O7. badai luka lara

749 200 31
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


sekarang diputar :

lara milik dialog senja

bagaskara hampir kehilangan eksistensi, namun angan belum juga kembali ke ranah singgah hardi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bagaskara hampir kehilangan eksistensi, namun angan belum juga kembali ke ranah singgah hardi.

ditemani secangkir kopi,
ia sabar menunggu angan kembali.

angan hanya pergi, ke toko yang tak jauh. namun nyatanya, hingga detik ini,
ia belum kembali.

hardi yang kini gamang, mendapati seisi rumahnya lengang.

tanpa angan.








hardi mengelilingi jalanan jogja. nihil, tak menemukan angan juga. akhirnya ia memasuki bar, damn!

angan sedang minum didalam sana. hardi berlari menghampiri angan yang kini tengah asik mabuk-mabukan.

"angan, ayolah, jangan seperti ini"









"angan, saya marah sama kamu"

angan yang netranya masih sayu, mencoba untuk duduk menyelaraskan posisinya dengan hardi.

"apa tadi?" bahananya yang lemas dipadu dengan daksa yang lunglai. hardi menebak, ia minum tiga gelas.

"saya marah sama kamu"

"kak hardi marah?"

"iya"

"kamu minum?" hardi menegakkan daksa angan yang lemas, netranya menatap pilu angan yang merasa tak bersalah itu.

"iya kak hardi, aku minum"

hardi terisak, jiwanya retak.

"kamu tahu, saya mati-matian supaya bisa buat kamu senyum"

"ayolah angan"

"saya ikut sakit kalau kamu terus begini"




angan menyadari kelakuannya itu mengecewakan.
hastanya menyapu lembut pipi hardi yang dipenuhi jejak-jejak air mata,
kini tengah bersimpuh di depan angan, sambil menunduk menangisi keluh.

"k-kak hardi?, masih marah?"

"sekarang—  tidak, saya tidak marah"

angan menaikkan alisnya, bagaimana bisa manusia dihadapannya ini dengan mudah mengatakan bahwa ia tidak marah atau dendam,
padahal dalam keadaan menangis?

"mana bisa saya marah sama kamu" lanjutnya.

"t-tapi?"

"angan, kamu telah diterpa badai luka lara,
karena saya menjadi wadah, saya juga terkena imbasnya"

"kita bisa mengarungi, sama-sama
kalau kamu ingin weharima"

angan membisu tak bergeming, daksanya seperti tengah dihujani paku-paku luka lara yang menusuk tanpa diminta.

"angan, jangan seperti ini lagi ya?"

"maaf ya kak hardi, aku janji deh nggak akan ngulang lagi"

"jangan janji, tapi saya percaya kamu bisa bahagia"

"kita arungi sama-sama ya?" angan mengangguk pelan, dipadu dengan konstelasi kurva manisnya itu.

"kita arungi sama-sama ya?" angan mengangguk pelan, dipadu dengan konstelasi kurva manisnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sekala kita bercerita.✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang