Hanya Mimpi

7 1 0
                                    

Aku terbangun dari tidurku dan mulai merenggangkan tubuh untuk mengumpulkan sedikit kesadaranku.

Setelah mataku benar-benar terbuka, aku mengambil smartphone yang berada di meja kecil disebelah tempat tidurku dan melihat jam yang tertera di layar.

03.00 WIB

'Wah... aku tertidur selama lima jam.'

Aku ingat, sebelumnya, aku tertidur sekitar pukul sepuluh malam. Namun, bagi seorang siswi SMA yang memiliki banyak tugas dan sebentar lagi harus menghadapi ujian akhir, lima jam adalah waktu yang cukup lama dibandingkan waktu tidurku biasanya.

Biasanya, aku tertidur saat tengah malam dan terbangun pagi-pagi buta seperti saat ini. Aku hanya tertidur sekitar tiga jam atau bahkan tidak tidur sama sekali bila ada banyak tugas yang harus ditugaskan. Atau..., saat aku benar-benar terperangkap dalam dunia imajinasiku.

Aku sangat menyukai games, novel, komik, anime, film, drama korea, dan masih banyak lagi. Itu karena, semua hal itu bisa mengalihkanku dari kenyataan. Kenyataan yang ada di dunia ini. Kenyataan kejam yang sangat ingin aku lupakan.

Aku beranjak dari kasur dan berjalan menuju meja belajar yang berada di sudut kamar. Kuambil sebuah diary kecil berwarna coklat yang berada di laci dan kemudian menuliskan mimpi yang baru saja kualami. 

Aku menuliskan semua bagian yang masih bisa kuingat. Aku tahu bahwa, mimpi itu sangat mudah untuk terlupakan. Oleh karena itu, aku sering menuliskan mimpi yang kualami di dalam sebuah  diary. 

Setelah menulisnya, aku merasa sedikit kecewa.

'Andaikan aku bisa melanjutkan mimpiku tadi, pasti akan lebih seru dan menyenangkan.'

Yah, dunia yang ada didalam mimpiku tadi memang benar-benar dunia impianku, tapi mau bagaimanapun juga itu hanyalah sebuah bunga tidur. Tidak lebih, dan tidak mungkin untuk jadi kenyataan.

Aku pun melanjutkan hidup ini dengan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan kemudian melakukan aktivitas 'normal' lainnya sebelum berangkat ke sekolah.

Setibanya di sekolah, aku dengan cepat melangkahkan kakiku menuju kelas MIPA 4. Baru saja kaki kananku melangkah melewati pintu kelas, banyak suara alam yang datang menghampiri. Suara khas seperti burung perkutut yang sedang terjepit di pintu rumah yang paling terdengar jelas ditelingaku saat ini.

"Lauraaaaaaaaaaa, help me pleaseee!!!!!!"

Seorang gadis sebaya yang memiliki tinggi yang sama denganku lah sang pemilik suara khas tadi. Duduk di bangku milikku dengan tangan yang sedang menulis dengan gesit, aku sudah dapat menebak apa yang ingin dia katakan. Tapi, ada satu hal yang sangat membuatku penasaran. Bagaimana dia bisa tahu aku sudah datang, padahal matanya benar-benar fokus melihat ke arah buku yang ada dihadapannya.

"Ra, gua liat jawaban nomor empat sama lima dong. Gua udah nyontek punya Ina nih, tapi masih kagak jelas. Mau nanya tapi orangnya lagi ngajarin les bocah kembar siam disono. " Ucap gadis berambut hitam sebahu itu sambil meng-kerucut-kan bibirnya ke arah sudut kelas.

Rita namanya. Gadis ini mungkin memiliki gaya bicara unik dan kadang membuat telinga kita terasa panas, tapi yakinlah, dibalik suaranya yang nyaring itu, dia adalah gadis baik yang menutupi kesedihan nya dengan senyuman. Jujur saja, itu sama seperti yang dilakukan kebanyakan orang bukan? Tapi dia berbeda karena dia adalah salah satu orang yang  bisa berteman denganku.

Bocah kembar siam yang dimaksud oleh Rita adalah Raga dan Dino. Mereka tidak benar-benar kembar, hanya saja penampilan mereka mulai dari tinggi hingga gaya rambut mereka selalu terlihat mirip. Mereka juga sering melakukan banyak hal bersama, dan bahkan mereka sama-sama mengikuti OSIS. Aku sendiri heran bagaimana mereka bisa sedekat itu, padahal mereka baru saling mengenal saat masuk SMA.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Mimpi LauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang