[03] WITH DOUBLE E

76 5 0
                                    

~Happy Reading~

*****

Setelah selesai konfirmasi, Icha dan Patrick segera bergegas untuk pulang dengan Patrick yang masih terus memasang wajah khawatirnya tentang pelajaran Fisika yang ia tinggalkan.

"Lo kenapa sih Pat? Kebelet setor alam lo?" tanya Icha dengan wajah yang terlihat sedikit memerah karena menahan kesal itu.

Patrick mendengus kesal mendengar tuturan Icha. "Duh, mati gue Cha. Soal—"

"Lebay lo. Tuh disana ada kamar mandi, sana setor dulu, ogah gue ngangkat mayat lo." ujar Icha yang tiba – tiba memotong kalimat Patrick.

"Icha! Lo tau ngga sih? Kalau sekali kita ngga ikut materi kayak Fisika dan sejenisnya, lo bakal terus ngga ngerti sampe akhir! Lo mah enak, dispennya pas lagi pelajaran Seni." ujar Patrick sambil menyenggol bahu Icha.

Namun, Icha tidak fokus dengan apa yang Patrick katakan karena tiba–tiba ia melihat orang yang tadi ia temui di ruang kepala sekolah dengan tubuhnya yang bersandar pada tembok dan memasukan tangannya pada celana yang digunakannya. Icha segera membuang pandangannya.

'Dikira ganteng apa kayak gitu.' katanya dalam hati.

"Kita ketemu lagi."

"Pat, katanya lo ketinggalan materi kan?" tanya Icha pada Patrick. Sebenarnya ia hanya pura-pura tidak mendengar suara orang tersebut, bahkan ia sudah hafal tanpa melihat siapa pemilik suara itu. Icha terus mengoceh sambil menarik kerah Patrick agar berjalan lebih cepat guna menghindari laki–laki yang kini tepat berada di belakangnya. "Sama nih, gue juga ketinggalan materi Seni."

"C-cha. Iya gue ketinggalan materi, tapi nggak usah narik-narik juga Cha."

"Katanya lo ketinggalan materi, takut nggak ngerti kan? Iya makanya cepet. Ini gue bantu biar jalannya cepet."

"Cha, nggak papa deh gue ketinggalan materi. Ini lepasin dulu." ucap Patrick yang sedang berusaha melepaskan pegangan—ah bukan pegangan tapi lebih tepatnya adalah cengkraman Icha pada kerahnya.

"Woy Al! Tolongin gue napa. Ngga liat muka gue udah sesak nafas gini?!" teriak Patrick pada laki–laki yang kini sudah ada di samping Icha.

Terpaksa Icha melepaskan tarikan pada kerah seragam milik Patrick, karena bagaimanapun juga ini bukan sekolahnya, maka tidak seharusnya ia membuat keributan disini. Icha berpindah posisi yang awalnya di kiri Patrick, kini di samping kanan Patrick karena enggan berdekatan dengan laki - laki yang dipanggil 'Al' itu oleh Patrick.

"Sorry,  Al. Ribut-ribut," ujar Patrick sambil merapikan kerahnya yang terlihat kusut. "Btw, lo apa kabar?"

"Seperti yang lo liat Pat. Tapi kadar ketampanan gue bertambah yang pasti." jawab laki-laki itu bercanda sambil tertawa.

"Kadar kepedean lo juga bertambah," Patrick menyahut, kemudian beralih melirik ke Icha. "Kenalin Al, ini Icha Wakil Ketua ekskul gue. Dan, Cha ini dia Ketua Osis disini."

"Faleesha." ucap Icha sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Alvarendra, panggil Alva. Sorry, tadi Icha atau Felicia?" sahut laki–laki bernama Alvarendra itu.

"Faleesha. F-a-l-double e-s-h-a." jawab Icha sambil mengeja namanya. Bahkan orang lewat yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka pun pasti langsung menyadari bahwa Icha enggan berinteraksi lebih lama dengan laki-laki tersebut.

"Your nickname?"

"Icha, Al. Lo bisa panggil dia Icha." Patrick yang menjawab pertanyaan Alva. Karena dilihatnya raut wajah Icha yang tidak bersahabat. Takut–takut Patrick yang akan kena amuk oleh Icha di mobil nanti.

Icha benar benar muak berada disini. Ia memutuskan pergi meninggalkan Patrick yang masih berbincang dengan Alva tanpa mengucapkan apapun.

Sepanjang jalan Icha menuju mobilnya, tak berhenti ia menggerutu karena menahan kesal. Dan saat Icha sudah berada di dalam mobilnya, ia langsung memutarkan musik dari radio mobilnya dengan volume yang bisa membuat gendang telinga orang yang mendengarnya itu menjadi rusak.

Tak lama, ketika lagu dengan judul Why yang dibawakan oleh Bazzi itu selesai, Patrick membuka pintu penumpang sambil tertawa terbahak–bahak. Lalu, Patrick menolehkan kepalanya ke samping, dan secara otomatis tawaan milik Patrick terhenti begitu saja ketika melihat Icha sedang menatapnya dengan tajam.

"Cipitin Ichi. Li nggi tii kin, kili kitinggilin mitiri Fisiki tih nggik bikil ngirti ki dipinnyi!" ledek Icha dengan mengucapkan kembali apa yang Patrick katakan padanya dengan mengganti semua huruf vokal menjadi 'I' seolah olah tengah mengejek Patrick.

Patrick terkekeh pelan. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. "Santai Cha. Gue udah ngga ketemu dia ya dua bulanan lah, makanya gue ngobrol bentar tadi."

"Ora urus!"(Nggak ngurus!) ucap Icha sambil memakai seatbeltnya dan menancapkan gas menuju sekolahnya kembali.

Jika saja ia bertemu kembali dengan laki-laki yang memiliki nama seperti minimarket itu, Icha tidak akan menyemprotnya dengan mulut cabainya ini. Icha malas berurusan dengan orang yang suka mengganggunya apalagi tidak kenal sama sekali. Menurutnya, itu sama saja dia merusak zona nyaman milik Icha.

*****

Gimana ceritanya hari ini??  Suka gak?
Jangan lupa untuk like and coment yaaa! ^_^


Terima Kasih sudah membaca Faleesha

20/02/07

lemon_yogurt

FALEESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang