Bonus Chapter (Universe 2)

3.8K 192 54
                                    

Naruto mengelus pipi porselen itu dengan lembut. Bibirnya mendekat ke arah telinga, bermain-main di sana dengan nada menggoda.

"Kau benar-benar yakin dengan keputusan ini?" Bisiknya dengan suara rendah yang menggetarkan telinga. Memastikan sekali lagi agar keputusannya tidak menyakiti sang gadis jelita.

Gadis di bawahnya hanya mengangguk malu-malu. Tidak bisa berkata apa-apa lantaran rasa gugup yang mengambil alih raga.

Naruto tidak menyia-nyiakan kesempatannya, pria itu mengecup bibir tipis gadisnya dengan lembut, menyesapi kehangatan yang tersedia di sana. Sungguh, hatinya bergetar merasakan sensasi manis yang memabukkan jiwa. 

Gadisnya hanya mampu menutup mata, menghayati perannya untuk memuaskan hasrat sang lelaki. Ia melenguh ketika merasakan sentuhan di lekuk tubuhnya. Naruto begitu mahir dalam hal ini, membuatnya lupa akan perbuatan dosa.

"N-Naruto." Ucap gadisnya pelan, terdengar sensual, membangkitkan sesuatu yang telah lama tertidur dalam tubuh pria itu.

Mereka bersatu dalam kenikmatan tiada tara. Lengan kokoh Naruto mengurung tubuh gadis di bawahnya dengan posesif, matanya memancarkan kilauan cinta. Rambut merah muda sang gadis begitu memikat, netra emeraldnya memukau jiwa.

Ditatap sedemikian intens, membuat tubuhnya membara. Bagian puncak yang ditunggu-tunggu pun tiba. "Sakura-chan." Desah Naruto puas ketika mencapai klimaks.

Naruto tidak mengingat kejadian yang selanjutnya karena ia merasakan elusan di pundaknya yang semakin menjadi-jadi. Mengganggu kenikmatan duniawi. Dengan kasar, ditariknya tangan putih selembut sutra. "Sakura-chan?" Tanyanya ragu-ragu.

Mata biru langit terbuka dengan perlahan. Dari ujung indra pengelihatan, Naruto dapat melihat siluet gadis bersurai indigo panjang yang menjuntai mulus menutupi tubuh polosnya. Mata rembulannya melebar terkejut, ada sorot kecewa di dalamnya. Detik berikutnya Naruto melakukan hal yang sama.

"Maaf mengecewakanmu, tetapi aku Hinata, bukan Sakura-san."

Holy shit! 

Naruto bangkit dari tidurnya, tangannya menggenggam erat milik Hinata, mencegahnya untuk pergi. "Hi-Hinata." Panggilnya was-was. Jantung Naruto nyaris copot begitu menyadari betapa menjijikan perbuatan yang baru saja ia lakukan. 

Bisa-bisanya ia memimpikan adegan panas dengan Sakura setelah melewati satu malam panjang dengan Hinata. 

Sungguh brengsek, memikirkannya saja membuat perutnya mual tak karuan.

Hinata menarik tangannya dari genggaman Naruto. Barangkali merasa tidak sudi disentuh olehnya. Menit demi menit berlalu, namun keheningan yang mencekam semakin menyiksa batin di tiap tambahan waktu. Suasana hujan di pagi hari diiringi dengan suara petir menambah kelam situasi diantara mereka berdua. 

Mencoba menguatkan hati, gadis yang semalam resmi menjadi seorang wanita itu mengambil pakaiannya dan mengenakannya dengan cekatan. Naruto hanya terdiam di tempatnya, masih tenggelam dalam pemikiran, merutuki kebodohannya yang menyakiti hati mereka, terlebih Hinata.

Setelah berpakaian dengan nyaman, Hinata kembali duduk di atas ranjang, mengisi tempat kosong di samping Naruto. Gadis itu berhasil mengatur emosinya. 

Menggigit bibirnya dengan sedikit tenaga, ia memberanikan diri untuk menyentuh tangan kekasihnya, mendekapnya di depan dada.

"Na-Naruto-kun." Ucapnya dengan tergagap namun ada nada serius di dalamnya, membuat netra biru muda Naruto kembali jatuh kepada tatapan sang rembulan. "Tidak apa-apa jika kau masih belum bisa melupakan cinta pertamamu, karena aku pun juga begitu." Lanjutnya dengan jujur.

Exist in Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang