.. kenyataan pahit yang harus diterima Chae Kyung adalah ibunya tak pernah menerima kehadirannya..."
"Apa maksudmu tidak menerima kehadiran Chae Kyung?"
Wanita itu menatapku sejenak sebelum ia kembali memalingkan pandangannya ke arah depan yang hanya ada dinding.
"... Ibunya tak pernah menerima Chae Kyung sejak lahir,,, anii... bahkan sejak Chae Kyung dalam kandungan... Jung ahjumma bilang Nyonya Baek Hyun Sook pernah beberapa kali melakukan tindakan aborsi untuk menggugurkan Chae Kyung,, tapi selalu gagal.. yang terakhir adalah ia mencoba bunuh diri hingga Chae Kyung harus dikeluarkan prematur... tak cukup di situ,, sepertinya kehadiran Chae Kyung sangat membuat wanita itu tertekan.. hingga akhirnya wanita itu bunuh diri di depan Chae Kyung,, entah karena alasan apa.. mungkin ia sudah tertekan kehabisan cara untuk membunuh uri Chae Kyung.." Seo Ri-ssi menceritakan semuanya dengan lancar meski air mata masih saja mengalir dari kedua pelupuk matanya.
Mendengar ceritanya membuat hatiku sesak, aku tak mengerti kenapa ada seorang ibu yang begitu tega berbuat seperti itu pada anak kandungnya. Aku merasa sangat bersalah pada Chae Kyung-ssi dan kurasa aku mengerti mengapa ia memilih menghindar dari upacara kematian ibunya meski aku tak suka ia mabuk-mabukkan.
"Tenang saja... Chae Kyung pasti sudah memaafkanmu... ia bukan orang yang dapat marah berlama-lama..." Seo Ri-ssi tersenyum menghiburku. Benarkah ia sudah memaafkanku?
Hari sudah siang ketika diriku mencapai Crown Boutique. Sedikit merapikan penampilanku, dan tetap berusaha mengabaikan rasa malu yang masih saja bertahan di dalam diriku, aku pun melangkahkan kakiku memasuki tempat dimana Chae Kyung berada saat ini.
Sedikit canggung kurasakan saat diriku terpaksa berbicara pada seorang pegawai butik ini agar diriku bisa bertemu dengan atasannya itu. Dengan tatapan ingin tahu serta senyum-senyum aneh, akhirnya salah seorang dari mereka mengantarku ke ruangan wanita itu berada. Oke, Yoon Chae Kyung, kau berhasil membuat seorang Choi Siwon dipandang aneh!
"Kenapa kau bisa di sini?" tanpa basa-basi ia menanyakan kehadiranku di ruang kerjanya. Begitu berantakan, kertas-kertas berserakan di meja besar sebelah kanan meja kerjanya, bahan-bahan pakaian yang tergeletak di meja dan beberapa lagi di sofa tempat yang seharusnya kini ku duduki.
"Apa ini ruang kerjamu?? Tidak rapi sekali!" keluhku yang ku tahu dapat mengakibatkan wanita ini mengamuk. Entah kenapa setiap kali berhadapan dengannya aku seperti terdorong untuk bersikap aneh seperti saat ini.
"Mwo?!!" ia menaikkan suaranya.
"Hya, kau kan wanita.. seharusnya ruanganmu ini rapi.. apa-apaan ini? Kertas dan kain berserakan... Ck, benar-benar tak ada rapi-rapinya!" decakku. Oh tidak, kurasa saraf-saraf kesopananku sudah terkontaminasi oleh virus evil-magnae!
"YAK! NEO...! KELUAR KAU DARI RUANGANKU!!" teriaknya menyakitkan telingaku. Apa katanya? Keluar? Apa ia tidak berpikir pengorbananku untuk bisa sampai di tempat ini?!
"Berhentilah berteriak... suaramu itu tak ada bagus-bagusnya... hanya merusak telingaku" acuhku sambil menggeser kain yang ada di sofa sehingga aku bisa duduk di atasnya. Sepertinya aku tahu kekurangan wanita di depanku selain sikap angkuh, pemarah, dan menyebalkannya itu, ia tidak bisa beres-beres! Ck, kekurangan yang fatal bagi seorang wanita!
"Mau apa kau kemari?" desisnya yang ku rasa saat ini ia tengah menahan segala macam sumpah serapahnya untukku.
Maafkan aku Chae Kyung-ah, setelah berhari-hari aku memikirkan semuanya, aku memutuskan untuk tetap ada di sisimu dan bertekad membuatmu melihatku. Melindungimu dari kerapuhanmu yang tak terlihat, sandaran jika suatu saat kau merasa lelah dengan kehidupanmu yang menyakitkan itu sehingga kau tak perlu lagi melarikan diri dengan minuman alkohol.