Living Corpse

2.9K 228 50
                                    

Naruto terlentang dengan nyaman di atas kasurnya. Angin malam mulai membelai wajahnya yang nampak berseri-seri kala itu. Membuatnya merasa mengantuk seketika. Suara serangga malam memenuhi indera pendengarannya. Sama seperti hari-hari yang biasanya. Nyaman, tenteram, dan menenangkan. Naruto merasa damai dengan suasana saat ini.

Dan tentu saja itu semua karena kehadiran Hinata di sisinya. Beberapa waktu yang lalu, wanita itu menghabiskan malamnya di apartemen Naruto. Sama seperti malam-malam yang biasanya, hanya saja akhir-akhir ini intensitas mereka bertemu semakin meningkat. Membuat mereka bagaikan pasangan suami-istri muda yang selalu lengket dan kemana-mana selalu bersama.

Kebersamaan mereka terlihat sederhana. Hanya diawali dengan sarapan di waktu pagi, kencan di sore hari, hingga makan malam bersama diselingi obrolan ringan yang menyenangkan.

Kebersamaan mereka memang terlihat sederhana, tetapi bagi Naruto kebersamaan mereka terasa sempurna.

Naruto sangat bahagia mempunyai Hinata yang selalu setia menemani hari-harinya. Apapun permintaannya, Hinata selalu bersedia mengabulkan. Tiap ia merasa kesepian, Hinata akan selalu datang tanpa diminta. Tiap ia merasa lelah, Hinata akan senantiasa memijat pundaknya. Sungguh, Naruto rasa ikatan batin mereka sudah semakin rekat. Dan Naruto tentu saja sangat senang mendapati kenyataan tersebut.

Namun, Hinata nampaknya tidak mengetahui bahwa akhir-akhir ini Naruto terlalu sering menahan diri. Entah ini sindrom menjelang pernikahan atau apa. Naruto merasa Hinata semakin menggoda dan terlalu sayang untuk diabaikan. Parasnya cantik mempesona. Tubuhnya indah memikat jiwa.

Naruto menutup wajahnya yang mulai memerah dengan bantal guling kesayangannya. Mulai memeluk erat bantal itu dan membayangkannya seperti Hinata. "Kamu manis sekali sih." Ujarnya gemas. Pikirannya masih melayang ke beberapa waktu yang lalu ketika wajah Hinata merona hebat hingga ke ujung telinga. Naruto sengaja memanjangkan kecupannya malam ini, bahkan menjalar kemana-mana hingga ke pangkal leher, memunculkan tanda kepemilikan berwarna merah samar, membuat Hinata malu tidak karuan dan akhirnya memutuskan segera pulang ke rumahnya sebelum Naruto bertindak lebih lanjut.

Naruto terheran-heran, padahal mereka sudah pernah melakukan yang lebih dari itu dan lebih dari sekali, tetapi Hinata masih saja terlihat kaku apabila mereka berhubungan fisik di luar memeluk tubuh dan mengecup pipi. Ah, wanitanya sangat manis dan begitu polos. Membuat Naruto kembali merona hebat. Belum ada satu jam, tetapi ia sudah sangat merindukan kekasihnya itu. Sungguh keterlaluan.

Ding.. Dong.. Ding.. Dong..

Naruto langsung bangkit dari tidurnya dan berlari cepat menuju pintu apartemennya. Berpikir bahwa Hinata kembali kemari untuk mengambil barangnya yang tertinggal. Dengan tergesa-gesa Naruto membuka kenop pintu, namun matanya melebar ketika tidak menemukan Hinata di sana. Melainkan gadis bersurai merah muda dengan aroma khas bunga lili berdiri di depan pintu apartemennya, menatapnya dengan kilatan berkaca-kaca.

"Sakura, apa yang-"

"Naruto!" Seru Sakura histeris. Mata emeraldnya deras akan air mata. Tubuhnya bergetar ketakutan. Bibirnya terkatup rapat, namun dapat Naruto lihat bahwa gadis itu tidak sedang berada dalam kondisi yang baik-baik saja.

Sakura benar-benar terlihat kacau, tetapi kecantikan yang selalu Naruto damba-dambakan sejak dulu masih tetap terpancar dengan sempurna. Naruto tidak tahu bagaimana cara memperlakukan seorang gadis yang tengah menangis, karena jujur saja Hinata jarang sekali menangis di hadapannya kecuali hal itu menyangkut tentang pengorbanan Neji. Jadi ia benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghibur Sakura saat ini.

Naruto kemudian menggigit bibir, merasa ragu ketika satu pemikiran melintas dalam benaknya. Dengan pelan pria itu menarik tubuh Sakura dan mendekapnya dengan lembut. Tangannya mengelus punggung gadis impiannya yang telah menghilang sejak dua tahun yang lalu itu dengan gerakan perlahan. Berusaha menenangkannya.

Exist in Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang