20. The Truth

265 56 0
                                    

Mobil Sin sudah berhenti sekitar dua menit yang lalu di depan rumah Queen. Tapi Queen tidak berniat untuk turun, dia hanya memandangi wajah Sin, lama. Sadar sedang di perhatikan, sin akhirnya menoleh ke arah Queen yang masih duduk disampingnya.

"Kenapa belum turun? Kita nggak salah alamat, kan?"

Queen menggeleng, "Ini rumah gue."

"Jadi, tunggu apalagi?"

"Gue baru tahu lo anak kepala sekolah," akhirnya Queen mengutarakan yang dia simpan dalam hati sejak di ruang tamu rumah Sin.

"Apa ada yang salah?"

"Nggak sih, kenapa dirahasiakan?"

Sin berdecih, "Siapa juga yang merahasiakan. Nggak ada yang nanya, nggak ada juga yang cari tahu. Apa perlu gue umumin lewat radio sekolah kalau gue ini anak Nessa Fakhira?"

Walaupun ini bukan candaan, Queen terkekeh dibuatnya.

"Tapi gue kaget, loh. Ternyata lo di skorsing sama Ibu lo sendiri. Ajaib."

Queen menertawakan Sin. Menurutnya ini lucu.

"Dia bukan Ibu kandung gue."

Dan tawa Queen lenyap seketika.

"Maksudnya, Ayah lo cerai sama Ibu kandung lo, terus Ayah lo nikah lagi sama Bu Nessa? Atau Ibu kandung lo meninggal, Bu Nesaa nikah sama Ayah lo buat gantiin posisi Ibu kandung lo?" oke, Queen juga tidak paham apa yang dia tanyakan.

"Tidak keduanya," jawab Sin. Lalu dia mematikan mesin mobil, kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran jok mobil. Matanya menerawang ke depan sana, menembus kaca mobil.

"Gue juga nggak paham gimana hubungan kami. Gue anak haram," Sin mengatakan itu dengan nada suara yang kelewat santai. Sedangkan Queen tidak bisa santai mendengarnya, dia mengerjap beberapa kali dan mulutnya hampir ternganga. Masih hampir, karena Queen harus menjaga ekspresi wajahnya seanggun mungkin.

"Sin, gue tahu arti nama gue yang hanya terdiri dari tiga huruf itu. Sederhana tapi gelap. Dosa, Ibu kandung gue memberikan nama itu karena gue terlahir dari sebuah dosa." Sin mengucapkan kalimat demi kalimat denga wajah datarnya. Queen jadi heran, kenapa Tuhan bisa menciptakan makhluk sedatar itu.

"Waktu Ibu kandung gue berusia 17 tahun, dia punya hubungan gelap dengan pengusaha mapan berusia 35 tahun, dan sudah beristri. Hubungan mereka terlalu jauh, sampai melakukan dosa besar. Bisa lo tebak, Ibu gue hamil." Jeda sampai disitu. Sin terlihat baik- baik saja saat menceritakannya, tapi Queen yakin ada rasa kecewa di hati Sin.

"Tentu saja Pria mapan itu lepas tanggung jawab. Ibu gue Cuma mainan baginya. Ibu juga sudah berusaha kerasa menggugurkan kandungannya sampai tiga kali. Tapi Tuhan berhendak lain, gue lahir tanpa Ayah dan nggak diinginkan Ibu gue sendiri," Sin tersenyum pahit. Tangannya sedikit mengepal. "Sejak awal nggak ada yang mengharapkan gue ada."

Tanpa aba- aba, Queen menggenggam tangan Sin yang terkepal erat. Sin menoleh ke arah Queen, sorot matanya mengisyaratkan 'apa arti sentuhan itu?'. Queen Cuma memberi seulas senyum dan berkata, "Semua anak lahir karena ada alasannya."

Sin menghela nafas dengan berat. "Waktu umur gue baru satu bulan, Ibu kandung gue lari. Dia menghilang dan Cuma meninggalkan sepucuk surat.

Sin tetap mengucapkan semua itu dengan nada biasa, tidak berat dan tanpa rasa sedih. Tapi kenapa dada Queen terasa sesak? Dia seperti merasakan sakit luar biasa di hatinya.

"Gue rasa lo pernah melihat tattoo yang ada di dada kiri gue," tebak Sin.

"Sin?" Queen pernah melihatnya di kolam renang.

Mysteriuos MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang