara, mungkin itu sudah jadi kebiasaannya. Cerewet sekali!
"Ini tempat makan kesukaanku, disini banyak sekali makanan yang enak. Aku yakin kalau kamu pasti suka sama makanannya. Ini Soupe a l'oignon, salah satu makanan kesukaan aku. Rasanya tidak diragukan lagi" dia menunjukkan satu persatu makanan yg disukainya. Sampai tidak terasa mereka sudah makan begitu banyak
"Bagaimana rasanya Jiwa?"
"Not bad"
"I know that, memang tidak diragukan lagi"
"Sekarang kita sudah bisa pulang Pak"
"Baiklah, kamu tidak ingin mampir kesuatu tempat? Seperti belanja atau yg lainnya. Biar aku temani"
"Tidak, saya langsung pulang saja"
"Oke"
***
Sesampainya di rumah jiwa begitu lelah, ya setelah pengakuan perasaan si Bos. Dia jadi sangat cerewet, seharian ini dia diganggui. Kedepannya dia pasti akan sangat lelah menghadapi kelakuan Bosnya yang aneh itu, dia bicara seperti jalur kereta api. Lurusssss tidak pernah berhenti."Sudah belajar jadi jalang sekarang. Kamu pikir ini rumah kamu, pulang sesuka hatimu saja? Dasar anak tidak tau diri" Jiwa hanya bisa menghembuskan nafasnya mendengar perkataan mamanya.
"Tidak bisa menjawab" mamanya tersenyum sinis "Pulang diatar naik mobil, diantar sama suami orang. Dasar jalang" jiwa memejamkan matanya mendengar semua cacian itu. Dia tersenyum dan membalas tatapan mamanya
"Aku jalan sama siapapun, apa peduli mama? Bukannya selama ini mama membuangku. Jadi kenapa mama ikut campur dengan hidupku" mamanya berjalan mendekati Jiwa dan langsung menjambak rambutnya
"Sudah berani kamu melawan saya, jangan pernah bicara seperti itu kepada saya apalagi menatap saya dengan mata sialan kamu itu" jiwa meringis, dia yakin rambutnya akan rontok banyak.
"Sebenarnya kenapa mama begitu membenci jiwa? Jiwa punya salah apa sama mama" tanya jiwa menahan air matanya agar tidak jatuh
"Kamu tau kesalahanmu apa? Salahmu lahir kedunia ini. Karna kamu anak yang kurawat dengan sepenuh hati, pergi. Itu semua karna kamu, brengsek" jiwa tidak mengerti, apa maksud perkataan mamanya ini. Dia benar benar tidak mengerti
"Tolong jelaskan semuanya sama jiwa ma, jiwa tidak mengerti"
"Kamu telah membunuh anak saya, karna kamu anak saya pergi. Kenapa bukan kamu saja yang pergi, kenapa harus anak saya" mama berteriak histeris, dia menumpahkan semua kekesalannya selama ini. Air matanya sampai terjatuh, jiwa melihatnya. Dia melihat betapa benci mamanya kepadanya.
"Jadi jiwa bukan anak mama"
"Kamu memang anak saya, anak yang saya kandung sendiri" mamanya melepas rambut jiwa dan mengalihkan tatapannya dari Jiwa. Dia menyayangi Jiwa tapi rasa benci yang dimilikinya sudah sangat besar.
"Ja...jadi kenapa mama menyakiti Jiwa?. Jiwa anak mama kan" dia menangis, kenapa mamanya menyakiti anak kandungnya sendiri
"Kamu anak yang tidak diinginkan, kamu ada karna sebuah kesalahan. Saya diperkosa. Dan penderitaan saya semakin dalam karna kamu hadir di dalam perut saya. Kalau bukan karna suami saya yang menyuruh untuk tidak membunuh kamu waktu di dalam perut saya. Saya akan melakukannya. Awalnya saya menolak kamu sampai pada akhirnya saya luluh dengan semua kelakuan polos kamu. Saya mulai menerima kamu" mamanya diam cukup lama dia membayangkan semuanya
"Jadi kenapa sekarang mama begitu membenci Jiwa?" Setelah jiwa bertanya, mamanya kembali mengingat semua kejadian kelam dulu yang membuatnya untuk selalu membenci jiwa lagi dan lagi
"Karna kamu anak saya mati"
"Tapi mama menyakiti anak mama yang satunya lagi. Jiwa tidak mengerti, jiwa tidak pernah membunuh siapa pun" mamanya menjambak rambut jiwa lagi bahkan jambakannya yang sekarang jauh lebih kuat, membuat penglihatan jiwa mengabur.
"Kamu mendorong anak saya karna kamu, ANAK SAYA MATI SEMUANYA KARNA KAMU. Kenapa kamu melakukan itu, setelah semua yang saya berikan sama kamu" dan mamanya menghempaskan rambut jiwa dengan kasar. Dia benar benar tidak paham. Siapa yang membunuh siapa?
TBC
Segitu aja dulu ya, lagi ambyar banget ini
Don't forget VOTMENT
Kuy ikuti IG aku @ica_sila dan follow akun wp aku juga.
salve mi amice 😘
Lubuk Pakam, 26 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
L E L A H
De TodoKenapa hidup begitu melelahkan? Bahkan bernafas saja sangat melelahkan buatku. Apa hanya aku yang merasakan ini? 《 Jiwa Permata Sari》