Twee

178 20 0
                                    

Dua

Angin sore pelabuhan Tanjung Priok memainkan rambut seorang anak laki-laki berumur 14 tahun. Anak laki-laki itu mengernyit saat sinar senja menerpa wajahnya. Aroma air laut adalah aroma yang paling disukainya dia hirup dalam-dalam.

"Sejuk sekali."

Tangannya terulur ke depan, seperti hendak meraup angin yang berhembus kencang yang menyejukan tubuhnya.

Sore itu, Willem Vanhouten ikut menemani Ayahnya untuk bekerja di pelabuhan. Ayah Willem adalah seorang pemilik beberapa kapal angkut, bukan kapal angkut yang berukuran sangat besar. Tetapi, Ayah Willem mempunyai, yah, lima buah kapal.

Sebelum berangkat, Tuan Vanhouten, terdengar seperti sedang sangat emosi. Dia bilang beberapa kali pada salah satu penyewa kapal angkut miliknya tidak becus dalam merawat kapal miliknya itu. Dan penyewa menyerahkan urusan kerusakan itu pada Charles. Kesalahan teknis seperti yang saat ini dialami seharusnya bukanlah urusan Ayah Willem.

"Dasar bodoh! Kenapa kau tidak cek rutin mesinnya! Jika sudah mati seperti itu, sudah bisa dipastikan mengeluarkan banyak uang!"

"Ma-maaf, Meneer. Saya khilaf."

Urusan seperti ini adalah hal yang paling Ayah Willem benci untuk didengar dan ikut campur. Yang diinginkan Ayah Willem hanyalah orang yang dipercayai mengendalikan kapal angkutnya itu menyetorkan sejumlah uang yang telah disepakati setiap bulannya, tanpa kurang!

Memang uang setoran yang dipatok Charles ini jumlahnya tidak sedikit, sehingga beberapa orang mengabaikan kesehatan mesin kapal angkutnya. Iya beberapa orang, karena, pada kenyataannya—-pada praktiknya, kapal angkut yang disewakan oleh Charles ini bukan hanya dia yang menahkodai. Beberapa orang ikut serta dalam mengumpulkan beberapa uang setoran yang jumlahnya sangat besar. Tenaga Rojali saja tidak sanggup untuk memenuhi setoran yang telah ditentukan Meneer-Kompeni-Vanhouten.

Tetapi, biar pun Charles ingin sekali tidak ikut campur soal mesin yang rusak. Dia tidak bisa mengabaikan kerusakan begitu saja. Dia tahu kondisi penyewa adalah seorang laki-laki yang mencoba untuk menaikan taraf hidupnya, tetapi pada kenyataannya jongos akan tetap menjadi jongos. Kaum pribumi mana mengerti dan mana bisa dipercayai begitu saja disewakan kapal tanpa ilmu yang mengikuti hal perbisnisan. Dia sengaja mematok setoran tinggi, karena Charles sudah memprediksikan hal ini di awal. Saat Rojali meminta untuk menyewakan salah satu kapal angkutnya.

Jadi, dengan hati yang dongkol, amarah sudah di ubun-ubun, dia akan pergi mengecek kondisi mesin yang katanya rusak. Dia akan mensurvei apa saja kerusakan mesin yang masih bisa diperbaiki dan item mana yang harus diganti.

"Jadi, aku diajak ke sini hanya untuk jadi penjaga dermaga?!" ucap Willem disahuti oleh desauan angin yang menerpa ranting pohon bakau di bibir pantai tak jauh dari dermaga yang dipijaknya.

Dengan kesal dia menendang kerikil yang terlihat oleh matanya. Seketika debu berterbangan. Sungguh, Willem sangat kesal ditinggal sendiri di dermaga. Berniat menemani Ayahnya, tetapi Sang Ayah yang ditemani malah pergi begitu saja tanpa mengajaknya untuk ikut serta ke kapal.

"Dat is jouw keuze!"
(Terserah, lah!)

Willem mengedarkan pandangannya ke sekitar pelabuhan. Dia saat ini berdiri di sisi sepi pelabuhan Tanjung Priok yang terkenal amatlah sibuk dan padat. Tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri, lalu lalang manusia terlihat jelas oleh Willem. Orang-orang berjalan dengan cepat dengan kesibukannya masing-masing.

Jika ingin menemukan sisi Tanjung Priok yang ramai, datanglah ke sisi selatan, di mana kapal-kapal uap yang tidak berukuran kecil bersandar. Hiruk pikuk para pedagang dari Arab, Persia, India, dan Gujarat serta Cina yang sibuk manaikan dan menurunkan barang-barang dagangannya dari kapal. Ada pula kapal penumpang yang datang dari Calcuta, membawa rakyat Netherland ke Batavia dengan wajah yang senyum cerah. Seolah, akan hidup makmur di Hindia Belanda ini. Sisi selatan itu dekat dengan stasiun besar Tanjung Priok yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia Centrum.

KindertijdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang