[04] SUCH A BAD DAY

63 5 0
                                    

Sudah siap membaca Faleesha hari ini?

Kalo misalkan ada yang typo, tolong ingetin yaa hehe. 

Sekalian, jangan lupa buat vote and coment di setiap paragraf. Oke? 

~Happy Reading~

*****

Sinar matahari mulai memperlihatkan dirinya malu-malu. Sisa hujan semalam membuat percikan embun pagi yang menyejukkan hati. Tetesan air hujan masih menetes dari dahan ke dahan. Suara burung berkicau saling bersahutan seolah mengatakan bahwa pagi hari telah tiba. Bergelung dibawah selimut menjadi pilihan banyak orang pagi ini. Salah satunya perempuan dengan sleep eye mask motif burung hantu itu yang kini sudah berpindah tempat menjadi menutup mulutnya.

Icha membuka matanya dan melihat ke sekeliling kamarnya. Sampai pandangannya berhenti pada jam digital di nakas samping tidurnya yang mana menunjukkan pukul 6 pagi. Dan ya, sekarang Icha sudah melupakan mimpi indahnya. Yang perlu Icha lakukan sekarang adalah bersiap dengan kecepatan kilat.

Jarak rumah Icha yang lumayan jauh menyebabkan Icha melanggar beberapa rambu lalu lintas. Bahkan, Icha sempat di klaksoni oleh ibu-ibu sen kanan belok kiri yang sedang berusaha menyeberang.

Namun, sayang sekali hari ini takdir sedang tidak berpihak padanya. Icha datang terlambat. Salahkan dirinya sendiri karena tadi malam ia menonton Drama Korea secara maraton! Dan, kini matanya sudah membengkak sampai–sampai membuat mata sayu indah itu sudah tak jelas lagi bentukannya.

Icha memukul setir kemudinya. Gerbang dengan simbol sekolahnya itu telah tertutup rapat. Tidak mungkin Icha kembali ke rumah lalu melanjutkan mimpi indahnya. Bisa–bisa Irene menghentikan uang sakunya selama dua minggu. Terpaksa Icha meletakkan kendaraannya di lapangan umum belakang sekolahnya.

Kini, Icha memikirkan cara masuk sekolahnya dengan aman dan tanpa ketahuan Pak Herman—Guru Konseling dengan kumis tebal dan kepala botak plontos itu sangatlah galak di mata siswa/i Sky.

Tapi tenang, Icha pernah diberi tahu oleh Rara bahwa ada pagar usang di samping sekolah yang sering menjadi alternatif para siswa terlambat agar terhindar dari hukuman. Icha bersyukur punya teman sebangku yang sangat bar-bar seperti Rara. Tak jarang juga ia mendengar Rara sering menggunakan jalan alternatif itu. Kan lumayan kalau ada di situasi seperti ini, yang mau tidak mau harus Icha coba untuk pertama kalinya.

Icha melihat sebuah pagar usang yang disekitarnya ada tumbuhan rambat tetapi masih terawat itu. Ah sial, adanya gembok di engsel pagar memaksa Icha untuk memanjatnya. Pertama-tama, hal yang harus dilakukan Icha adalah melemparkan tas beratnya ini kedalam, setelah itu baru dia akan memanjat.

Saat Icha sudah diatas dan siap untuk melompat ke bawah, Vino— teman sekelasnya masuk dengan mudah melalui pagar itu. Icha membulatkan matanya, ternyata gembok itu hanya disangkutkan dan tidak di kunci—seraya menepuk kening, Icha berpikir kenapa ia tidak menyadarinya sedari tadi. Dengan cepat Icha melompat lalu menghampiri Vino yang terlihat sedang menahan tawanya.

"Cha. Bapak lo liat Cha. Bandel juga lo sekarang manjat–manjat."

"Apa–apaan lo Kim?! Dendam kesumat lo ya sama gue," ucap Icha dengan intonasi yang cukup terbilang keras.

"Ampun atuh teh. Mana gue tau kalo lo nggak tau. Gue kira lo iseng aja nyari kerjaan segala manjat," jawab Vino dengan logat sunda nya dan tawa di sela jawabannya itu.

"Bener–ben—"

"FALEESHA OLIVIA GABRIELLA ZAPHIRE, VINO RAINDRA AL-HAKIM!"

Panggilan itu membuat Icha tersentak kaget, bahkan sampai membuat bulu kuduk Vino pun berdiri seketika.

FALEESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang