Balas Dendam🔪 - Part 01

994 37 14
                                    

[ Pagi hari ]
Muntaz baru saja selesai bersiap-siap untuk sekolah. Ia pun pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama Mama dan abangnya. Papa nya sudah berangkat kerja dari tadi pagi.
Muntaz : "Ma, makanan buat Muntaz mana?"
Mama : "Gak ada makanan buat Lo! Pagi ini Lo gak usah sarapan! Dan gak ada uang jajan buat Lo!"
Muntaz : "Tapi, Ma, Muntaz dari kemarin belum makan."
Mama : "Bukan urusan gw! Gw gak peduli!"
Fateh : "Ma! Mama kok gitu sih?! Kasian Muntaz, dia kelaperan!"
Mama : "Kamu masih aja mikirin anak cacat itu!"
Fateh : "Dia kan adik Fateh! Apa Fateh salah ngebelain Muntaz?!"
Mama : "Diam kamu! Jangan sebut nama anak itu lagi!"
Fateh : "Taz, ayo, berangkat sekarang!"
Muntaz : "Iya, Bang."

[ Skip sekolah ]
Saat ingin berjalan ke kelas, para murid mengolok-olok Muntaz.
Murid¹ : "Eh, ada anak culun tuh!"
Murid² : "Abangnya ganteng, kok adeknya culun sih?!" (😂)
Murid³ : "Hai, culun!"

Masih banyak lagi olokan yang dilontarkan oleh murid-murid yang lain. Muntaz hanya menunduk dan perasaannya yang sedih.
Fateh : "Udah, Taz. Gak usah didengerin kata-kata mereka."
Muntaz : "Iya, Bang."

[ Skip kelas ]
Saat masuk ke kelas, Muntaz dilempari kertas oleh teman sekelasnya.
Thariq : "Si culun udah dateng!" (Melempar kertas)
Fatim : "Hai, anak culun!" (Melempar kertas)
Saleha : "Nih buat Lo anak culun!" (Melempar kertas)

Fateh berteriak sehingga membuat seisi kelas terdiam.
Fateh : "Stop! Jangan ganggu adek gw lagi!"
Saaih : "Masih aja diakuin adek lo! Dia tuh gak cocok jadi adek lo! Paling anak pungut ya gak?"

Seisi kelas pun tertawa. Muntaz hanya menunduk.
Fateh : "Diam! Kalo kalian masih gangguin adek gw? Awas aja!" (Sinis)

Fateh pun mengajak Muntaz duduk bersamanya.

[ Skip istirahat ]
Muntaz dan Fateh pun pergi ke kantin. Saat sedang duduk di bangku kantin, para anak nakal pun datang menghampiri Muntaz.
Atta : "Serahin duit Lo!"
Muntaz : "T-tapi, aku gak bawa uang." (Ketakutan)
Sajidah : "Halah, bohong Lo! Kalo Lo gak bawa uang kenapa Lo bisa beli makanan?!"
Muntaz : "I-ini punya Bang Fateh." (Ketakutan)
Iyyah : "Mana mungkin makanan punya Fateh sebanyak itu! Jangan bohong Lo!"
Saaih : "Langsung hajar aja!"

Mereka pun menyiksa Muntaz. Saleha menampar Muntaz dengan keras. Fatim menginjak kaki Muntaz. Sajidah dan Iyyah memukuli Muntaz. Saaih dan Thariq menonjok Muntaz. Dan Atta menendang Muntaz.

Semua murid mengerumuni mereka. Fateh yang baru saja dari kamar mandi langsung menghampiri kerumunan tersebut. Di sana terdapat Muntaz yang sudah babak belur. Fateh pun langsung menerobos masuk dan menghampiri Muntaz.
Fateh : "Stop! Kalian gak ada puas-puasnya ngebully Muntaz?! Apa mau kalian?!" (Membentak)
Saaih : "Kita mau dia keluar dari sekolah ini! Kalau perlu mati sekalian!"

Plak...
Satu tamparan mendarat di pipi Saaih.
Fateh : "Keterlaluan Lo!"

Fateh pun pergi membawa Muntaz ke UKS.

[ Skip UKS ]
Fateh pun membaringkan Muntaz ke kasur yang berada di UKS.
Fateh : "Taz, mulai sekarang kalau kemana-mana harus sama Abang ya."
Muntaz : "Iya, Bang."

[ Skip pulang > rumah ]
FatMun : "Assalamu'alaikum!"
Mama : "Wa'alaikum salam! Eh, anak Mama yang ganteng udah pulang." (Mencium Fateh)
Fateh : "Fateh doang yang dicium?"
Mama : "Iya lah, kan kamu anak Mama satu-satunya."
Fateh : "Satu?! Anak Mama tuh ada dua! Bukan satu!"
Mama : "Terserah kamu!" (Pergi)
Fateh : "Taz, jangan didengerin apa kata Mama."
Muntaz : "Iya, Bang." (Menunduk)

[ Skip sore ]
Pukul 17.00 Papa pun pulang dan membawa hadiah untuk Fateh.
Papa : "Assalamu'alaikum! Papa pulang!"
Mama & FatMun : "Wa'alaikum salam!"
Papa : "Fateh, Papa punya sesuatu buat kamu."
Fateh : "Apa, Pa?"

Memberikan sebuah kotak handphone.
Papa : "Ini handphone yang kamu mau kan?"
Fateh : "Wah! Iya, Pa! Makasih." (Senang)
Papa : "Sama-sama."
Fateh : "Kok cuma Fateh doang yang dibeliin? Muntaz enggak?"
Papa : "Gak ada handphone buat dia!"
Fateh : "Kalo gitu handphonenya Fateh balikin. Fateh gak mau handphonenya." (Pergi)
Papa : "Fateh! Ini handphonenya!"

[ Keesokan harinya ]
Hari ini adalah hari libur. Seperti sebelumnya, Muntaz pergi ke ruang makan untuk sarapan.
Papa : "Ngapain kamu ke sini?!"
Muntaz : "Muntaz mau makan, Pa." (Menunduk)
Mama : "Udah dibilangin berkali-kali! Gak ada makanan buat Lo! Masih aja minta makan! Kalo Lo laper cari sendiri di tong sampah!"
Muntaz : "M-maaf, Ma." (Menunduk)

Fateh : "Ma! Kenapa sih?! Muntaz selalu gak dapet jatah makan?! Kasian dia!"
Mama : "Gw gak peduli! Pergi lo!" (Mendorong Muntaz hingga terjatuh)

Muntaz pun langsung berlari ke kamarnya.

[ Skip kamar ]
Muntaz sedang menangis di pojok kamarnya.
Muntaz : "Ma, Pa, apa salah Muntaz? Kenapa kalian benci Muntaz? Padahal Muntaz sayang banget sama kalian. Muntaz pengen ngerasain kasih sayang kalian sekali aja. Muntaz pengen dipeluk sama kalian. Tapi, itu gak mungkin terjadi. Jika kalian tidak sempat meminta maaf dengan ku, setelah Muntaz meninggal kalian akan menyesal! Hidup kalian tidak akan tenang! Liat saja nanti! Aku akan BALAS DENDAM!" (😈)

Tiba-tiba Mama datang ke kamar Muntaz.
Mama : "Muntaz! Bersihin rumah sekarang juga!"
Muntaz : "I-iya, Ma." (Menunduk)

Muntaz pun langsung membersihkan rumah. Saat sedang mengelap koleksi orang tuanya. Tidak sengaja Muntaz memecahkan jam tangan mahal milik Papa nya dan guci antik milik Mama nya.
Prang...

Mama dan Papa nya pun langsung menuju sumber suara tersebut.
Papa : "Muntaz! Itu jam tangan mahal! Kenapa kamu pecahin?!"
Mama : "Ini juga guci antik punya Mama! Kenapa kamu pecahin! Anak gak tau diri kamu!"

Plak!
Satu tamparan melayang di pipi Muntaz.
Muntaz : "S-sakit..." (Memegangi pipinya)
Papa : "Sini kamu!"

Papa menarik Muntaz ke taman belakang. Papa mengambil sebuah ikat pinggang dan membuka semua pakaian Muntaz. Kini, Muntaz tidak memakai benang sehelai pun. Belum lagi matahari yang sangat terik.
Papa : "Kamu harus menerima hukumannya!"

Papa pun mulai mencambuki Muntaz berkali-kali. Sudah lebih dari 20 kali Papa mencambuki Muntaz. Akan tetapi, ia belum juga puas.
Muntaz : "Ampun, Pa! Sakit!"

Fateh yang mendengar teriakan Muntaz pun langsung datang.
Fateh : "Muntaz?! Pa! Apa-apaan sih?!"
Papa : "Dia udah mecahin jam tangan mahal Papa dan guci antik Mama! Dan ini hukuman yang cocok untuk dia!"
Fateh : "Muntaz itu lebih berharga daripada jam tangan dan guci Mama! Papa lebih sayang sama barang-barang itu daripada anak Papa sendiri?! Ayah macam apa?!"
Papa : "Diam kamu!"

Papa pun menarik Muntaz ke luar rumah.
Fateh : "Pa! Muntaz mau dibawa kemana?!"

Oneshoot [ FatFatMun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang