Chapter 7

2.4K 225 74
                                    

Sesampainya di kamar asrama, Mark melihat Haechan tidur sambil menangis sama seperti sebelum-sebelumnya. Ia pun mengambil air hangat serta handuk sebelum mengampiri roommatenya itu.

"Haechan." panggil Mark. Tapi pria itu tidak bergeming dan masih berada dalam mimpi buruknya.

"Aku akan membersihkan tubuhmu." Setelah mengatakan hal itu, tanpa persetujuan dari Haechan Mark menyingkap baju pria berkulit tan itu lalu mulai mengelap tubuhnya dengan handuk.

Merasakan bajunya tersingkap Haechan mulai menangis semakin kejar. Ini sama seperti apa yang ia alami dulu.

"Hei tenanglah. Aku hanya akan membersihkan tubuhmu." Ucap Mark sambil mengusap rambut Haechan.

Setelah dirasa Haechan sudah cukup tenang, ia pun melanjutkan kegiatannya membersihkan tubuh Haechan sampai area privasinya. Tapi tenang saja, Mark tidak akan melakukan hal macam macam. Ingat perkataannya ia tidak melakukan hal semacam itu kepada orang yang tidak sadar?

Selesai membersihkan tubuh Haechan serta mengganti pakaiannya, Mark pun mengambil makanan dan juga obat untuk meredakan demam Haechan. Tubuh pria itu benar-benar panas ketika ia merasakannya tadi.

"Haechan, bisakah kau bangun sebentar? Kau harus makan."

Lagi lagi Haechan tidak bergeming dan terus menangis. Sebenarnya, hati Mark terasa sedikit sakit melihat kondisi Haechan. Ia tidak tahu apa yang dimimpikan pria itu, tapi ia yakin jika itu ada hubungannya dengan dirinya.

"Haechan, bangun dan makanlah. Kau harus meminum obatmu."

Mark masih terus mencoba membangunkan Haechan, namun nihil. Mark yakin jika demam roommatenya akan semakin parah jika ia tidak meminum obat, ditambah lagi pria itu terus menangis, pasti kepalanya akan terasa pusing.

Menyerah membangunkan Haechan, ia pun mencari obat yang bisa diminum walau perut belum terisi. Untungnya ia memilikinya di tas. Lalu, ia dengan segera mencoba memasukkan obat itu kedalam mulut Haechan. Tapi Haechan terus menolak dan lagi lagi menangis kejar.

"Tidak, aku tidak mau. Jangan lakukan itu."

Tidak kehabisan akal, Mark pun meminum sedikit air lalu menyelipkan obat itu diantara gigi atas dan bawahnya. Lalu dengan cepat ia menyatukan bibirnya dan bibir Haechan.

Mark melakukannya tepat saat Haechan sedang sedikit membuka mulutnya. Jadi Haechan tak bisa menolak saat obat dan air yang berada di mulut Mark berpindah padanya.

Saat dirasa Haechan sudah menelan obatnya, Mark pun melepas ciumannya. Haechan masih menangis dan terus meracau "Selamatkan aku." Sampai akhirnya ia tersedak.

Mark membangunkan tubuh Haechan dan menepuk nepuk punggung pria itu. Sama seperti sebelumnya, Haechan malah memeluk tubuh Mark erat. Jadi yang bisa Mark lakukan hanyalah menenangkannya.

"Ayah. Jangan pergi. Selamatkan aku. Hiks."

Rupanya Haechan mengira Mark adalah ayahnya. Tapi tidak apa apa, itu lebih baik daripada Haechan tahu bahwa yang sedang dipeluknya adalah Mark, kejadian sebelumnya mungkin akan kembali terjadi.

Mark menenangkan Haechan sampai pria itu kembali tidur dan tidak menangis lagi.

🍭🍭🍭

Haechan terbangun saat sore tiba. Kepalanya sangat pusing. Namun ia mencoba untuk membangunkan diri. Ia melihat sekelilingnya. Ada bubur serta obat diatas nakasnya. Dan bajunya telah berganti.

TUNGGU SEBENTAR. BAJUNYA BERGANTI?!

Haechan memikirkan kemungkinan kemungkinan yang ada. Apakah itu Jungwoo? Atau malah Mark?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROOMMATE | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang